ABC

Kisah Yusuf Waedaramae Berbisnis Restoran Halal di Melbourne

Butuh keberanian bagi Yusuf Waedaramae untuk membuka restoran Thailand halal di tengah kawasan Coburg, yang kebanyakan ditemui toko-toko Timur Tengah di Melbourne, Australia. Tapi justru hal yang dianggap berbeda inilah mengantarkannya berhasil membuka tiga restoran halal dalam waktu kurang dari empat tahun.

Yusuf berasal dari Pattani, sebuah kawasan di Thailand Selatan yang dikenal dengan populasi warganya yang mayoritas Muslim.

Ia pertama kali datang ke Australia di tahun 1995, setelah mendapat beasiswa untuk mengambil studi civil engineering dari RMIT.

Lantas bagaimana ceritanya membuka restoran Thailand halal di Melbourne? Erwin Renaldi dari ABC menemui pria yang dikenal dengan sebutan Yusuf Thai ini di restorannya, Taste of Thai di Coburg.

Apakah Anda memang jago memasak hingga berani membuka restoran?

Saat saya pertama kali datang ke Australia justru saya tidak tahu memasak. Tetapi ketika kita lajang, kita belajar banyak hal sendirian. Saya mulai memasak untuk diri sendiri, saya juga memasak untuk orang-orang di masjid. Saya memasak Tom Yum, dan semua orang menyukainya meski saya bukan koki profesional.

Yusuf Waedaramae, pemilik restoran Thailand halal di Melbourne.
Yusuf Waedaramae, pemilik restoran Thailand halal di Melbourne.

ABC News, Erwin Renaldi

Kapan Anda mulai terpikir untuk membuka restoran?

Waktu saya bekerja sebagai manajer konstruksi di sebuah sekolah Islam, kepala sekolahnya bertanya mengapa saya tidak membuka restoran Thailand. Banyak pula orang-orang yang menanyakan hal yang sama. Tapi saya merasa hal itu adalah sebuah komitmen besar. Hingga akhirnya saya meninggalkan pekerjaan di bidang konstruksi dan bersama Ibrahim, seorang teman, yang waktu itu ingin pindah ke Melbourne, kami membuka restoran Thailand bersama.

Lokasinya cukup unik, karena di Coburg kebanyakan restoran yang ada adalah dari Timur Tengah, atau Turki, kebanyakan kebab…

Justru itu, orang-orang mencari sesuatu yang baru, halal dan masakan Thailand. Tetapi permintaannya sudah ada sejak lama, terbukti orang-orang sudah meminta saya buka restoran Thailand. Responnya pun langsung luar biasa. Kita sudah sibuk sejak hari pertama buka.

Dengan logo Halal di restoran ini, apakah mengurangi pelanggan yang bukan Muslim?

Pelanggan utama kita memang Muslim, tetapi ada juga beberapa yang bukan Muslim. Kita melayani mereka dengan adil, karena mereka semua adalah tamu. Ada yang pernah membawa alkohol ke restoran, lalu saya katakan, “maaf restoran ini tidak ada izin untuk menghidangkan alkohol”. Mereka pun menghargainya, mereka simpan alkohol di kolong meja, atau ada juga yang keluar restoran.

Apa yang menjadi sukses Anda membuka sampai tiga restoran, dua yang terbaru di kawasan Broadmeadows, Williamstown?

Saat kita percaya satu sama lain maka akan sukses. Saya mempekerjakan delapan sampai 10 orang setiap hari, beberapa kerja penuh ada pula yang paruh waktu. Kita punya beberapa chef, kebanyakan dari Thailand. Ada satu chef kami berasal dari Indonesia, dia sedang sekolah di Melbourne.

Yusuf mengaku memperlakukan tamu-tamunya dengan adil.
Yusuf mengaku memperlakukan tamu-tamunya dengan adil..

ABC News, Erwin Renaldi

Sekarang berbicara soal Islam, ada banyakah Muslim asal Thailand di sini?

Muslim asal Thailand di Melbourne sangatlah sedikit, mungkin seingat saya ada sekitar 50 orang. Tetapi komunitas Muslim lain sangat menerima saya. Saya pergi ke Masjid Fawkner, bertemu dengan komunitas lain dari Arab, Pakistan, India, Bangladesh, Indonesia. Pada dasarnya kita adalah satu umat, umat Nabi Muhammad SAW. Jadi kita semua sama, sebagai satu umat, tidak ada perbedaan warna kulit atau negara asal.

Bagaimana Anda bisa aktif di masjid-masjid?

Saat saya pertama kali ke Australia, saya sendirian dan merasa kehilangan arah. Alhamdulillah, teman-teman Muslim dari Malaysia, Indonesia, Singapura, mereka datang menemui dan menengok saya. Mereka ajak saya ke masjid, kita sama-sama dengarkan khutbah. Saya ingat khutbahnya tentang kehidupan di dunia ini yang sementara, karena tujuan akhir kita ada di akhirat. Itu benar-benar menyentuh hati saya, sejak saat itu saya tidak pernah ketinggalan shalat lima waktu sehari.

Usia Anda berapa saat itu?

Saya saat itu awal 20 tahun.

Lantas bagaimana bulan Ramadan saat ini? Lancarkah?
Kita tahu Ramadan ini adalah waktunya untuk lebih banyak ibadah. Tapi sangat sulit untuk bisa melakukannya kalau juga harus sambil kerja. Saya berusaha agar tidak ke restoran di malam hari supaya bisa tarawih ke masjid. Tetapi saat semua karyawan sibuk, saya juga harus membantu mereka.

Apa arti kebahagiaan bagi Anda?

Setiap orang punya artinya masing-masing. Bagi saya, bahagia itu bukanlah hal-hal keduniawian, seperti uang, pekerjaan, atau posisi. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah saat kita merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Juga penting untuk merasa dekat dekat keluarga. Kita bisa menemukan kebahagiaan melihat keluarga yang selalu bersama-sama, saling menjaga. Bekerja juga sebenarnya membahagiakan, tetapi bukan kebahagiaan yang sebenarnya.