ABC

Kunjungan Wisatawan Independen asal China ke Australia Meningkat

Wisatawan asal China tercatat terus memiliki jumlah kunjungan tertinggi kedua ke Australia pada 2016. Di antara pelancong asal China yang datang berlibur, hampir setengahnya adalah wisatawan independen yang datang melancong tanpa rombongan.

Jumlah ini telah berkembang dengan kuat selama delapan tahun terakhir, dan merupakan tanda kedewasaan untuk pasar wisata luar kota bagi masyarakat asal China.

Menurut hasil Survey Wisatawan International yang dilakukan oleh Badan Penelitian Pariwisata Australia, sebanyak 638.000 orang China mengunjungi Australia untuk menikmati liburan pada tahun 2016 lalu.

Sebanyak 45 persen dari mereka melakukan perjalanan secara independen (tidak dengan rombongan wisata), dibandingkan dengan pada tahun 2010 yang jumlahnya hanya mencapai 28 persen saja.
“Ini adalah wisatawan yang tinggal lebih lama, melakukan penjelajahan lebih luas dan menghabiskan lebih banyak uang,” kata John O’Sullivan, Direktur Pariwisata Australia.
Survei ini menunjukkan meskipun pelancong asal China menduduki peringkat kedua dalam hal jumlah pengunjung setelah Selandia Baru, namun selisihnya semakin menyempit.

Dan wisatawan asal China mencetak pertumbuhan yang signifikan dalam hal menghabiskan uang selama berlibur di Australia sebesar 11 persen menjadi $9,2 miliar, yang menduduki puncak tertinggi dalam daftar tersebut.
“Hampir 50 persen dari kedatangan wisatawan asal China pada saat ini juga merupakan pengunjung yang sebelumnya pernah berlibur ke Australia alias melakukan kunjungan kembali,” papar John O’Sullivan.

“Saya pikir apa yang kita saksikan di sini adalah pesatnya kelas menengah China yang sedang berkembang atau sudah berkembang.”
“Ini adalah tanda kedewasaan untuk pasar wisata luar kota warga China,” kata Sam Huang, seorang profesor di bidang pariwisata dan jasa pemasaran di Edith Cowan University di Perth, Australia Barat.

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang datang sebagai wisatawan independen dan bebas, mereka tidak lagi terbatas pada kota-kota yang menjadi tujuan wisata tradisional di pantai timur seperti Sydney dan Melbourne.

Mereka “melakukan penjelajahan lebih luas” di seluruh Australia.

“Ini merupakan fenomena alami setelah ‘gelas penuh dan air akan mulai meluap’,” kata Profesor Huang.
“Ketika orang mengunjungi Australia untuk pertama kalinya, mereka akan pergi ke kota-kota ikonik seperti Sydney atau Melbourne.”

“Maka ketika pada perjalanan wisata kedua atau ketiga mereka, mereka ingin mengeksplorasi sedikit lebih ke pedalaman Australia, mencicipi anggur lokal dan makanan dan mencicipi nuansa gaya hidup Australia.”
Profesor Huang mengatakan seiring dengan Australia menjadi negara yang populer bagi para migran dan mahasiswa China, mereka akan membawa keluarga, kerabat dan teman-teman mereka untuk mengunjungi Australia.

Chinese visitors top the spending charts, with a total of $9.17 billion Australian dollars.
Wisatawan asal China menempati urutan teratas dalam daftar belanja wisatawan di Australia dengan total belanja mencapai AUD$9.17 miliar.

Supplied by Tourism Research Australia

Sekarang kita melihat adanya kecenderungan wisatawan China mengunjungi Australia dengan berbagai tujuan,” kata Profesor Huang.
“Mereka tidak hanya datang untuk liburan. Ada tujuan lain juga, misalnya, pariwisata investasi dan pariwisata pendidikan.”
Kecenderungan ini juga merupakan refleksi dari situasi saat ini dari pendidikan dan pasar real estat di China, Profesor Huang menambahkan.

Dari ujung Australia, John O’Sullivan mengatakan layanan yang disesuaikan dengan wisatawan China bisa membuat perbedaan. Australia sedang mendorong lebih banyak wisatawan tanpa rombongan asal China untuk berkunjung dengan memperkenalkan kebijakan visa yang lebih nyaman termasuk pengenalan visa multi entry selama 10 tahun.
“Maskapai penerbangan merupakan faktor kunci lainnya yang mendorong pertumbuhan ini,” kata O’Sullivan.

“Banyak dari penerbangan baru dari kota-kota sekunder China seperti Kunming, Hangzhou dan Wuhan, sangat efektif membuka kawasan-kawasan di China yang sebagian besar belum dimanfaatkan .”

Dalam rangka memfasilitasi turis independen tanpa rombongan ini, upaya yang dilakukan bukan hanya sekedar memiliki staf yang mampu berbicara Bahasa Mandarin di meja depan hotel atau menyediakan koran berbahasa China atau pilihan makanan saja, tapi ini lebih menyangkut persoalan tingkat kenyamanan yang lebih tinggi.
John O’Sullivan mengatakan memberikan wisatawan independen FIT sistem pembayaran yang mereka merasa nyaman menggunakannya adalah salah satu bidang utama.
“Jadi menerima dan mempromosikan kartu Union Pay China, tetapi juga berpikir tentang metode pembayaran berbasis mobile baru seperti WeChat Pay dan Alipay.”

Diterjemahkan pukul 09:50 AEST 11/4/2017 oleh Nurina Savitri dan simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini