ABC

Krisis Irak : Australia Kirim Bantuan Amunisi Bagi Pasukan Kurdi di Irak

Angkatan Udara Australia berhasil mengirimkan amunisi untuk mempersenjatai pasukan Peshmerga Kurdi memerangi tentara Negara Islam Irak Suriah (ISIS) di Irak utara.

 

Dalam pernyataan yang diterbitkan Selasa malam (2/9), Kementerian Pertahanan Australia membenarkan pesawat tempur C-17A Globemaster milik Angkatan Udara Australia telah berhasil mengirimkan peralatan amunisi ke ibukota Kurdi Erbil dari Dubai.

Perdana Menteri Tony Abbott pada hari Minggu mengumumkan pesawat Australia itu akan digunakan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan senjata ke Irak sebagai bagian dari upaya multi-negara untuk membantu rakyat Irak melawan ISIS.

Abbott mengatakan sementara Australia telah menyetujui permintaan dari Amerika Serikat untuk mengangkut senjata dan amunisi dari negara-negara blok Timur kepada pasukan Kurdi, Australia "tidak berniat" untuk mengirim pasukan untuk bertempur melawan ISIS

"Tentu saja, bantuan itu penting bagi Australia, bantuan itu juga penting bagi irak. Bantuan ini sangat penting bagi seluruh dunia agar pemuja kematian bisa dikalahkan," kata Abbott dalam program 7.30.

""Terlepas dari apa pun, kita punya sekitar 150 warga Australia yang satu atau lain cara bisa terlibat dengan kelompok-kelompok teroris. Kita mungkin tidak secara alami ingin menjangkau ke Timur Tengah tetapi, tragisnya, Timur Tengah menjangkau kami. "

Australia pada akhir pekan menjatuhkan pasokan makanan dan air ke kota Irak Amerli, yang telah dikepung oleh pejuang ISIS selama lebih dari dua bulan, mengakibatkan 15.000 warga Syiah Turkmen terjebak.

Pengiriman itu terjadi saat lebih dari 100 kerabat tentara Irak yang diculik oleh pejuang ISIS meluapkan kemarahan mereka ketika menerobos masuk ke gedung parlemen Irak di Baghdad dengan bersenjatakan tongkat, batang logam dan batu, menuntut kabar mengenai orang yang mereka cintai.

kerumunan orang yang kebanyakan berasal dari kelompok Syiah Irak, merusak sejumlah peralatan, menyerang setidaknya dua staf anggota parlemen yang mereka kira politisi dan menolak meninggalkan gedung, tutur petugas didalam.

"Mereka siap membuldoser siapapun yang menghalangi mereka, " kata petugas parlemen.

"Mereka mengatakan 'putera saya terkubur debu. dan kita bahkan tidak tahu nama mereka, dan kalian malah duduk nyaman diruangan ber-AC".

Para karyawan mengatakan pasukan khusus bertongkat didatangkan untuk mengusir mereka dari gedung parlemen. Keluarga tentara Irak yang diculik itu dijadwalkan akan menyampaikan pendapat mereka mengenai nasib anggota keluarga tercintanya.

ISIS menangkap tentara Irak pada Juni lalu pada awal serangan mereka di Bagian Utara dan tengah Irak, ketika mereka mendeklarasikan kekhalifahan Islam dan mengancam untuk merebut Baghdad.

Para tentara itu lari  meninggalkan markas mereka di Tikrit, utara ibukota, dan meyakini gencatan senjata telah ditengahi. Sebaliknya, ISIS membawa mereka dan kemudian melaporkan kalau pihaknya sudah membunuh 1.700 tentara, yang gambarnya mereka unggah di internet.

Belum ada laporan independen tentang berapa banyak sudah korban tewas. Warga di Tikrit mengatakan pada bulan Juni mereka meyakini jumlah korban tewas mencapai ratusan.

Bukti kejahatan kemanusiaan

Amnesty International mengatakan pihaknya telah memiliki bukti kalau militan ISIS telah meluncurkan kampanye pembersihan etnis atau genosida terhadap kelompok minoritas di Irak utara.

Dalam laporannya, kelompok hak asasi manusia itu mengatakan ada bukti kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan massal dan penculikan.

Penasihat HAM Senior Amnesty, Donatella Rovera, mengatakan militan telah menunjukkan sikap tidak memiliki rasa belas kasihan.

"Kebrutalan yang dilakukan ISIS dilengkapi dengan membunuh laki-laki dan anak laki-laki dengan darah dingin," katanya kepada ABC.

"Dan menurut korban, militan ISIS kembali dan memeriksa jika ada orang yang masih hidup dan menghabisi mereka."

Human Rights Watch mengatakan percaya bahwa tentara ISIS berhasil  memperoleh peluncur roket dan menggunakan mereka.

Organisasi itu mengatakan pihaknya telah melakukan investigasi atas dua kasus dalam beberapa bulan terakhir di mana tampaknya militan ISIS  mengerahkan peluncur roket, menewaskan lima orang termasuk seorang anak.

Berbicara dari konferensi internasional mengenai perjanjian untuk melarang peluncur roket di Kosta Rika, juru bicara Human Rights Watch Mary Wareham mengatakan saat ini bukan hanya pasukan pemerintah yang menggunakan senjata itu.

"Itu artinya konflik saat ini semakin beragam," katanya kepada program PM.

"Sekarang ada berbagai bidang yang sedang berjuang saat ini, sehingga kondisinya menjadi semakin rumit".

ABC/Reuteurs