ABC

Larangan Hubungan Seksual Akademisi dan Mahasiswa

Akademisi di RMIT University, Melbourne meminta perguruan tinggi di Australia melembagakan larangan berhubungan seksual antara staf fakultas dan mahasiswa.

Profesor Denise Cuthbert, Wakil Rektor untuk Riset, Pelatihan dan Pengembangan di RMIT, mengatakan sudah saatnya meninjau kebijakan yang mengatur bagaimana para profesor, dosen dan mentor berinteraksi dengan mahasiswa.

Dia mengatakan situasi sekarang terkait kebijakan ini didalam universitas terlalu tidak jelas.

“Beberapa universitas telah bergerak untuk memberikan pendapat lebih jauh mengenai efek bahwa ‘hubungan ini sangat tidak dianjurkan’, namun kecuali pihak universitas mengakui kondisi tersebut hal ini akan semakin meningkat,” katanya.

“Intervensi yang sedang saya coba lakukan adalah mungkin inilah saatnya bagi perguruan tinggi untuk meninjau ulang hal ini, mengingat apa yang sekarang kita ketahui tentang efek mengganggu (distortif) yang dapat dimiliki oleh struktur kekuasaan terhadap hubungan interpersonal.

“Saya tidak berpikir sebuah kebijakan pelarangan dalam jangka waktu lama adalah hal yang pantas [diterapkan], tapi rekomendasi saya adalah untuk larangan di tempat [terkait seks] yang akan berakhir pada kelulusan.”

Profesor Cuthbert mengatakan bahwa dewan akademik di RMIT telah mempertimbangkan usulannya pada hari Senin (20/11/2017), dan telah memberi lampu hijau untuk menyelidiki lebih lanjut usulan ini.

Dia mengatakan targetnya adalah menyusun aturan bagi para akademisi yang konsisten dengan kebijakan yang sudah berlaku bagi pekerja di profesi lain, seperti pengacara, dokter dan psikolog.

“Misalnya, bagi psikolog ada pelarangan melakukan hubungan seksual yang intim dengan klien atau pasien yang bertahan selama asosiasi profesional dan untuk jangka waktu dua tahun kemudian,” katanya.

“Dan profesional di bidang kesehatan pada umumnya sudah memiliki aturan semacam ini yang sudah sangat jelas diartikulasikan, melalui konsep batas-batas profesional, hubungan yang dilarang.

“Jadi profesional kesehatan sama sekali tidak bebas memilih pasangan seksual dari kalangan pasien mereka.”

“Dia memanfaatkan keuntungan dari ketimpangan kekuasaan’

Mahasiswa PHD zoologi di University of Western Australia, Peter Derbyshire mengatakan bahwa dia telah melihat bagian yang adil dari hubungan pribadinya antara akademisi dan mahasiswa.

Dia mengatakan sejak menjadi Presiden Dewan Asosiasi Pascasarjana Australia, menjadi jelas bahwa ada sisi lain dari seks antara mentor dan murid mereka.

“Masalahnya ada karena Anda akan memiliki seorang mahasiswa yang bekerja sama dengan seorang supervisor – biasanya di daerah penelitian yang sangat terpencil – dan atasannya biasanya seorang pakar di lapangan seperti itu,” katanya.

“Jadi, jika hubungan mahasiswa dan supervisor rusak, terkadang terjadi di mana atasan itu benar-benar dapat mengecewakan masa depan karir mahasiswa itu.”

Presiden Asosiasi Mahasiswa ANU 2017, James Connolly
James Connolly mengatakan dia "terkejut dan memilih tutup mulut" usai menjadi korban pelecehan seksual di kampus.

Woroni: Zoe O’Leary Cameron

Dia menambahkan bahwa temuan sebuah laporan yang dilakukan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Australia menemukan pelecehan seksual terhadap mahasiswa oleh mentor mereka adalah sesuatu yang umum, yang semakin memberi bobot terhadap desakan pelarangan ini.

Studi yang dirilis awal tahun ini, memperkirakan 10 persen dari semua mahasiswa pascasarjana di Australia pernah dilecehkan secara seksual oleh mentor atau dosen, dan 6 persen dari kalangan mahasiswa S-1.

Satu laporan anonim tentang pelecehan yang ditulis oleh seorang mahasiswa  mengatakan bahwa mereka percaya bahwa mereka dilecehkan secara seksual oleh pengawas mereka “karena dia memanfaatkan kekuasaannya yang tidak seimbang.”

“Dan melihat situasi saya sebagai seorang ibu baru, dan saya sebagai wanita muda yang naif yang menghormati dia, sebagai sebuah keuntungan atau kerentanan,” kata mahasiswa tersebut.

“Mungkin para dosen dan universitas merasa bahwa mereka berada dalam posisi berkuasa terhadap mahasiswa mereka dan beberapa dari mereka memanfaatkan ini.

Seorang mahasiswa anonim lainnya mengatakan bahwa mereka tidak melaporkan kejadian tersebut karena “industri ini sangat terikat satu sama lain”.

“Dan menyebabkan kegaduhan atau membuat masalah dengan sesama mahasiswa yang suatu hari nanti bisa menjadi kolega di industri ini benar-benar bisa menghancurkan peluang saya di masa depan,” kata mahasiswa tersebut.

“Itu sangat sering terjadi di industri Pendidikan tunggi dan begitu juga di lingkungan kursus.”

‘Australia bisa memimpin gerakan global’

Profesor Cuthbert mengatakan bahwa Universitas Yale di Amerika Serikat telah melarang hubungan seks antara akademisi dan mahasiswa.

Dia mengatakan bahwa universitas-universitas di Australia bisa melangkah lebih jauh dengan memperluas larangan tersebut kepada mahasiswa pascasarjana juga.

Profesor Cuthbert mengatakan pelarangan seks antara anggota fakultas dan mahasiswa juga dapat membantu menarik lebih banyak wanita ke bidang yang didominasi laki-laki seperti sains dan matematika.

Dan dia menambahkan bahwa kebijakan semacam ini juga bisa menjadikan Australia sebagai tujuan studi yang lebih menarik bagi mahasiswa dari luar negeri.

“Bagi jumlah mahasiswa internasional kita yang sangat banyak yang tiba di Australia, kebiasaan dan konvensi mengenai hubungan interpersonal dan seksual tidak diketahui,” katanya.

“Ini akan memberikan kejelasan.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.