ABC

Kisah Sukses 5 Dasawarsa “Indonesia Project” Dibayangi Krisis Generasi Penerus

Kolaborasi akademik antara ilmuwan Indonesia dan Australia dibawah payung Australian National University (ANU) – Indonesia project tahun ini memasuki 5 dasawarsa. Manfaat dan kesuksesan proyek ini membuat banyak kalangan berharap kolaborasi riset ini akan terus berlanjut. Namun surutnya sumber pendanaan dan regenerasi menjadi sejumlah tantangan yang perlu diatasi.

Buku "Australia's Indonesia Project 50 years of Engagement" menceritakan sejarah perjalanan ANU Indonesia Project sejak 1965 - 2014.
Buku "Australia’s Indonesia Project 50 years of Engagement" menceritakan sejarah perjalanan ANU Indonesia Project sejak 1965 – 2014.

Peringatan 50 tahun ANU –  Indonesia project diselenggarakan juga di Indonesia melalui peluncuran buku “Australia’s Indonesia Project 50 Years of Engagement’ yang dikarang oleh  Profesor Colin Brown.

Buku ini menceritakan sejarah berdirinya proyek kolaborasi riset pembangunan dan ekonomi Indonesia ini sejak terbentuk tahun 1965 hingga tahun 2014.

Bertempat di aula organisasi think thank  pembangunan Indonesia CSIS Jakarta, acara peluncuran buku ini dihadiri oleh sejumlah tokoh yang pernah terlibat dalam proyek ini. Dari Australia antara lain hadir pentolan Indonesia project sejak periode awal, Chris Manning, Ross McLeod dan Colin Brown. Sementara dari 
Indonesia hadir antara lain mantan Wapres Boediono, Menkeu Bambang Brodjonegoro, mantan Menpan Armida Alisjahbana, Rizal Sukma dan lain-lain.
 
Penulis buku, Profesor Colin Brown menyebut sebuah ANU – Indonesia Project sebagai kisah sukses yang tidak ada tandingannya karena mampu bertahan hingga 5 dasawarsa. 
 
“Sebuah proyek universitas yang mampu bertahan hingga 50 tahun merupakan pencapaian yang luar biasa. Sulit menemukan ada proyek sejenis di universitas manapun yang bisa mempertahankan keberadaaannya dari waktu ke waktu dan mendapat dukungan dari pemerintahan kedua negara yang silih berganti. Jadi ada sesuatu yang sangat penting dari proyek ini yang menjadikannya bisa bertahan hingga 50 tahun,” kata Profesor Colin Brown disela-sela acara peluncuran bukunya kepada wartawan Australia Plus, Iffah Nur Arifah di Jakarta.
 
Menurut Colin Brown salah satu alasan yang membuat proyek ini mampu bertahan lama adalah karena orang-orang berbakat yang terlibat didalam proyek  ini telah berhasil membentuk hubungan yang sangat erat diantara kedua negara.
 
“Hubungan yang saya maksud adalah bukan hanya hubungan antara pemerintah tapi juga hubungan antar warga dan akademisi dari dua negara. dan karena itulah ANU – Indonesia Project juga banyak memberikan kontribusi bagi hubungan bilateral Indonesia Australia,”
 
Profesor Colin Brown penulis buku Australia's Indoensia Project 50 years of Engagement mengatakan tidak ada proyek universitas lain yang mampu bertahan hingga 50 tahun seperti ANU - Indonesia Project.
Profesor Colin Brown penulis buku Australia’s Indoensia Project 50 years of Engagement mengatakan tidak ada proyek universitas lain yang mampu bertahan hingga 50 tahun seperti ANU – Indonesia Project.
 
 
Apresiasi yang sama juga diungkapkan mantan Wapres, Boediono ketika meluncurkan buku yang ditulis kolega Australianya tersebut.
 
“Ini adalah contoh kegiatan bersama antara dua negara tetangga yang sukses dan kegiatan semacam itu perlu didukung untuk berikan suasana yang kondusif bagi dua negara yang bertetangga agar bisa hidup berdampingan dengan baik.”
 
Wapres Boediono merupakan salah satu ilmuwan Indonesia yang pernah terlibat diawal berdirinya ANU – Indonesia Project pada 1965 dan direkrut langsung oleh pendiri Indonesia Project Profesor Heinz Ardnt.
 
“Bagi Saya sendiri Indonesia Project memberikan pengaruh yang sangat besar. Pada tahap tertentu Saya belajar dalam kegiatan Indonesia Project  dalam skala kecil, yakni sebagai  Pembantu Riset.  Pengalaman ini memberikan saya bekal bagaimana bersikap disiplin dalam melakukan riset. Jadi riset yang khusus,
karena Profesor  Heinz Ardnt tidak suka riset yang modeling, modelling tapi dia mau apa yang ada dilapangan, dan saya belajar banyak dari beliau,”
 
Wapres Boediono menilai Indonesia Project telah banyak berperan dalam membantu membentuk pembangunan dan perekonomian lewat riset-riset yang dilakukan. Karenanya dia berharap proyek ini akan terus berlanjut sehingga persahabatan dan jaringan yang telah terbentuk antar kedua negara bisa terus dipertahankan.
 
