ABC

Lebih Mengenal Indonesia Justru Ketika Berada di Luar Negeri

Dengan luas wilayah yang begitu besar, dan begitu beragamnya kehidupan budaya, seni, adat dan yang lain, kadang justru ketika sedang berada di luar negeri, sebagian orang Indonesia baru mengenal Indonesia lebih banyak lagi.

  • Monash University memiliki koleksi alat musik dan artefak langka dari Indonesia
  • Prof Margaret Kartomi sudah lebih dari 40 tahun melakukan penelitian musik Indonesia
  • Tala Balo dari Lampung yang dimiliki Monash University adalah satu-satunya perangkat di luar Indonesia

Hal tersebut dikatakan oleh Konsul Jenderal Indonesia untuk wilayah Victoria dan Tasmania (Australia) Spica Tutuhatunewa hari Minggu (5/5/2019) di kampus Monash University Clayton.

Konsul Jenderal hadir dalam acara bernama “A Sunday Afternoon of Music and Dance from Indonesia” (Minggu Sore Menikmati Musik dan Tarian dari Indonesia), yang diselenggarakan oleh Music Archive Monash University, (MUMA) sebuah lembaga di universitas tersebut yang mengumpuilkan berbagai informasi dan alat musik dari manca negara.

Konjen RI untuk Victoria Spica Tutuhatunewa (kiri) dan Prof Margaret Kartomi dari Monash University.
Konjen RI untuk Victoria Spica Tutuhatunewa (kiri) dan Prof Margaret Kartomi dari Monash University.

Foto: Sastra Wijaya

Selama hampir 2 jam, sekitar seratusan yang hadir dalam acara ini disuguhi dengan tarian dan permainan alat musik dari Provinsi Lampung, Kalimantan Timur, Betawi dan juga dari Nusa Tenggara Timur.

Selain pertunjukan musik dan tari, juga di tempat yang sama dipertunjukkan serangkaian instrumen musik dan artefak langka dari Indonesia yang sekarang ini dimiliki oleh Monash University.

Konsul Spica menjelaskan pengalaman pribadinya dimana dia berasal dari Maluku, sehingga selama ini di Indonesia dia belum berkesempatan untuk menikmati seni dari Provinsi Lampung.

“Kita tahu Indonesia begitu luasnya, dan saya berasal dari Timur Indonesia, dan belum pernah menyaksikan tari dari provinsi Lampung yang berada di sebelah Barat Indonesia.” katanya.

“Jadi kadang kita berkesempatan mengetahui Indonesia lebih banyak justru ketika sedang berada di luar negeri seperti sekarang ini.” lanjutnya.

Acara Minggu Sore bersama ini merupakan bagian dari program yang dilakukan MUMA dimana di minggu pertama setiap bulan di tahun 2019, lembaga itu menampilkan pertunjukan musik dan budaya dari berbagai negara.

“Sebelum Indonesia, MUMA sudah menampilkan musik dan seni dari India, Iran, Afghanistan, dan bulan Juni, kita akan menampilkan musik dari China dan Jepang, dimana akan ada kerjasama untuk menampilkan satu pertunjukkan.” kata Prof Margaret Kartomi, Direktur MUMA.

Margaret Kartomi adalah professor di MUMA dan seorang etnomusikolog yang mengkhususkan diri meneliti mengenai musik Indonesia dan Asia Tenggara.

Tari Dayak dari Kalimantan Timur
Tari Enggang dari Kalimantan Timur dengan Rayhan Sudrajat memainkan sape.

Foto: Sastra Wijaya

Untuk pertunjukkan hari Minggu, Margaret Kartomi mengatakan sengaja untuk menampilkan musik dan tari yang selama ini tidak banyak ditampilkan.

“Kita sengaja untuk tidak menampilkan seni tari dan musik dari Bali dan Jawa yang sudah begitu dikenal selama ini.” katanya.
Dalam pertunjukkan pertama, ditampilkan Tari Sigeh Pengunten, sebuah tari yang diciptakan di tahun 1989, sebuah tari yang sekarang banyak ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu.

Tari ini diciptakan khusus untuk menggambarkan adanya berbagai suku yang tinggal di provinsi Lampung.

Alat musik harmonika dari Tanjung Sakti, Provinsi Sumatera Selatan.
Alat musik harmonika dari Tanjung Sakti, Provinsi Sumatera Selatan.

Foto: Sastra Wijaya

Yang unik dalam penampilannya, tari Sigeh Pengunten ini diiringi oleh perangkat musik bernama Talo Balak.

Perangkat Talo Balak yang dimiliki oleh Monash University ini merupakan satu-satunya perangkat yang berada di luar Indonesia.

Selain tari dari provinsi Lampung, juga ditampilkan tari dan musik dari Kalimantan Timur.

Rayhan Sudrajat seorang mahasiswa S2 asal Indonesia memainkan alat musik Sape mengiringi istrinya Rima Sudrajat membawakan dua tarian yaitu Tari Enggang, dan Tai Leleng.

Acara kemudian ditutup dengan tari dan musik dar Betawi, dan Flores, yang menampilkan Ondel-Ondel dan Goyang Maumere.

Para penari yang tampil adalah warga Indonesia yang tinggal di Melbourne yang tergabung dalam kelompok seni Lenggokgeni.

Pameran alat musik dan artefak langka asal Indonesia kebanyakan adalah koleksi dari Prof Margaret Kartomi yang sudah selama 40 tahun terakhir melakukan berbagai penelitian mengenai musik Indonesia.

Salah satu yang ditampilkan adalah alat musik harmonika yang berasal dari Tanjungsakti, Sumatera Selatan.

Juga dipamerkan alat musik Bundengan, disebut sebagai satu-satunya alat musik sejenis ini di dunia.

Alat musik yang digunakan oleh pengangon bebek di Dataran Tinggi Dieng di kabupaten Wonosobo dan Temanggung.

Tari Goyang Maumere menutup acara Musik Sore di Monash University hari Minggu (5/5/2019)
Tari Goyang Maumere menutup acara Musik Sore di Monash University hari Minggu (5/5/2019)

Foto: Sastra Wijaya

Simak berita-berita ABC Indonesia lainnya di sini