ABC

Konflik Internasional Rugikan Petani dan Pangkas Produksi Pangan

Konflik internasional telah berdampak besar pada produksi pangan global. Direktur divisi bencana dan rehabilitasi Badan Pangan PBB ‘FAO’, Dominique Burgeon, mengutip, konflik di Irak, Suriah, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan dan Gaza adalah bencana utama yang telah ditangani organisasinya sejak akhir tahun lalu.

Dominique menjelaskan, situasi bencana dan konflik bisa berdampak besar pada produksi pangan, seraya mencontohkan Suriah yang dalam kondisi normal mampu memproduksi sebanyak 5 juta ton gandum.

“Menurut perkiraan terakhir, produksi pangan akan berkisar sekitar 2 juta ton tahun ini, itu artinya ada defisit besar yang harus diatasi dengan beragam cara. Ini baru satu kasus. Jika anda menambahkan seluruh akumulasi dampak dari berbagai negara, tentu saja ini memiliki dampak signifikan terhadap ketahanan pangan global,” urainya.

Warga sipil tinggalkan pusat kota tua Suriah, ‘Homs’, awal tahun ini. FAO mengemukakan, pertempuran di Suriah telah memangkas produksi gandum dan ternak di Australia. (Foto: AFP Photo, Bassel Tawil)

 

Ia lantas mengungkapkan, sepanjang sejarah, pangan telah digunakan sebagai senjata perang.

“Jelas bahwa ini adalah isu penting. Ketika kita lihat di Irak, misalnya, wilayah yang paling terpukul akibat konflik, khususnya yang ada di provinsi Ninevah dan Salahaddin, mencakup sekitar 30% produksi gandum dan bahwa kelompok oposisi bersenjata telah menyita sekitar 1 juta ton gandum,” kemukanya.

Dominique menggambarkan, konflik memiliki dampak awet terhadap kemampuan para petani untuk memproduksi pangan, karena adanya kerusakan infrastruktur agrikultur, seperti irigasi selama periode perang berlangsung, dan juga perpindahan penduduk.

"Misalnya, melihat produksi ternak, karena ternak tak diawasi dalam jangka waktu yang lama, karena vaksin tidak dapat diimpor oleh negara itu, atau didistribusikan, atau hanya karena petugas kesehatan hewan tidak dapat pergi berkeliling. Ini berarti akan ada penurunan produksi ternak secara umum,” tutur Dominique.

Ia menambahkan, “Misalnya, jika kita lihat produksi ternak hidup di Suriah, kita bisa lakukan pemeriksaan produksi ternak. Kami lihat bahwa bagi beberapa spesies, kondisi ini menurun 50%.”

FAO juga bekerja dengan para petani di Gaza, mempromosikan tanaman bernilai tinggi di bawah rumah kaca. Dominique juga berkata bahwa beberapa dari para petani itu  telah menghabiskan 8 hingga 9 tahun untuk meningkatkan produksi mereka ke level di mana mereka dapat bertemu untuk membahas kualifikasi ekspor.

“Kami telah melaporkan, beberapa petani, yang telah kami bantu, semuanya memiliki rumah kaca yang dirusak 1,5 bulan yang lalu. Butuh tahunan untuk memperbaiki kondisi ini,” begitu tanggapan FAO.