ABC

Kisah Trauma Tentara Australia Sepulang dari Afghanistan

Adrian Talbot, seorang mantan tentara Australia, mengalami masa-masa trauma sepulang dari tugas perang di Afghanistan. Perilakunya menjadi tidak normal. Dimulai dengan suara keras, insting untuk melindungi isteri dan anak-anak dari bahaya, bahkan sampai memasang barikade di rumahnya.

Isteri Adrian, Emily, mengatakan, ini adalah perilaku yang dianggap normal dan dialami oleh sesama isteri militer lainnya.

Emily menceritakan kondisi yang dialami suaminya selama enam tahun – yang kemudian didiagnosa sebagai Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

"Kemudian meningkat ke tahap tidak terlalu normal – menjadi sangat berhati-hati, semuanya harus rapi, tidak bisa menahan emosi – dan ini memburuk dengan cepat," kata Emily kepada ABC.

"Baru dua tahun terakhir, Adrian menyadari bahwa ia mempunyai problem setelah mengalami 'breakdown".

Pada peringatan 100 tahun pecahnya Perang Dunia Pertama, Adrian Talbot mengatakan, pengalaman tentara dari masa itu sampai sekarang masih sama kendati mekanisme perang sudah berubah.

Medan perang seperti dunia yang sama sekali berbeda, katanya. Ketika tentara pulang ke negaranya, mereka diharapkan menjalani transisi seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Adrian Talbot adalah Liaison Officer dari organisasi Soldier On, yang bertujuan membantu para tentara lainnya yang menghadapi realita yang sama seperti yang dialamnya dan masih dalam pergumulan untuk mengatasinya. 

Militer adalah pekerjaan yang bagus, kata Talbot. Bukannya tidak ada jaringan support disana, tapi tidak ada satu tempat yang dapat mendukung individu-individu dan keluarga mereka.

"CEO Soldier On, John Bale, punya ide untuk membuka tempat dimana individu yang terluka dan keluarga mereka dapat pergi kesana dan memperoleh semua layanan support yang mereka butuhkan," tuturnya.

Pada usia 32, Adrian Talbot didiagnosa osteoarthritis pada kedua sisi panggulnya dan kembali dari tugas setelah cedera di tahun 2006.

Setelah enam kali operasi, dokter mengatakan, tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.

"Saya mengalami cedera sebelum ke Afghanistan, tapi seperti kebanyakan tentara, saya tidak melaporkan cedera saya. Saya ingin diberangkatkan dan melaksanakan tugas sesuai dengan pelatihan saya," kata Adrian.

Ketika kembali, Adrian masuk rehabilitasi penuh selama dua tahun, yang juga diikuti oleh banyak tentara yang pulang perang lainnya.

Emily Talbot mengatakan, sifat dari pekerjaan suaminya dan rekan-rekannya membutuhkan 'pelatihan kembali' sebagai transisi setelah kembali dari perang.

"Mereka membutuhkan dukungan yang besar ketika pulang dan keluarga juga perlu dukungan," katanya.

Bagi Emily yang menyaksikan pengalaman suaminya, tantangan mental bagi mereka yang kembali dari medan perang seringkali 'sama beratnya' dengan tantangan fisik.

"Ini menimbulkan kehancuran keluarga – banyak perceraian yang ditimbulkan oleh perilaku suami sementara isteri tidak tahan dan tidak sanggup memahaminya."

Bagaimana ia dan suaminya mengatasi kondisi PTSD, Emily Talbot mengatakan, mereka berdua berjuang bersama.