Kisah Lalu Fauzan Mencari Ibunya di Reruntuhan Masjid
Hari itu, Lalu Fauzan berjalan mondar-mandir di sekitar tumpukan puing-puing masjid desanya. Dia mencari-cari suara ibunya dari balik reruntuhan bangunan yang luluh-lantak akibat gempa.
Ketika masjid dua lantai itu runtuh, ibu Fauzan sedang berada di dalam.
“Sehari setelah gempa, tim pencari datang ke sini dan mengatakan ada seseorang di dalam meminta bantuan,” katanya kepada ABC.
“Suara seorang wanita yang meminta bantuan. Mungkin saja itu suara ibuku,” ujarnya.
Hari ini, taka ada lagi suara di bawah reruntuhan itu. Hanya hening.
Di dasar tangga masjid, masih tergeletak puluhan sandal jepit.
“Mungkin dia masih hidup. Saya akan sangat bersykur,” katanya.
Sekitar 100 warga Desa Pemenang Barat, Lombok Utara, berada dalam masjid untuk mengaji ketika gempa bumi melanda, Minggu malam.
Ketika bangunan masji mulai runtuh, sebagian besar warga berhasil melarikan diri. Namun sebagian lainnya terjebak di dalam.
Reruntuhan masjid itu kini masih tampak belum dibongkar dan dibersihkan.
“Saya sangat kecewa karena Pemerintah tak datang ke sini membersihkan puing-puing masjid,” ujar Fauzan.
“Kami sangat khawatir karena mungkin ada orang masih hidup di sana,” katanya.
“Tolonglah, Pemerintah datang dan mengangkat semua puing-puing ini,” tambahnya.
Play
Press play then disable your screen reader. Use space bar to pause or play, and up and down arrows to control volume. Use left arrow to rewind and right arrow to fast forward.
Mengharapkan keajaiban
Beberapa kilometer dari situ, masjid di Desa Lading Lading juga luluh-lantak akibat gempa.
Tidak ada yang bisa memastikan berapa banyak orang yang ada di dalam ketika terjadi gempa. Namun warga setempat mengatakan setidak ada 50 orang.
Puluhan petugas penyelamat berusaha menyingkirkan rerutuhan beton, mengharapkan adanya keajaiban.
Ketika ABC tiba di masjid itu pada Selasa (7/8/2018) pagi, sudah tidak ada upaya pencarian dan penyelamatan. Padahal puluhan orang dipekirakan berada di bawah reruntuhan.
Satu-satunya ekskavator yang terlihat di sana tampak menganggur. Penduduk kurang memperhatikan reruntuhan masjid itu. Mereka lebih peduli menyiapkan makanan untuk anak-anak dan diri mereka sendiri.
Menjelang siang, operasi penyelamatan pun dilanjutkan. Tim pencari mengharapkan keajaiban lain, setelah seorang pria ditemukan hidup di bawah masjid kemarin.
Di sebuah lapangan di dekat situ, ibu Supriyono sedang menyiapkan mi instan setelah menghabiskan malam kedua di tenda darurat.
“Mi dan air ini dari tetangga kami,” katanya.
Play
Press play then disable your screen reader. Use space bar to pause or play, and up and down arrows to control volume. Use left arrow to rewind and right arrow to fast forward.
Dia juga memohon bantuan dari Pemerintah.
“Saya harap pemerintah pusat dan pemerintah daerah datang ke lapangan dan melihat bagaimana kondisi di sini,” katanya.
“Kami berharap Pemerintah bisa membantu,” tambahnya.
Play
Press play then disable your screen reader. Use space bar to pause or play, and up and down arrows to control volume. Use left arrow to rewind and right arrow to fast forward.
Lebih banyak rombongan pejabat
Di sebuah lahan di perbukitan, tampak ribuan warga masih bertahan di tenda-tenda sementara.
Tampak ada yang merawat luka-luka ringan yang dialaminya. Ada yang menggendong anak dan menunggu bantuan.
Warga di sini telah menerima bantuan makanan dari pihak berwenang, tetapi kondisi cuacanya panas dan mereka mulai kehabisan air minum.
Di jalan poros propinsi di Tanjuh, aparat Pemerintah membagikan bantuan makanan.
Kondisi lapar dan tidak sabar, beberapa warga mulai bertengkar.
Para petugas tampak berhasil mengendalikan situasi dan para penduduk itu pun mulai membentuk antrean teratur.
Begitu banyak rombongan pejabat dengan pengawalan polisi lalu-lalang di sana. Mungkin mereka bermaksud meninjau lokasi bencana.
Namun sepanjang hari itu, rombongan pejabat tampaknya jauh lebih banyak dibandingkan bantuan yang benar-benar bermakna untuk para korban.
Diterjemahkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.