ABC

Konglomerat Australia Ingin Berantas Perbudakan di Pakistan

Konglomerat tambang Australia, Andrew Forrest, mengumumkan rencana yang dikatakannya akan membebaskan sekitar 2,5 juta orang dari perbudakan di Pakistan.

Forrest telah menandatangani persetujuan dengan negara bagian Punjab di Pakistan yang membuka akses ke teknologi Australia yang dapat mengubah lignite coal atau batubara muda menjadi diesel.

Sebaliknya, kata Forrest, Pakistan telah setuju untuk menerapkan UU yang akan menangani masalah perbudakan.

Global Slavery Index, yang disusun oleh Forrest's Walk Free Foundation, memperkirakan, sekitar 16 juta orang di Pakistan dan India dijadikan budak untuk membayar hutang.

Forrest mengumumkan persetujuan itu di Kota Davos, Swiss, dimana para pemimpin dunia sedang menghadiri Forum Ekonomi Dunia 2014.

"Punjab memiliki kandungan banyak sekali energi dalam batu bara," katanya. "Teknologi itu akan diberikan gratis, tapi secara tidak resmi dikaitkan dengan komitmen untuk membebaskan orang-orang dari perbudakan." 

Konsep itu dipuji mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, yang melukiskannya sebagai teladan yang baik dari filantropi Australia.

Forrest mengatakan, teknologi tersebut, yang dikembangkan oleh Curtin University, berpotensi hemat biaya.

"Mengubah lignite coal menjadi diesel sudah terbukti – jadi kami tidak meragukan lagi hal itu akan terwujud," katanya. "Biaya ekonomi yang menjadi pertanyaan, dan itulah mengapa kami menggunakan teknologi Curtin University untuk membuat biayanya serendah mungkin, dan manfaatnya bagi rakyat Pakistan setinggi mungkin."

Forrest sebelumnya membiayai program lapangan pekerjaan Aborigin bernilai jutaan dolar di Australia, dan di tahun 2012 mendirikan Walk Free, suatu badan amal filantrofi yang berfokus pada mengakhiri perbudakan di seluruh dunia.

Ia juga membantu meluncurkan indeks perbudakan global, bersama Blair dan mantan menlu AS, Hillary Clinton, yang mendapati bahwa 29 juta orang hidup dalam kondisi perbudakan modern di seluruh dunia.