ABC

Liberia Kekurangan Puluhan Tim Dokter untuk Tangani Krisis Ebola

Wabah penyakit Ebola yang terjadi di Afrika Barat saat ini sudah meningkat situasinya menjadi krisis, wabah ini dalam waktu singkat dapat menjadi bencana besar.

Dr Ian Norton, Kepala tim dokter asing yang bertugas di Badan Kesehatan Dunia (WHO) , mengatakan kepada ABC bahwa saat ini semua pihak berpacu  dengan waktu membangun rumah sakit lapangan di Monrovia, Liberia untuk menangani pasien yang terjangkit virus Ebola yang saat ini sudah menewaskan sekurangnya 3,000 orang.

“Kita sekarang hanya punya waktu sedikit untuk mengatasi wabah ini, jika kita menyiakannya maka penyakit ini akan semakin sulit dikontrol dan kasus infeksi akan semakin meningkat,” katanya.

“Saya memperkirakan kita hanya punya waktu tinggal beberapa pekan saja sebelum akhirnya kita tidak akan mampu lagi mengatasi seluruh kasus yang terjadi di lapangan dengan cara-cara yang biasa kita lakukan,” katanya.

Saat ini WHO dan Menteri Kesehatan dari 3 negara yang paling terdampak dari wabah Ebola ini tengah memikirkan upaya untuk menahan dan mengelola sebagian besar korban yang terinfeksi.

Diakui Ian Norton ini merupakan cara yang baru bagi semua pihak. Satu-satunya tim yang sudah berhasil membangun rumah sakit lapangan untuk mengobati Ebola sebelumnya hanyalah tim dari NGO  Dokter antar perbatasan –  Medecins Sans Frontieres (MSF), dan standar operasi mereka hanya untuk 40 orang.

Sementara saat ini kita tengah membangun 5 rumah sakit lapangan yang menampung 100 ranjang di Monrovia, untuk mendukung 200 ranjang yang sudah lebih dahulu tersedia disana dan yang akan segera diperluas setidaknya menjadi 300 bahkan 400 orang.

Tim dokter asing masih diperlukan

Menurut Ian Norton pihaknya saat ini masih terus menyerukan bantuan tim medis asing dari seluruh dunia untuk membantu mereka. Setidaknya timnya membutuhkan 30-40 orang dokter, perawat dan staf untuk menangani fasilitas rumah sakit lapangan yang sedang didirikan tersebut.

Tragisnya di Liberia, yang telah menempati urutan ke-4 terakhir di dunia dalam hal jumlah dokter per populasi ini sudah kehilangan sekitar 20 orang dokter yang ikut terjangkit Ebola. Sementara mereka hanya memproduksi 10 dokter pertahun dari sekolah kedokteran di Negara tersebut.

Selain dokter, perawat di Liberia juga banyak yang meninggal karena ikut terpapar juga, padahal penanganan Ebola juga sangat membutuhkan perawatan staf kesehatan. Saat ini hanya ada beberapa ribu perawat di Liberia, dan sedikitnya 90 orang perawat tewas karena terinfeksi Ebola dan sekitar 50 – 60 orang lainnya berhasil selamat.

Perawat dan dokter itu sebenarnya bersedia kembali bekerja, asal ada fasilitas yang dapat membantu mereka mulai dari peralatan perlindungan, pelatihan dan skema pembayaran yang sesuai dengan tingkat ancaman bahaya dari pekerjaan tersebut.

Tanpa pelayanan medis, tingkat kematian dari wabah Ebola akan mencapai 90%. Padahal Ebola merupakan penyakit yang sangat membahayakan.

Namun dengan pelayanan yang lebih baik dan tentu saja pusat pengobatan Ebola yang baru dan jumlah staf yang memadai untuk merawat para pasien, Dr. Ian Norton yakin eskalasi wabah Ebola ini akan dapat diatasi.

Ian Norton mencontohkan yang terjadi di Guinea, hanya dalam beberapa bulan dengan dukungan pelayanan yang baik tingkat kematian infeksi virus Ebola bisa ditekan sekitar 30 – 50 persen.