ABC

Kisah Pengabdian Guru yang Mengajar Pasien Anak di RS Sydney

Di Rumah Sakit Anak Westmead di Sydney, 11 guru mengabdikan diri mereka untuk mendidik para pasien anak. Para guru itu mengelola sekitar 100 siswa di 4 ruang kelas.

Guru bernama Josie Hodge mengkhususkan diri dalam pengajaran privat bagi anak yang tak bisa meninggalkan kamar perawatannya.

Josie sadar akan sejumlah pertimbangan untuk sekedar mengajar anak-anak tersebut di bangsal atau kamar perawatan.

"Ini semua tentang membangun kepercayaan diri dan membuat mereka menikmati sesi belajar lagi, karena banyak dari mereka sudah tak bersekolah sejak lama," jelasnya.

Ia menyambung, "Ide untuk bersekolah bisa menakut-nakuti mereka."

Emily Thompson, Eileen Lam dan Stephanie Jones bekerja di ruang kelas yang ada di RS Anak Westmead.
Emily Thompson, Eileen Lam dan Stephanie Jones bekerja di ruang kelas yang ada di RS Anak Westmead.

Josie seringkali menemukan bahwa murid-muridnya yang ada di bangsal onkologi sedang tak ada di tempat untuk menjalani pengobatan, atau tidur setelah pengobatan sehingga ia mengajar siswa berikutnya.

Tantangan terbesarnya adalah berurusan dengan rasa dukanya sendiri yang ia rasakan untuk anak-anak yang tak kunjung sembuh, tapi ia mengaku pekerjaan ini sungguh berharga.

"Jika Anda bisa mengisi kesenjangan pendidikan, Anda bisa membuat perbedaan besar pada masa depan mereka," katanya.

Walau mengelola pendidikan pasien anak di sela-sela kebutuhan medis mereka adalah pekerjaan yang menantang, Josie selalu gembira ketika mampu mengirim mereka kembali ke sekolah asal.

"Tahun ini kami memiliki banyak anak yang telah menjalani dua musim pengobatan onkologi, mereka telah melalui radiasi, mereka telah melalui kemoterapi, dan mereka juga menjalani prosedur lainnya,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, "Jika kami membuat mereka merasa senang tentang diri mereka sendiri dan senang belajar maka kami sudah melakukan tugas kami.”

Stephanie Jones, 16 tahun, duduk di kelas 10 dan dirawat karena kondisi pencernaan, yang telah membuatnya berulang kali dirawat di rumah sakit.

"Saya sudah menjalaninya beberapa kali dan saya suka sekolahnya, sungguh senang memiliki guru yang bisa membantu berbagai hal," ujarnya.

Stephanie menikmati belajar dan mengaku bahwa pengajaran dengan metode privat ini membantunya ketika berada di rumah sakit.

"Mereka melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk membuat Anda belajar seperti biasa," utaranya.

Stephanie juga menemukan kesempatan untuk meninggalkan bangsal dan bahwa rutinitas yang disediakan oleh sekolah tersebut sungguh penting.

"Itu memberi hari Anda sedikit struktur, yang bisa Anda lupakan, ketika Anda berada di sini, Anda bisa lupa hari," akunya.

Eileen Lam baru menjalani tugasnya sebagai guru di tahun pertama dan memiliki 15 siswa SMA dari berbagai usia.

Ruangan mengajarnya dilengkapi dengan semua aksesori yang Anda temukan di bangsal rumah sakit, termasuk tabung oksigen dan sejumlah outlet listrik untuk mengakomodasi peralatan medis siswa.

Kelas ini dirancang untuk memungkinkan anak yang tak bisa turun dari tempat tidur untuk hadir pula.

"Saya tak tahu kalau sekolah seperti ini ada, ini berbeda, tapi saya menikmati tantangannya," tutur Eileen.

Sementara kelas ini memiliki sekitar 15 siswa dalam suatu waktu, Eileen telah memiliki lebih dari 100 siswa yang berbeda sepanjang tahun ini.

"Saya memiliki seratus nama berbeda yang ada di kepala saya, hanya dari tiga semester," ujarnya sambil tertawa, menunjukkan bahwa perubahan biasanya mengarah ke hal yang lebih baik.

"Kami bisa melihat perubahan dari diri mereka ketika mereka datang hingga mereka pergi, dan umumnya itu adalah perubahan yang lebih baik. Kami selalu mengatakan 'Saya harap kami tak pernah bertemu denganmu lagi’ dengan cara yang paling halus," terangnya.

Emily Thompson dari Ulladulla saat ini menginjak kelas 8, tetapi ia bukanlah seorang pasien di rumah sakit tersebut.

Ia tinggal bersama keluarganya di Rumah Ronald McDonald sementara kakaknya menjalani terapi radiasi dan kemoterapi untuk tumor otak yang dideritanya; Oleh karena itu, ia memenuhi syarat untuk menghadiri sekolah tersebut.

Emily telah berada di sekolah selama enam minggu tetapi merasa kesulitan untuk berteman, karena wajah yang selalu berganti di dalam kelas.

"Ini sangat berbeda dari sekolah saya di tempat asal, tetapi gurunya membantu Anda dengan segala cara dan benar-benar mendukung," ungkapnya.

Mercedes Wilkinson adalah kepala dari sekolah negeri yang unik ini.

"Kami didanai seperti sekolah negeri lainnya dan guru kami memiliki kualifikasi yang sama seperti yang mereka minta di setiap sekolah," terangnya singkat.

Lima staf bekerja dengan sekolah asli para siswa sebelum dan sesudah masuk ke RS Westmead.

Para guru dan staf administrasi bekerja sama dengan sekolah-sekolah ini ketika siswa kembali menjalani hidup normal.

"Kami memiliki seluruh siswa dari sekolah negeri, sekolah independen dan sekolah Katolik sehingga kami bekerja sama dengan semua sekolah di seluruh New South Wales," kemuka Mercedes.

Ia mengatakan, adalah siswa dengan penyakit kronis yang paling diuntungkan dari konsep sekolah di rumah sakit ini.

RS Westmead adalah salah satu dari 10 sekolah di rumah sakit yang ada di NSW.