ABC

Larang Warga Sipil Miliki Senjata Api, Modal Kuat Australia Hadapi Ancaman Teror

Menteri Kehakiman Federal, Michael Keenan mengatakan Undang-Undang mengenai kepemilikan senjata yang ketat dan keragaman di Australia membuat kecil kemungkinan peluang Australia akan mengalami serangan teroris yang sama dengan yang terjadi di Paris pekan lalu.

Menteri Keenan mengatakan UU mengenai kepemilikan senjata dan keragaman merupakan salah satu kekuatan penting Australia untuk melawan ancaman teror.

Kepada Sky News dia mengatakan kombinasi ini akan sangat sulit untuk 'melakukan sesuatu seperti yang kita lihat di Paris di Australia".

"Kita berhasil mengelola keragaman di Australia lebih baik dari mana saja di dunia dan ini merupakan bagian dari proses yang melahirkan dan  dan memperkuat undang-undang anti-teror yang kita miliki dan bertujuan untuk menjamin keamanan komunitas Muslim dan membina kerja sama erat dengan mereka," katanya.
 

"UU ini akan sangat menyulitkan orang-orang mendapatkan senjata di Australia karena undang-undang senjata yang sangat kuat yang kita miliki."

Keenan mengatakaan meskipun badan keamanan intelejen Australia tidak bisa menafikan peluang adanya serangan teroris di masa depan di Australia, tapi Australia diuntungkan oleh kemampuan melacak siapa saja yang memasuki negaranya.

"Ada tantangan besar di Eropa saat ini yang kita tidak miliki," katanya.

"Ada pergerakan signifikan, dimana ribuan orang bermigrasi ke Eropa dengan cara-cara yang tidak terkontrol,"

Keenan mengatakan Pemerintahan Turnbull terus melanjutkan kebijakan Australia yang kuat terkait keamanan nasional Australia yang telah dimulai oleh pemerintah Abbott, meskipun kedua pemimpin ini  memiliki gaya yang sangat berbeda.

Keenan mengatakan Abbott dan Turnbull mengekspresikan diri mereka secara berbeda, tetapi tujuan kebijakannya tetap sama".
 
"Kepentingan Australia tetap sama," katanya.
 
Komentar Keenan ini merupakan respon terhadap berita yang menyebutkan Perdana Menteri Malcolm Turnbull yang mendukung pernyataan para pemimpin di Forum KTT Asia Timur dalam melawan ekstremisme kekerasan dengan Malaysia dan Korea, sebagai bagian dari upaya Australia untuk meningkatkan kerjasama dengan mitra regionalnya dalam memerangi terorisme.
 
Australia tercatat sebagai negara yang sukses mengkontrol senjata api di masyarakatnya dan bahkan sukses menghilangkan kasus penembakan massal sejak 1996.
 
Kasus penembakan massal di Australia terjadi pada 28 April 1996, dimana Martin Bryant, pria berusia 28 tahun melakukan penembakan dan pembunuhan massal yang menewaskan 35 orang di Port Arthur, Tasmania.
 
Insiden inil melatarbelakangi di berlakukannya UU Pelarangan Senjata Api bagi Masyarakat Sipil.
 
Semenjak saat itu, pembunuhan massal dengan senjata api di Australia tidak terjadi lagi. Hingga insiden 15 Desember 2014, di sebuah Kafe Lindt di kawasan sibuk Martin Place, Sidney yang dilakukan Man Haron Monis, seorang pria keturunan kelahiran Iran, menyandera 17 orang dan menembak mati 2 sandera diantaranya.
 
Insiden ini menyebabkan Gubernur NSW menetapkan  siapapun yang melakukan insiden serupa, termasuk kepemilikan senjata api ilegal tidak akan mendapat kesempatan banding.