ABC

Konsumsi Narkoba Di Asia Meningkat

Konsumsi obat-obatan sintetis seperti metampetamine meningkat di Asia, demikian disebutkan dalam laporan terbaru PBB.

Badan Obat-obatan dan Kejahatan PBB mengatakan penggunaan obat-obatan sintesis ini meningkat dan berlanjut menjadi ancaman di negara-negara di Asia Tenggara.

Dalam laporan terbarunya mengenai Amphetamine-Type Stimulants atau ATS, diindikasikan adanya penyebaran yang terus berlanjut dari penggunaan obat-obatan sintesis di Asia dan Pasifik, dimana penggunaan metampetamine meningkat tajam di negara seperti Myanmar.

Tahun lalu sebanyak 227 juta butir pil metampetamine  diamankan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, angka ini  meningkat 59% dibandingkan tahun sebelumnya dan bertambah hampir 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun  2008.

Penangkapan butir Kristal metampetamine yang ampuh yang juga dikenal dengan sebutan ‘meth', juga ikut melonjak sebanyak 12 kali lipat di Myanmar, 10 kali lipat di Brunei, dan  91% di Hong Kong, 75%  di Indonesia dan Kamboja serta naik 33% di Jepang.

Dalam bentuk pil, metampetamine dikenal di Thailand sebagai 'yaba', yang artinya ‘obat gila’  biasa digunakan sebagai obat untuk pesta dan pekerja seks yang bekerja dalam waktu lama.

Menurut laporan PBB, dikawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, 99% Yaba yang diamankan diantaranya berasal dari Cina, Thailand, Myanmar dan Laos.

Perwakilan PBB untuk kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas mengatakan p-penggunaan Metampetamine tertinggi ditemukan di Thailand.

"Beberapa orang menelan pil, tapi akan lebih memabukan jika anda mengunyah dan merokok dengan pil itu," katanya.

"Kita perkirakan secara konservatif, dalam setahun ada kebutuhan sekitar 1.5 milyar pil sepanjang tahun di Thailand, Laos, Kamboja dan Myanmar."

Jika Thailand menjadi negara pengguna terbesar, sebaliknya menurut Douglas Myanmar saat ini menjadi produsen terbesar obat-obatan sintesis.

"Obat-obatan itu diproduksi dibawah pengawasan ketat milisi bersenjata yang uangnya digunakan untuk mendanai kegiatan mereka,” katanya.

"Mereka melakukan pertukaran dipebatasan dengan Cina dan India, yang merupakan dua negara yang dikenal memiliki sumber bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk memproduksi obat-obatan sintesis itu.”

"Secara geografis, mereka berada dikawasan yang sangat sempurna untuk mengakses bahan-bahan kimia dan mereka juga berada dekat dengan negara pasar yang besar untuk metampetamine di Thailand dan saat ini yang terus meningkat Laos dan Kamboja."

Douglas menambahkan meningkatnya konsumsi metampetamin di Myanmar dipicu oleh naiknya tingkat kekayaan masyarakat di negara itu.

"Uang yang datang ke Myanmar terus bertambah dengan dibukanya ekonomi negara tersebut, sehingga sekarang orang memiliki akses terhadap uang dan mereka  mampu membelinya,” katanya.

Douglas juga mengatakan pengguna metampetamine di Asia Tenggara dan Pasifik sangat beragam. Mulai dari pekerja, yang merupakan pengguna tradisional dan begitu juga pengguna dikalangan generasi muda kaya yang jumlahnya terus meningkat.

Sebagai perbandingan Douglas menggambarkan kawasan Pasifik sebagai ‘titik pemindahan” antara bahan-bahan kimia dan obat-obatan. Kawasan Pasifik juga dikatakan Douglas rawan menjadi lokasi pencucian uang dari peredaran narkoba. Douglas menyebut otoritas di Pasifik mulai menyadari mereka perlu mewaspadai isu ini dan melakukan penindakan.