Korban Susu Kedelai Beracun di Australia Dapat Kompensasi Rp 250 M
Ratusan warga Australia yang menderita gangguan kesehatan karena susu kedelai beracun akan mendapatkan kompensasi sebesar $ 25 juta (sekitar Rp 250 miliar), yang diperkirakan merupakan kompensasi terbesar dalam soal keamanan bahan makanan.
Sekitar 500 orang disebutkan menderita gangguan kesehatran disebabkan karena tingginya tingkat zat iodine dalam produk susu kedelai Bonsoy antara tahun 2004-2009.
Menurut keterangan Bonsoy mengubah formulanya di tahun 2003 dimana bahan kombu alami (dari rumput laut), diganti dengan bubuk kombu, sehingga menyebabkan penggunanya mengalami kenaikan tingkat iodine di dalam tubuh mereka.
Dikatakan bahwa dalam satu gelas susu ini mengandung 50 kali lipat iodine yang direkomendasikan harian.
Menurut salah seorang pengacara dari kantor Maurice Blackburn, Jacob Varghese, karenanya ini menimbulkan masalah pada kelenjar gondok yang bekerja mengatur hormon pencernaan.
"Yang terjadi adalah mereka yang mengkonsumsi mengalami keletihan dan rasa cemas, sampai dengan beberapa diantaranya harus masuk rumah sakit," kata Varghese.
"Dalam beberapa kasus, kelenjar gondok mereka harus diangkat," katanya. "Juga dalam beberapa kasus lainnya, beberapa wanita mengalami keguguran karena tingkat iodine berlebihan tersebut."
Distributor produk tersebut yang juga menjadi pemilik merek, Spiral Foods dan perusahaan Jepang yang membuatnya Muso dan Marusan Ai-Co setuju untuk memberikan kompensasi tanpa pengakuan bersalah.
Persetujuan kompensasi tersebut sudah dimasukkan berkasnya ke Mahkamah Agung Australia untuk disetujui dan para korban akan menerima kompensasi dalam masa enam bulan.
Menurut Vargehese, kasus ini merupakan peringatan bagi semua produsen makanan.
"Kami yakin bahwa ini adalah kompensasi terbesar dalam kasus class action soal keamanan makanan," katanya.
"Yang lebih penting adalah bahwa ini mengirimkan pesan kepada seluruh produsen makanan bahwa class action bisa menjadi alat bagi konsumen mencari keadilan bila ada sesuatu yang salah dalam proses produksi," tambahnya.