Masalah keberlanjutan dan regenerasi  proyek ini juga disinggung oleh sejumlah alumni Indonesia Project.
 
“Ini merupakan proyek yang sangat penting dan menjadi wadah dimana ilmuwan Indonesia dan Australia bisa berdiskusi mengenai pembangunan dan ekonomi. Jadi saya berharap proyek ini akan terus berlanjut dan mungkin kita harus membesarkan generasi muda berbakat untuk terlibat dalam proyek ini dari kedua negara,”
 
“Tapi saya mendengar keprihatinannya adalah dari pihak Australia, saat ini semakin sulit merekrut generasi muda Australia yang tertarik mengenai perekonomian Indonesia, sehingga sulit merekrut pemuda Australia untuk terlibat dalam Indonesian Project,” kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, yang pernah terlibat dalam Indonesia project dalam sambutannya.
 
Hal senada diungkapkan mantan Menpan, Armida Alisjahbana.
“Tantangannya mungkin ya soal regenerasi dari pihak Australia terutama. Kalau di Indonesia sih banyak. Tokoh-tokohnya sekarang kan sudah pada tua pensiun, tidak ada penggantinya.  Kesulitannya  bagaimana membangkitkan ketertarikan di pihak Australia untuk mengembangkan riset ilmiah mengenai Indonesia. Khususnya dibidang ekonomi,  kalo politik banyak. “ katanya.
 
Mantan Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro merupakan salah satu tokoh nasional yang pernah terlibat dalam ANU - Indonesian Project
Mantan Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro merupakan salah satu tokoh nasional yang pernah terlibat dalam ANU – Indonesian Project
 
Berkurangnya ketertarikan generasi muda mendalami ekonomi Indonesia memang tidak dipungkiri oleh penulis Colin Brown. Tapi menurutnya ada alasan komplek yang melatari kondisi ini dan utamanya lebih didorong oleh perubahan situasi eksternal di kedua negara.
 
“Dibandingkan 30-40 tahun yang lalu minat mahasiswa Australia untuk belajar mengenai Indonesia memang menurun, dan itu bukan hanya mengenai ekonomi Indonesia saja, tapi juga peminat di bidang Studi Bahasa Indonesia juga berkurang,” katanya.
 
“Tidak dipungkiri kebangkitan perekonomian China juga membuat banyak mahasiswa Australia lebih tertarik mempelajari ekonomi China ketimbang Indonesia. Dan itu tidak bisa kita pungkiri. Jadi ada juga faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya minat tersebut,”
 
Selain itu masalah pendanaan proyek juga mencuat seiring dengan kebijakan Pemerintah Federal Australia yang terus mengurangi bantuan pendanaan untuk perguruan tinggi. 
 
Ross McLeod Direktur Indonesian Project dari  ANU mengatakan  untuk menjamin kelangsungan Indonesia Project ANU menggagas 
 
“Selama ini Indonesian Project selalu mendapat suntikan dana dari pemerintah Australia lewat program AUSAID, tapi di masa depan kita tidak yakin apakah pendanaan itu akan terus berlangsung atau tidak. Dan demi menjamin kelangsungan proyek inim kami bermaksud mendekati pihak swasta untuk turut berpartisipasi dalam bentuk donasi dan kontribusi untuk mendukung project ini,”
 
Diakui Ross McLeod ini kontribusi pihak swasta dalam bentuk philantrofi seperti ini sudah biasa terjadi di Amerika Serikat, tapi tidak di Australia. Namun demikian pihaknya akan terus mendorong upaya ini untuk memastikan sejarah membanggakan ANU yang menjadi institusi terdepan dalam kajian ekonomi Indonesia selama ini dan Indonesia Project bisa terus dipertahankan selama 50 tahun mendatang.
 
Ross McLeod Direktur Indonesian Project dari Australian National University (ANU).
Ross McLeod Direktur Indonesian Project dari Australian National University (ANU).
 
ANU Indonesia Projest berdiri tahun 1965  dan diprakarsai oleh Profesor Heinz Ardnt, Kepala Departemen Ekonomi pada School of Pacific Studies di ANU.
Proyek ini bertujuan untuk menggalakan studi atau penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah pembangunan di Indonesia serta untuk membuat masyarakat dunia lebih memahami apa yang terjadi dengan persoalan pembangunan di Indonesia. Mengingat pada tahun 1960-an Indonesia mengalami salah satu masa terburuk dalam sejarahnya setelah kemerdekaan.
 
Selama 5 dasawarsa proyek ini telah mensponsori banyak kegiatan riset dan peningkatan kapasitas akademisi Indonesia dan Australia mengenai perekonomian dan pembangunan Indonesia.

Proyek ini telah melahirkan ribuan publikasi riset ilmiah, diantaranya  Buletin Indonesian Economic Studies (BIES) yang menjadi acuan internasional untuk memantau perekonomian Indonesia, konferensi Indonesian Update dan forum kajian ekonomi Indonesia lainnya di Australia dan Indonesia.