ABC

Lebih 100 Makalah Soal Indonesia Dibahas di Universitas Deakin Australia

Hubungan Australia-Indonesia,  bagaimana media melaporkan eksekusi Bali Nine, dan pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Jokowi termasuk dalam topik yang akan dibahas dalam Konferensi Terbuka Dewan Indonesia di Universitas Deakin di Geelong (Victoria) 2-3 Juli mendatang.

Secara keseluruhan, lebih dari 100 makalah akan dipresentasikan dalam acara selama dua hari tersebut. Tidak saja masalah politik, namun seni, ekonomi, hubungan luar negeri, bahasa dan kesusasteraan juga akan diibicarakan.

Bertempat di kampus Deakin University di Geelong, sekitar 75 km dari ibukota negara bagian Victoria, Melbourne, acara ini diselenggarakan oleh Alfred Deakin Research Institute for Citizenship and Globalisation (ADRICG) dan the School of Humanities and Social Sciences (SHSS).

Konprensi internasional ini akan menjadi forum mengenai studi baru dan inovatif mengenai Indonesia dan terbuka untuk umum.

Pertemuan ini juga merupakan pertemuan dua tahunan Dewan Indonesia (Indonesia Council), sebagai grup di bawah naungan Asosiasi Studi Asia di Australia.

Salah satu sudut kampus Universitas Deakin di Geelong.
Salah satu sudut kampus Universitas Deakin di Geelong.

 

Dr Jemma Purdey, salah seorang peneliti di ARDICG dan juga panitia utama penyelenggara mengatakan para ilmuwan yang terlibat dalam konprensi ini tidak segan untuk membahas topik yang susah.

“Penelitian dan juga beasiswa terus diberikan meskipun ada ketegangan hubungan antara Indonesia dan Australia," kata Purdey dalam rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia.

“Yang paling mengesankan adalah bahwa sekitar 40 persen makalah yang dipresentasikan berasal dari para ilmuwan Indonesia, baik mereka yang sedang menempuh pendidikan di sini, ataupun yang datang langsung dari Indonesia," tambahnya.

"Forum seperti ini penting sekali bagi pertukaran pemikiran riset dan penemuan antara para ilmuwan Indonesia dan Australia," kata Purdey.

Menurut Dr Purdey, salah satu tema yang menarik dari konprensi ini adalah 50 tahun peristiwa G-30S/PKI yang terjadi tahun 1965-1966, tema yang akan dibahas oleh sekitar 20 pemakalah.

"Topik ini masih tabu dibicarakan di Indonesia, dan masih banyak kalangan di Indonesia yang tidak mau membicarakannya," katanya.

The International People’s Tribunal – yang berisi akademisi, pegiat dan juga para ahli hukum – akan bertemu di Den Haag (Belanda) bulan Oktober 2015 dan konprensi ini menjadi ajang yang tepat untuk memulai pembicaraan yang sulit tersebut." katanya.

Selain pemakalah, juga diselenggarakan pameran seni antara lain Pameran berjudul "Just Bali" dan juga pameran foto West Sumatera: People and Culture.