ABC

Kompetisi Film Pendek Australia-Indonesia Berhadiah Ke Melbourne

Sineas Indonesia berkesempatan untuk mengirimkan karya film pendek mereka di Festival Sinema Australia-Indonesia. Satu sineas dengan film pendek terbaik akan diterbangkan ke Melbourne untuk menyaksikan Festival Film Internasional Melbourne 2017.

Pada Rabu (12/10), Kedutaan Besar Australia di Jakarta meluncurkan kompetisi film pendek dalam rangka Festival Sinema Australia-Indonesia (FSAI) 2017.

Turut hadir dalam peluncuran ini adalah sutradara Indonesia kenamaan, Joko Anwar, dan juga Thomas Caldwell dari Festival Film Internasional Melbourne (MIFF).

Peserta yang dibolehkan untuk mengikuti kompetisi ini adalah mahasiswa jurusan film dan juga sineas independen. Karya yang dilombakan adalah film pendek asli berdurasi kurang dari 15 menit dan tak terbatas genre-nya.

“Ini adalah pertama kalinya Kedutaan Besar Australia menyelenggarakan kompetisi film pendek seperti ini. Apalagi pemenang kompetisi akan berkesempatan pergi ke Australia untuk melihat Festival Film Internasional Melbourne,” terang Justin Lee, Wakil Dubes Australia di Jakarta, kepada Australia Plus.

“Nanti akan ada panel juri dari kedua negara dan siapa saja yang ikut kompetisi ini tak harus membuat filmnya dalam bahasa Inggris, asalkan mengirim sebelum tanggal 13 Desember 2016” ujar Justin.

Ketika ditanya mengenai tujuan dari kompetisi ini, Justin mengatakan, peningkatan hubungan baik di antara kedua negara adalah jawabannya.

“Lewat film, kita bisa lebih memahami satu sama lain. Lewat film, cerita dari Indonesia bisa tersampaikan, begitu pula cerita dari Australia juga tersampaikan. Menurut saya ini cara yang baik untuk membina hubungan,” utara diplomat yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Pembuat Film Australia-Indonesia dan Justin Lee
Wakil Dubes Australia di Jakarta (kiri) bersama dengan Thomas Caldwell dari MIFF (kedua dari kiri), sutradara Joko Anwar dan Atase Kebudayaan Alison Purnell di acara peluncuran kompetisi (12/10).

Nurina Savitri

MIFF sendiri adalah festival film tahunan bergengsi yang menampilkan beragam film dari seluruh dunia.

Menurut Thomas, pemenang kompetisi akan memiliki peluang bagus untuk memelajari film-film kelas dunia yang ditayangkan selama MIFF.

“Saya rasa ide yang baik bahwa kompetisi film pendek ini memberi kesempatan kepada pemenang untuk memiliki pengalaman di festival kami. Kami sangat berkomitmen pada keragaman dan begitu bersemangat untuk menampilkan apa yang sedang terjadi di seluruh dunia selain juga menampilkan film dengan kualitas terbaik,” tuturnya kepada Australia Plus di acara peluncuran (12/10).

Thomas mengatakan, masih banyak warga Melborune yang belum pernah menyaksikan film Indonesia, meski tren film Asia di Australia tengah naik daun.

“Saya pikir tak banyak kesempatan bagi warga Melbourne untuk melihat film-film Indonesia di Melbourne. Walaupun di Australia sendiri, film Asia sedang disukai, tapi memang yang banyak beredar adalah film dari Hong Kong, Korea Selatan, dan India,” ungkap Thomas Caldwell.

Film Indonesia masih dianggap area baru yang sebenarnya bisa dijelajahi.

“Memang butuh waktu agar film Indonesia bisa dikenal luas, tapi kita bisa membangun kepercayaan dan lantas penontonnya bisa bertambah,” imbuh Thomas.

Di sisi lain, sutradara Joko Anwar mengatakan, potensi film Indonesia di kancah internasional saat ini begitu besar.

“Anak muda sekarang karena akses kamera sudah banyak maka mereka bisa membuat film dengan mudah. Kita lihat saja, makin banyak sineas Indonesia yang karyanya diakui oleh dunia internasional, jadi potensinya besar,” pendapat sineas yang sempat meraih penghargaan di Festival Film Asia New York.

Lantas bagaimana cara membuat film pendek yang baik?. Sutradara Joko Anwar dan Thomas Caldwell membagikan tips mereka.

“Ada yang namanya teknis ada yang namanya estetika. Estetika ini adalah hal-hal di luar teknis. Misalnya apa yang ingin dikatakan, selera pembuat film seperti apa, sikap dia terhadap subjek yang ingin ditampilkan seperti apa. Jadi dua hal itu harus baik,” kata Joko.

Ia lantas menyambung, “Tak ada hubungannya dengan aktor. Story telling itu dicapai dengan dua hal, yang prtama menggunakan teknis yang kedua dengan menggunakan estetika. Itu yang penting.”

Sementara menurut Thomas, film pendek yang baik harus memenuhi 4 kriteria.

“Yang pertama harus lebih lugas, tidak seperti proyek film berdurasi panjang. Kemudian, harus ada konteks, harus bisa menggambarkan visi sang pembuat film. Ketiga, Anda tak boleh membuatnya terlalu kompleks dengan banyak plot dan karakter.”

 “Tapi di saat yang bersamaan anda tak boleh berlebihan dalam menggambarkan jalan cerita, jangan terlalu sederhana pula,” sahutnya.