ABC

Kota Besar Dunia Serius Garap Potensi Ekonomi Kehidupan Malam Hari

Jika Anda pernah menghabiskan waktu di kota-kota seperti New York, Buenos Aires atau Tokyo, Anda mungkin sudah tahu bagaimana rasanya tinggal di kota yang hidup 24-jam.

Kafe, supermarket, bioskop, dan pusat kebugaran yang buka 24 jam sehari, memberi kebebasan bagi warga dan pengunjung untuk menghabiskan hari mereka tanpa aturan yang hanya buka dari jam 9 pagi hingga 5 sore.

Tapi, seiring bertambahnya jumlah orang di seluruh dunia yang pindah ke kota, sejumlah ahli percaya jika kita berada di titik kritis. Para perencana kota harus mulai mempertimbangkan dampak ekonomi dari kehidupan malam dengan serius.

“Sekitar 80 persen kota di dunia sedang mengembangkan rencana untuk memikirkan wilayah mereka secara strategis,” kata Michele Acuto, direktur City Leadership Laboratory di University College London.

“Tapi ada keterbatasan dalam mengitung dan merencanakan kehidupan malam yang strategis.”

Kita kehilangan kesempatan besar, karena 2017 merupakan titik balik dengan Agenda Urban Baru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa,” jelas Michele.

Kehidupan Malam
Di Amerika Serikat, seperti halnya Australia, hukum perizinan yang ketat mengatur peredaran orang dan alkohol.

unsplash.com: Joseph Yates (CC-0)

Agenda, yang diadopsi oleh para pemimpin dunia akhir tahun lalu, berpendapat jika tanggung jawab pertumbuhan global yang berkelanjutan sangat tergantung pada kota-kota besar dan kota-kota kecil. Ini akan berkaitan dengan 70 persen populasi dunia pada tahun 2050.

“Ada pertaruhan besar dalam hal ini, bukan hanya ekonomi dari sebuah kota yang terletak secara khusus,” kata Michele.

Kreativitas tumbuh di malam hari

Di kota Amsterdam, mantan promotor klub, Mirik Milan terpilih untuk menjabat posisi “walikota malam”, yang bukan jabatan resmi pemerintahan pada tahun 2012.

Ia mengatakan, butuh waktu lama bagi kota-kota untuk memanfaatkan malam hari, karena selalu terlihat berbeda dengan ekonomi yang terjadi di siang hari.

“Ketika ada masalah di malam hari, reaksi pertama pejabat kota selalu mengatakan, ‘Baiklah, kita harus menghentikan ini sekarang’, ini seringkali membunuh industri,” sebutnya.

London
Tahun lalu, London memilih ‘raja malam’-nya sendiri, dengan tugas untuk mengubah kota ini menjadi kota yang hidup 24 jam.

unsplash.com: Tom Eversley (CC-0)

Oliver Watts, dosen di National Institute for Dramatic Arts di Sydney, setuju bahwa kreativitas berkembang setelah malam hari dan ini memiliki peranan penting bagi kota-kota.

“Seringkali musisi rock bertemu dengan musisi rock lainnya, dan para aktor bertemu dengan seniman,” kata Oliver.

“Kelompok usia yang berbeda berkumpul bersama, mentor dan anak muda berkumpul. Saya pikir ini karena kumpulan ini menjadi tempat-tempat yang hebat dengan potensi yang besar,” ungkapnya.

Tak hanya soal hukum dan tatanan

Sementara arena musik, klub, dan budaya yang kaya membuat kota-kota menjadi inovatif, menjaga keamanan publik seringkali berarti mengawasi ketat lingkungan kota, dengan undang-undang perizinan yang ketat digunakan untuk mengatur keramaian dan alkohol.

Michele mengatakan, ekonomi di malam hari merugi karena dianggap sebagai masalah kurang penting, atau ditangani hanya untuk menjaga ketertiban dan keamanan umum.

“Di Sydney, dianggap berita yang bagus, jam malam yang dikeluarkan dianggap mengurangi kejahatan dan kekerasan di malam hari, sejak tahun 2012, tapi karena kami berfokus pada potensi ekonomi yang terjadi di malam hari,” sebutnya.

“Tapi kesempatan orang-orang berjalan-jalan dan beredar di malam hari juga menurun … jadi apakah itu sebuah kegagalan? Apakah kita justru belum terlalu mengolah ide itu?,” tanyanya.

Berbeda dengan peraturan jam malam, yang diperkenalkan di kota-kota seperti Sydney dan Brisbane, Mirik memiliki pendekatan yang jauh lebih santai untuk soal jam operasional.

Ia percaya, jam operasional yang lebih lama, seperti yang telah ia perjuangkan di Amsterdam, kurang menekan lingkungan di dalam kota.

“Di satu sisi, jam buka lebih lama, tapi di sisi lain, orang-orang yang masuk dan mereka yang berpesta tak harus meninggalkan semuanya di saat bersamaan,” sebutnya.

“Jika warga bisa memutuskan sendiri kapan mereka mau pergi, karena tempat yang mereka datangi akan buka sampai pukul tujuh atau delapan pagi, mereka akan berangkat dalam kelompok yang lebih kecil. Ini lebih terkendali,” jelasnya.

Tempat yang untungkan masyarakat

Inovasi lain dari Amsterdam versi Mirik adalah kehadiran bangunan yang memiliki ragam fungsi. Misalnya, bar, restoran dan kelab malam mungkin terletak berdampingan dengan ruang galeri dan taman kanak-kanak.

“Yang benar-benar radikal tentang proses ini adalah kami fokus pada kualitas konten yang dipresentasikan di tempat ini,” katanya.

"Orang-orang yang tinggal di sekitar tempat ini mendapatkan keuntungan dari kenyataan bahwa tempat ini ada di sini," kata Milan.

Bagi Kate Shaw, seorang peneliti geografi dan perencanaan kota di University of Melbourne, komunitas-komunitas ini penting untuk diingat saat mengembangkan pusat aktivitas malam hari.

“Ketika kita berbicara tentang keragaman dan akses, kita harus berbicara soal keadaan sosial ekonomi dan fisik,” ujarnya.

“Kita perlu melihat apakah untuk bisa mencapai kota yang hidup 24 jam, kita tidak kemudian meminggirkan mereka yang berpendapatan rendah dan para pekerja berpenghasilan rendah, yang memberikan keaslian dari suasana yang sebenarnya,” jelas Kate.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.