ABC

Kota Pedalaman Australia Ini Frustrasi Karena Penduduknya Berkurang

Kota Yarriambiack di pedalaman negara bagian Victoria, Australia, dapat ditempuh sekitar empat jam perjalanan darat ke barat laut Kota Melbourne. Di sepanjang jalur ke sana, banyak terdapat silo raksasa yang dihiasi lukisan.

Sama seperti Melbourne, kota kecil ini juga menghadapi problem populasi. Namun, untuk alasan yang sangat berbeda.

Jika Melbourne harus mengatasi pertambahan penduduk sekitar 120 ribu pertahun, maka Yarriambiack justru alami kehilangan penduduk paling cepat dibandingkan kota-kota pedalaman lainnya.

“Kami memiliki perumahan murah, masyarakat yang luar biasa. Anda dapat melihat bintang-bintang dengan jelas di malam hari,” ujar Walikota Yarriambiack, Graeme Massey, kepada ABC.

“Tingkat kejahatan di sini hampir nol. Tempat parkir tidak berbayar, dan tak ada lampu lalu lintas. Tapi orang tidak ingin datang kemari,” kata Walikota Massey.

“Demografi penduduk kami berubah. Para ibu dan ayah semi-profesional yang dulunya kerja di bank dan sekolah kini tak ada lagi,” tambahnya.

Smiling man with glasses leaning against pole
Walikota Graeme Massey menyatakan orang-orang tua pindah ke kota pedalaman lebih besar untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik.

ABC News: Michael Barnett

Kota Yarriambiack telah kehilangan 12 persen penduduknya. Begitu pula kota-kota lain di sekitarnya seperti Buloke dan Hindmarsh.

Kepala Sekolah Warracknabeal Secondary School John Richmond menyatakan jumlah siswanya menyusut dari 650 orang pada tahun 1970an menjadi hanya 173 orang saat ini.

“Pub di kota ini sudah tutup beberapa tahun lalu,” katanya.

“Dua klub sepak bola telah lama bubar. Tim kriket dan bola basket yang bersaing kini bergabung jadi satu,” ujar Richmond.

“Banyak pekerjaan di sini yang tidak terisi, pertukangan, perawat, layanan paramedis, psikolog dan guru,” katanya.

Data biro statistik menunjukkan rata-rata usia penduduk Yarriambiack Shire adalah 50 tahun. Sebagai perbandingan di Melbourne usia rata-ratanya 30 tahun.

“Orang-orang tua pindah ke kota pedalaman yang lebih besar agar lebih dekat dengan layanan kesehatan. Banyak generasi muda tak ingin pulang dan kerja di pertanian,” kata Walikota Massey.

Man in classroom
Kepsek Warracknabeal Secondary School John Richmond menyatakan jumlah siswa juga mengalami penurunan.

ABC News: Michael Barnett

Pemimpin Oposisi Victoria, Matius Guy, melihat desentralisasi sebagai solusi atas permasalahan penduduk di Melbourne. Caranya, dengan memberikan insentif bagi mereka yang ingin hidup dan bekerja di pedalaman.

Oposisi berjanji membangun jaringan kereta api kecepatan tinggi ke pedalaman Victoria dan kereta penumpang ke Kota Hamilton, Horsham dan Mildura. Selain itu, mereka menjanjikan pembentukan Komisi Penduduk untuk mengelola tingkat populasi.

Ia juga berjanji untuk membatasi populasi di pinggiran Melbourne, melalui aturan yang mewajibkan para migran menetap di pedalaman.

Sementara itu Pemerintah Victoria kini membangun GovHub yang menampung 1.000 pegawai negeri di Kota Ballarat.

Kantor pusat Komisi Kecelakaan Transportasi juga akan dipindahkan dari Melbourne ke Geelong.

Selain itu, sekolah-sekolah kejuruan (TAFE) akan dipindahkan ke kota pedalaman.

Bagi pembeli rumah pertama di pedalaman Victoria, kini ditawarkan bantuan lebih besar. Pemerintah juga menjanjikan lebih banyak layanan bus di Victoria barat.

Kemarin, Pemerintah Victoria meluncurkan rencana peningkatan kereta api untuk mempersingkat waktu perjalanan ke Ballarat dan Geelong.

Brim silos.
Silo raksasa yang dihiasi lukisan di Brim, kota kecil di sebelah utara Warracknabeal.

ABC News: Patrick Rocca

Sementara itu Federasi Petani Victoria menyatakan, meski desentralisasi terdengar bagus dalam teori, namun tidak selalu berhasil dalam praktik.

“Desentralisasi tak selalu berhasil ketika hanya tersedia satu pekerjaan untuk keluarga,” kata Emma Germano, ketua federasi tersebut.

“Beberapa orang yang pindah keluar kota-kota satelit, tetap bekerja di tempat-tempat itu, pulang larut malam dan sebenarnya bukan bagian dari masyarakat (pedalaman),” katanya.

Satu kesamaan kota-kota pedalaman ini adalah bahwa umumnya merupakan basis Partai Liberal dan Nasional yang konservatif.

Hal itu, menurut Walikota Massey, menjadikan Parpol merasa tidak perlu mengalokasikan dana sebagaimana seharusnya, demi meraih suara pemilih.

“Kami seharusnya mendapatkan layanan yang sama, tapi nyatanya tidak,” katanya.

“Kami ini wilayah (Parpol) konservatif. Saya kira warga tak akan berubah meskipun kita sampaikan jika mereka memilih (Parpol) berbeda, kami akan mendapatkan dana lebih banyak,” tambahnya.

Namun, Walikota Massey mengatakan, ketika tiba saatnya memilih di bilik suara, tampaknya tak akan banyak berubah.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.