ABC

Kurangi Emisi Karbon, Negara Berkembang Pertimbangkan Energi Nuklir

Menurut direktur Inisiatif Energi di Universitas Queensland, negara-negara berkembang akan melirik energi nuklir untuk menyediakan beban listrik dasar, sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida.

Profesor Chris Greig menggambarkan nuklir sebagai sumber listrik nol emisi yang merupakan bagian dari komitmen energi terbarukan, yang telah dibuat beberapa negara.

Menurut Asosiasi Nuklir Dunia (WNA), ada 437 pembangkit listrik reaktor nuklir di 31 negara, yang saat ini memproduksi sekitar 11% dari energi global.

Banyak dari pembangkit itu terletak di negara-negara maju seperti Perancis, yang memproduksi 75% dari semua listriknya dari nuklir.

WNA mengatakan, negara-negara seperti Swedia, Belgia, Swiss dan Ukraina juga memproduksi rata-rata 30% dari kebutuhan listrik mereka dari energi nuklir.

Tapi Profesor Greig mengatakan, banyak pembangkit listrik tenaga nuklir tengah direncanakan dan dibangun di negara-negara berkembang.

"Tak begitu banyak pembangkit baru sedang dibangun di negara maju, tapi itu terjadi di negara-negara berkembang di mana kita melihat cukup banyak aktifitas seperti itu," ujarnya.

Ia menerangkan, "Jika Anda melihat tempat seperti China, mereka memiliki 17 atau lebih [reaktor nuklir] yang saat ini beroperasi, 28 reaktor sedang dalam konstruksi, dan sekitar 55 reaktor tengah direncanakan.”

"India memiliki sekitar setengah dari itu. Mereka memiliki 20 reaktor operasional sekarang dan mungkin ada sekitar 25 atau lebih yang sedang dibangun atau direncanakan,” tambahnya.

Ia menyambung, "Begitu pula Indonesia, Vietnam, Korea Selatan, semua negara semacam ini merencanakan untuk memiliki reaktor nuklir."

Energi nuklir tak jadi fokus konferensi Paris

Profesor Greig mengatakan, hal yang mengherankan bahwa energi nuklir tak banyak menjadi perhatian atau sorotan media dalam konferensi iklim baru-baru ini di Paris (COP21).

"Saya tidak berpikir isu nuklir ditinggalkan, tapi belum ada pengakuan tertentu yang mungkin memiliki peran penting dalam memerangi perubahan iklim," sebutnya.

Ia menuturkan, "Maksud saya, listrik begitu rendah karbon, mendekati nol, seperti halnya sumber energi terbarukan.”

"Dan itu memenuhi beban dasar, selalu tersedia, sumber listrik, sehingga Anda akan berpikir ada banyak manfaat di dalamnya untuk membuat ini jadi pilihan yang serius," jelasnya.

Beban listrik dasar didefinisikan sebagai jumlah minimum listrik yang disalurkan, atau diperlukan, selama periode tertentu dengan tingkat yang konstan ke jaringan listrik.

Secara tradisional, sumber bahan bakar fosil seperti batu bara, gas, tenaga air dan tenaga nuklir telah dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menghasilkan beban listrik dasar dengan harga yang terjangkau.

Beban listrik dasar telah dianggap perlu untuk menyediakan energi, bahkan dalam sistem yang memiliki sumber energi terbarukan, untuk mengatasi beban puncak dan kurangnya sumber angin serta sinar matahari.

Peran Australia dalam masa depan nuklir

Australia memiliki sekitar 40% dari cadangan nuklir dunia -dengan pembatasan di sejumlah negara bagian seperti Queensland baru-baru ini dicabut -dan mungkin akan tumbuh.

Ada tiga tambang uranium yang beroperasi: Ranger di Wilayah Utara Australia, Olympic Dam dan Beverley keduanya di Australia Selatan.

Sepertinya, tambang berikutnya yang akan dikembangkan, jika memang dilakukan, akan berada di Australia Barat.

Profesor Greig mengatakan, para produsen Australia dapat mengambil manfaat dengan pertumbuhan energi nuklir, tetapi dengan semua kondisi yang ada, harganya akan ditentukan oleh pasar.

"Secara potensi, itu bisa meningkat tapi banyak darinya benar-benar tergantung pada penyerapan nuklir di skala global. Dan saya pikir itu tergantung pada bagaimana tantangan mengurangi karbon terpenuhi,” jelasnya.

Ia mengutarakan, "Saya pikir, saat ini ada pandangan yang kuat bahwa energi terbarukan bisa mendominasi, tapi saya sedikit skeptis. Jika kita ingin berbicara nyata tentang pengurangan karbon, kita akan membutuhkan beberapa pilihan, seperti nuklir.”

"Dan karena itu, dalam beberapa dekade mendatang, saya memperkirakan permintaan untuk tenaga nuklir akan meningkat, dan karena itu potensi pasar uranium meningkat pula."