ABC

Komunitas China di Australia Khawatirkan Debat Pernikahan Sesama Jenis

Banyak anggota komunitas China di Australia diajarkan untuk percaya bahwa hubungan sesama jenis itu tidak normal, dan dengan adanya debat pernikahan sesama jenis (SSM) yang semakin menonjol dalam beberapa bulan terakhir, perpecahan di antara komunitas ini-pun muncul.

Sisi buruk dari perdebatan ini telah menghalangi banyak orang untuk berbicara secara terbuka mengenai masalah ini, termasuk Nancy dan April yang mewakili kedua sisi perdebatan tersebut, namun tetap ingin anonim karena khawatir akan penolakan.

Legalisasi SSM seperti membuka kotak pandora

Nancy pindah ke Australia delapan tahun yang lalu dan merupakan ibu rumah tangga dari dua anak usia sekolah. Ia mengakui, bahasa Inggrisnya terbatas dan sebagian besar informasi tentang pernikahan sesama jenis yang ia terima adalah melalui saluran media sosial China.

Nancy mengatakan bahwa ia tidak mendukung atau menentang pernikahan sesama jenis.

“Jika [pasangan sesama jenis] hanya menginginkan sebuah sertifikat sehingga hubungan mereka akan diakui, saya sungguh baik-baik saja selama hidup kami tak terpengaruh,” kata Nancy.

Meski demikian, ia percaya, segala sesuatunya telah jauh melampaui kata sederhana.

"Ini akan seperti membuka Kotak Pandora. Anda tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Segera setelah dimulai, konsekuensinya akan di luar kendali," kata Nancy.

Meskipun Nancy tak bisa mengidentifikasi apa yang akan muncul begitu “kotak pandora” terbuka, ia mengatakan bahwa program Safe Schools (sekolah aman) yang juga diperdebatkan secara hangat di tengah komunitas China, adalah contoh yang sangat bagus.

“Misalnya, semua orang membicarakan hal-hal seperti tak akan ada status ayah atau ibu saat mengisi formulir, sebaliknya kita harus memasukkan ‘orang tua’ yang tak mengidentifikasi jenis kelamin,” jelas Nancy, seraya mengatakan bahwa hal itu adalah apa yang telah dibahas dalam obrolan kelompok WeChat-nya.

Nancy mengatakan, sebagian besar orang dalam kelompok WeChat-nya menentang pernikahan sesama jenis atau program Safe Schools. Mereka cenderung berpikir ini adalah dua isu yang saling terkait. Seperti yang Nancy rasakan, mereka khawatir jika pernikahan sesama jenis disahkan, anak-anak akan lebih terpapar informasi seks yang sama dan lebih cenderung menjadi homoseksual.

“Anak-anak adalah selembar kertas kosong. Anda menuliskan sesuatu yang tidak terjadi secara almi dalam kehidupan mereka,” kata Nancy.

“Apa yang mereka lihat sejak masa kecil adalah bahwa ada seorang ibu dan seorang ayah dalam sebuah keluarga. Tiba-tiba, ibu dan ayah menjadi satu jenis kelamin. Anak-anak penasaran dan suka menyalin. Saya khawatir mereka akan menganggap ini menyenangkan atau ini normal.”

Kesetaraan pernikahan begitu penting bagi April, yang ingin menikahi pacar perempuannya.
Kesetaraan pernikahan begitu penting bagi April, yang ingin menikahi pacar perempuannya.

Pexels

Inginkan kesetaraan nyata

April adalah seorang akuntan yang telah tinggal di Melbourne selama lebih dari 10 tahun. Ia sadar dirinya lesbian sejak SMA.

“Saya percaya orang tidak boleh diperlakukan secara berbeda karena seksualitas mereka. Tidak peduli Anda menyukai anak laki-laki atau perempuan atau bahkan keduanya, itu adalah pilihan pribadi Anda,” kata April.

Di China, kaum gay dan lesbian masuk dalam daftar penyakit jiwa sampai tahun 2001. Orang China selama beberapa generasi telah tumbuh dengan persepsi kuat bahwa menjadi gay atau lesbian tidaklah normal.

