ABC

Kompensasi Pelecehan Seksual Anak Harus Mencakup Korban Stolen Generations

Warga Northern Territory (NT) Australia yang merupakan anggota Stolen Generations (gerenasi orang aborigin yang diambil paksa dari keluarganya – red.) menegaskan cakupan skema kompensasi Pemerintah Australia bagi korban pelecehan seksual anak-anak tidaklah cukup.

Pemerintah Australia pekan lalu mengumumkan akan membuat skema ganti rugi bagi para korban pelecehan seksual anak-anak yang terjadi di berbagai institusi dengan pembayaran sebesar 150 ribu dollar atau sekitar Rp 1,5 miliar.

Menteri Sosial Christian Porter menjelaskan skema ini berlaku untuk negara bagian dan institusi, namun NT bisa diharuskan turut ambil bagian dalam melaksanakannya jika pemerintah membuat aturan tentang itu.

Pimpinan Stolen Generations Aboriginal Corporation di NT, Eileen Cummings, menegaskan ketidakadilan secara umum tidak akan tertangani meskipun pihaknya telah berjuang selama beberapa dekade.

“Saya kira sudah saatnya Pemerintah Federal bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan waktu itu terhadap kami para anak-anak,” katanya.

“Ketika anda mengambil paksa mereka dari ibu, kampung, dan masyarakat mereka, tentunya itu menimbulkan trauma,” ucap Cummings.

Di tahun 1950-an, seorang bayi aborigin bernama Luke Morcom diambil paksa dari ibunya dari daerah Gulf di NT, kemudian ditempatkan di sebuah fasilitas di kepulauan Tiwi Islands sebelum dipindahkan ke panti asuhan di Adelaide.

“Saat saya berusia seminggu mereka merenggut saya dari ibuku, memasukkanku ke Garden Point Mission dan saya hidup di sana selama 12 tahun,” ujarnya.

“Saudari saya berusia tiga tahun lebih tua dariku dan dia dibawa ke Croker Island,” tambah Morcom.

Stolen Generations member Luke Morcom. November 2016.
Luke Morcom mengatakan anak-anak aborigin diambil dari keluarganya mengalami pelecehan emosional dan fisik.

ABC News: Felicity James

Morcom mengatakan kerusakan yang disebabkan pengambilan paksa serta pemisahan anggota keluarga untuk selamanya ini, hingga kini masih tetap diabaikan. Makanya tuntutan kompensasi merupakan masalah “prinsip”.

“Saya senang untuk mereka yang akan mendapatkan ganti rugi. Namun yang saya masalahkan, bagaimana dengan kami?” tanyanya.

“Sebab banyak dari kami yang mengalami pelecehan fisik dan emosional,” kata Morcom. “Jadi, apa maksud sebenarnya dari pemerintah, apakah menunggu hingga kami semua meninggal dunia?”

Baik Cummings maupun Morcom menyatakan banyak warga pribumi yang mengalami pelecehan seksual di berbagai institusi di Northern Territory tidak akan mendapatkan kompensasi.

“Itu hal terlarang. Orang tak akan bicara tentangnya,” ujar Cummings.

“Saya kira banyak orang yang belum mau mengaku, sebab mereka masih merasa malu dan tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan hal itu,” tuturnya.

Diterbitkan Pukul 13:00 AEST 7 November 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.