ABC

Layaknya Ibu dan Bayi, Ikatan Anjing-Pemiliknya Juga Picu Hormon Oksitoksin

Hasil penelitian terbaru mengungkap, keterikatan antara anjing dan pemiliknya ternyata mirip dengan yang dimiliki ibu dan bayi. Tapi pelatih anjing terkemuka di Australia menyebut, itu bukan alasan untuk memperlakukan anjing peliharaan seperti manusia.

Para peneliti di Jepang menemukan bahwa hanya dengan melihat satu sama lain, manusia dan anjing mengalami lonjakan hormon oksitosin.

Ini adalah hormon yang sama yang muncul pada ibu dan bayi saat mereka bertukar pandangan, dan memiliki peran dalam ikatan ibu-anak, kepercayaan serta perasaan selalu mengalah.

Para peneliti menemukan bahwa manusia dan anjing mengalami lonjakan oksitoksin ketika saling melihat satu sama lainya. (Foto: Flickr)
Para peneliti menemukan bahwa manusia dan anjing mengalami lonjakan oksitoksin ketika saling melihat satu sama lainya. (Foto: Flickr)

Para peneliti mengamati 30 pemilik anjing berbagai ras yang tengah bermain dengan peliharaan mereka selama setengah jam.

"Saat sang anjing menatap pemiliknya, sekresi oksitosin si pemilik anjing menjadi lebih kuat. Dan kemudian hal itu semakin membuat sang pemilik anjing ingin menyentuh peliharaan mereka, dan perilaku memanjakan serta kedekatan ini menjadi semakin kuat, " kata Miho Nagasawa dari Universitas Azabu.

Ia menyambung, "Hal itu menyebabkan tingkat oksitosin anjing menjadi lebih tinggi, [dan] membuat anjing menatap pemiliknya lagi."

Penelitian mereka di masa mendatang akan menguji apakah anjing bisa bersimpati dengan emosi manusia.

Pelatih anjing, Scott Donald, menanyai dirinya sendiri dengan pertanyaan yang sama setelah lebih dari 30 tahun memiliki pengalaman dalam pelatihan anjing di Australia dan internasional.

Namun ia memperingatkan orang untuk tidak terlalu dibutakan oleh mata anak anjing.

Ia mengatakan, dirinya banyak melihat masalah ketaatan yang meningkat sebagai akibat dari pemilik yang memperlakukan anjing mereka terlalu seperti manusia.

"Saya melihat foto anjing di ruang tamu rumah pemiliknya. Ia tak punya niat untuk memindahkan foto itu dari sana dan mereka semua berangkat kerja dan ia punya tempat seharian," ujar Scott.

Ia mengutarakan, "Tapi anjingnya jenis rottweiler. Apa yang terjadi pada akhirnya, sang anjing mungkin mempertahankan daerah kecilnya."

Scott menambahkan bahwa tak ada yang salah dengan memperlakukan anjing seperti anjing.

"Mereka perlu tahu di mana tempat mereka dan apa yang Anda inginkan untuk mereka. Mereka akan melakukan apa pun untuk Anda, mereka hanya perlu tahu dan itu terserah Anda untuk melatihnya," jelasnya.

Ia menerangkan, "Kalau tidak, naluri mereka mengambil alih – naluri anjing alami yang mereka miliki – dan jika kita tidak membimbing mereka kadang-kadang naluri alami terlalu kuat dan dalam beberapa kasus tidak dapat diterima."

Menurut Scott, selama pelatihan, pemilik tak perlu terburu-buru untuk menatap mata anjing peliharaan mereka.

Dalam beberapa kasus, terlalu banyak kontak mata bisa mengagitasi anjing yang dominan, atau terlalu merangsang mereka yang riuh.

"Saya akan mengajarkan orang berlatih untuk tak melakukan kontak mata sepanjang latihan tertentu, karena kontak mata efeknya kuat bagi anjing," sebutnya.