April beruntung ia mendapat dukungan dari teman-temannya, namun mengaku ke orang tuanya jauh lebih repot.

“Seperti orang tua lainnya, ibu saya awalnya dengan hati-hati berusaha mencari tahu apakah mungkin mengubah saya,” kata April.

“Ia bertanya apakah ini adalah masalah psikologis yang bisa disembuhkan. Dan ayah saya sangat khawatir bahwa saya mungkin tidak memiliki anak dan tidak memiliki siapapun untuk menjaga diri saya sendiri ketika saya sudah tua.”

April mengatakan bahwa orang tuanya sekarang menerima siapa dirinya, namun beberapa teman gay-nya tidak beruntung.

“Sebagian besar teman gay saya yang telah mengaku ke orang tua mereka mengalami masa-masa sulit dengan mereka, dan bahkan berhenti berbicara atau melihat keluarga mereka,” kata April.

"Beberapa dari mereka bahkan memutuskan bahwa mereka tidak akan pernah mengaku ke orang tua mereka karena mereka tahu tidak mungkin orang tua mereka menerimanya."

April punya pacar perempuan di China. Ia ingin membawanya ke Australia sehingga mereka bisa memulai sebuah keluarga. Karena pernikahan sesama jenis tidak dilegalkan di Australia, mereka tidak bisa menikah dan April tidak bisa mengajukan visa pasangan untuk pasangannya.

Pasangannya saat ini mengajukan permohonan visa liburan kerja untuk datang ke Australia dan tinggal dengan April setidaknya selama 12 bulan sebelum ia bisa mengajukan visa pasangan de facto.

April berharap, pernikahan sesama jenis akan dilegalkan di Australia, bukan hanya karena ia membutuhkannya, tapi juga karena ini adalah langkah awal menuju kesetaraan pernikahan dan kesetaraan nyata bagi kaum LGBTI (lesbian gay biseksual transeksual interseksual).

“Kami tidak hanya menginginkan hak menikah, kami juga menginginkan kesetaraan yang nyata. Saat mimpi itu menjadi kenyataan, tidak akan ada perbedaan antara pernikahan sesama jenis dan pernikahan lain jenis. Bahkan tidak perlu membahas masalah ini. “

Kekhawatiran akan debat SSM

Profesor Associate Olivia Khoo dari Monash University mempelajari budaya Asia di Australia modern, dan mengamati bahwa telah terjadi “perpecahan yang memecah belah” di antara komunitas China mengenai masalah pernikahan sesama jenis.

"Sayangnya, ada keburukan di kedua sisi perdebatan dengan serangan pribadi dan kejam yang dilakukan terhadap mereka yang bersedia untuk berbicara," kata Dr Khoo.

Karena itu, baik April atau Nancy tak mau menampilkan nama lengkap mereka secara publik. Nancy mengatakan apa yang terjadi pada Dr Pansy Lai, yang tampil di kampanye menolak SSM, cukup menakutkan.

“Orang-orang yang memiliki keluarga seperti saya takut bahwa kehidupan normal kami akan terganggu atau bahkan keselamatan hidup kami akan terancam, bisa memengaruhi keluarga atau teman saya,” kata Nancy.

April khawatir jika nama dan fotonya diterbitkan, orang tuanya yang sekarang tinggal bersamanya di Melbourne akan mendapat tekanan besar.

“Mereka telah mendapat banyak teman baru di sini, beberapa di antaranya berasal dari gereja. Mereka dengan jelas menunjukkan bahwa menjalin hubungan seks sesama jenis adalah sebuah kejahatan. Saya pikir obrolan ini pasti menyakiti orang tua saya,” kata April.

Dr Khoo mengatakan hal itu bisa dimengerti.

“Saya bisa mengerti mengapa orang tidak ingin disebutkan identitasnya saat membicarakan masalah polarisasi semacam itu, terutama saat mereka menghadapi pengucilan, serangan balik, atau dampak negatif lainnya dari komunitas mereka,” kata Dr Khoo.

Nancy dan April masih mengatakan bahwa penting untuk melakukan obrolan sehat di antara semua kubu dalam masalah ini. Hanya dengan berbuat demikian orang bisa saling memahami dengan lebih baik dan memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang kebenaran.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.