ABC

Kunjungan Presiden Jokowi ke China untuk Bidik Investor dari ‘Bank Terakhir’

Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo dan delegasi terbatas tiba di Chengdu, China, Kamis kemarin.

Terakhir kali Presiden Jokowi ke China adalah tepat setahun lalu, sementara kunjungan tahun ini bertepatan dengan 10 tahun kemitraan strategis komprehensif Indonesia dan China, yang disebut Presiden Jokowi merupakan "mitra dagang dan investasi terbesar".

Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping, selain juga sejumlah investor di China.

Beberapa kerja sama yang dibahas kedua kepala negara tersebut meliputi penguatan perdagangan, investasi, kerja sama kesehatan, kerja sama pembangunan Ibu Kota Nusantara, juga kerja sama riset dan teknologi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang ikut dalam kunjungan, mengatakan salah satu permintaan Presiden Jokowi adalah dibukanya akses pasar yang lebih banyak di China bagi produk-produk Indonesia.

'Mengamankan legacy pembangunan dan IKN'

Sejak menjabat sebagai presiden, Jokowi sudah sepuluh kali pergi ke China, termasuk menjadi negara pertama yang dikunjunginya untuk KTT APEC di tahun 2014.

Tapi selain memenuhi undangan Presiden Xi Jinping, setidaknya ada dua hal di balik kunjungan Presiden Jokowi kali ini, menurut Dr Randy Wirasta Nandyatama, akademisi Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada.

"[Yang pertama] jelas ini dalam rangkaian panjang Jokowi untuk mempromosikan dan mengamankan legacy dan komitmen ala pembangunan yang ia percayai," kata Randy kepada ABC Indonesia.

Ia mencontohkan upaya Presiden Jokowi untuk mengamankan hilirisasi nikel.

"Mengapa isu EV [kendaraan listrik] menjadi salah satu yang didorong, karena menurut kacamata Jokowi, masa depan ekonomi Indonesia itu sangat bergantung pada industri ekstraktif, dan salah satu yang punya potensi besar kan EV ya."

"Jadi kita bisa lihat waktu ke Amerika pun [Presiden Jokowi] datangnya ke Elon Musk," tambahnya.

Selain mengamankan legacy pembangunan, Randy mengatakan kunjungan Presiden ke China juga tidak bisa dilepaskan dari proyek Ibu Kota Negara.

"

"Salah satu yang perlu diamankan banget, karena sampai sekarang perkembangannya belum optimal betul adalah IKN."

"

"Banyak orang yang merasa komitmen pemerintah sendiri kurang atau tidak ada jaminan pasca 2024 kemudian IKN akan terus jadi … membuat investor selama ini lebih wait and see."

'Bank terakhir'

Menurut pengamtan Randy, sebenarnya Presiden Jokowi sudah berusaha memperluas keranjang investasinya selama beberapa tahun terakhir ini dengan mendatangi negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab.

"Dalam kacamata saya, [Indonesia] sepertinya di awal-awal menghindari [investasi] China di IKN … pemerintah Indonesia tahu dan sadar bahwa [China] itu 'the last bank'," ujarnya.

"Dan kita tahu yang namanya berinvestasi, we don't put all of our eggs into one basket, makanya cari ke mana-mana dulu, sampai ke Uni Emirat Arab."

"

"Tapi kayaknya selama ini belum dapat sinyal positif [dari negara lain], dan ini saatnya Presiden Jokowi mungkin merasa perlu lebih serius dan mengamankan 'the last bank', meyakinkan China untuk bisa dan mau berinvestasi di IKN," jelas Randy.

"

Apa yang tidak berhasil dari hubungan dengan China?

Kemungkinan besar kunjungan Jokowi ke China tahun ini menjadi kunjungan terakhirnya sebagai presiden.

Melihat hubungan Indonesia-China selama hampir sepuluh tahun di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, Dr Randy Wirasta Nandyatama menilai Presiden Joko Widodo sebenarnya merupakan "salah satu aktor yang cukup berhasil."

"Berhasil dalam aspek menjaga keseimbangan, misalnya Indonesia enggak pernah atau jarang mendapat ban akses ekonomi."

"Tapi di sisi lain, Indonesia juga belum berhasil penuh untuk mendorong dan menggiring China untuk comply dengan Hukum Internasional." 

Ia menambahkan China pada kenyataannya memang merupakan mitra ekonomi, tetapi juga punya posisi berisiko secara politis karena konflik teritorial.

"

"Jadi memang ada persoalan struktural [dengan China] yang sebenarnya dihadapi oleh hampir sebagian besar negara-negara Asia Pasifik atau setidaknya Asia Tenggara," pungkas Randy.

"

Sementara itu, dalam keterangannya usai pertemuan bilateral kemarin,  Presiden Xi Jinping mengatakan China siap memperdalam kerja sama strategis dengan Indonesia.

Menurutnya hubungan Indonesia dan China memberi contoh bagi negara-negara berkembang untuk berbagi masa depan bersama, mengejar solidaritas, bekerja sama dan mendorong pembangunan bersama, serta menyuntikkan lebih banyak kepastian dan energi positif ke kawasan dan dunia.

Presiden Xi juga menyinggung pencapaian kedua negara dalam mensinergikan Belt and Road Initiative dengan visi Indonesia tentang Poros Maritim Global.

China juga mengatakan mendukung Indonesia dalam mengembangkan ibu kota barunya dan Kawasan Industri Kalimantan Utara.

Selain itu, China juga bersedia memperluas kerja sama di berbagai bidang termasuk kendaraan energi baru dan kota pintar, serta bersama-sama mempromosikan transformasi digital industri, tanpa merinci bentuk dukungan atau investasinya secara detil.