ABC

Korban Pemerkosaan ISIS di Irak Pingsan Setelah Berbicara Dengan Pelakunya

Seorang perempuan suku Yazidi di Irak yang pernah menjadi budak seks dan diperkosa oleh anggota kelompok ISIS pingsan setelah dia berbicara langsung dengan salah seorang pelaku pemerkosaan dalam tayangan televisi.

  • Ashwaq Hajji Hamid bertatap muka langsung dengan pemerkosanya dalam tayangan TV Irak al-Iraqiya
  • Ashwaq diculik dan dijual ke ISIS ketika berusia 14 tahun
  • Ashwaq mengatakan dia berulangkali diperkosa dan dipukul oleh Abu Humam

Ashwaq Hajji Hamid diculik dan dijual ke kelompok ISIS ketika dia terpisah dari keluarganya dan kemudian dibawa ke Suriah di usia 14 tahun.

Kelompok ISIS menguasai sebagian besar wilayah Sinjar di Irak Utara pada Agustus 2014. Daerah ini merupakan wilayah yang didominasi penduduk keturunan Yazidi.

Setelah menguasai daerah tersebut ISIS kemudian menjadikan ribuan wanita Yazidi sebagai budak seks.

Lima tahun setelah dibebaskan, Ashwaq mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan seorang pria yang telah memperkosa dan menyiksanya selama beberapa kali setiap hari.

Pertemuan itu disiarkan oleh stasiun televisi Irak Al-Iraqiya dimana awalnya Ashwaq mengatakan bahwa salah seorang anggota ISIS Abu Humam menjambak rambutnya sebelum kemudian memperkosa dan menyiksanya.

“Saya tidak menyangka mereka akan memperkosa saya karena saya baru berusia 14 tahun.”

“Namun mereka mengikat kami dengan borgol dan diperkosa,” katanya.

Ashwaq Hamid mengatakan dia dibawa bersama ratusan perempuan lainnya ke Mosul dimana dia berulang kali diperkosa oleh Humam.

“Dia berulang kali berjanji akan membebaskan saya, namun kemudian memperkosa saya tiga kali sehari dan memukul saya tiga-empat kali sehari.”

“Saya masih anak-anak dan saya tidak tahu apa-apa,” katanya lagi.

Close up of Ms Hameed confronting her rapist
Dalam konfrontasi di televisi itu Ashwaq meminta Abu Humam untuk melihat wajahnya ketika Ashwaq bertanya mengapa Humam melakukan pemerkosaan di saat Ashwaq baru berusia 14 tahun.

Al-Iraqiya TV

Dalam pertemuan itu, Ashwaq tak kuasa menahan tangis.

Dia menginginkan pemerintah Irak menegakkan keadilan bagi mereka yang menderita seperti dirinya.

“Bahkan bila saya diijinkan membunuhnya, saya tak ingin mengotori tanganku dengan darahnya,” katanya.

“Nnamun saya mendesak pemerintah menegakkan keadilan, tidak saja bagi saya, karena untuk banyak perempuan Yazidi yang diperkosa seperti saya.”

Selama konfrontasi itu, Ashwaq meminta Humam untuk melihat wajanya, namun pria tersebut hanya menundukkan kepala dan melihat ke lantai.

“Mengapa kamu melakukan itu? Mengapa? Apa karena saya warga Yazidi? Saya berusia 14 tahun waktu kamu memperkosaku.”

“Kamu sudah menghancurkan hidupku,” lanjutnya.

“Kamu merampas semua mimpiku. Saya pernah ditahan oleh ISIS, oleh kamu, namun kamu sekarang bisa merasakan artinya penyiksaan, kesepian.”

“Bila kamu punya perasaan, kamu tidak akan memperkosaku karena usiaku baru 14 tahun, usia yang sama dengan putramu atau anak perempuanmu,” katanya lagi.

Tidak lama setelah itu, Ashwaq tampak jatuh pingsan, dan tayangan televisi itu pun berakhir.

TV Al-Iraqiya TV juga mewawancarai Humam mengenai apa yang dilakukannya terhadap Ashwaq.

Pria tersebut tanpa rasa menyesal mengatakan, “Dia tidak mau sehingga saya memukulnya sampai dia menuruti kemauan saya.”

Ribuan warga Yazidi, yang merupakan suku minoritas di Irak, dipaksa menjadi budak seks ISIS ketika sebagian wilayah di sana dikuasai oleh kelompok ini di tahun 2014.

Lebih dari 3 ribu warga Yazidi lainnya tewas dalam apa yang digambarkan PBB sebagai tindakan pembantaian etnis, hal yang kemudian membuat Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap ISIS.

Sekarang masih ada ribuan warga Yazidi yang berada di kamp pengungsian.

Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini