ABC

Kini, Ikan Pembasmi Malaria Justru Akan Dibasmi

Para ilmuwan di areal konservasi ‘Tamar Island Wetlands’, yang berada di dekat kota Launceston, Tasmania, akan melancarkan pembasmian gen ikan kecil pengganggu yang telah menimbulkan banyak masalah.

Para ilmuwan berencana untuk mengubah gen ikan gupi atau ikan cere sehingga ke depannya mereka hanya melahirkan keturunan jantan. (Foto: David Maynard/Galeri Seni Museum Ratu Victoria)
Ikan gupi atau ikan cere atau ‘gambusia’ diperkenalkan di Australia lebih dari 100 tahun yang lalu untuk melawan malaria, dan dibiakkan di rawa ‘Tamar’ sejak tahun 1990’an.

Karena ikan cere berkembang dengan pesat di perairan dangkal yang tenang dan diberi umpan jentik serangga, mereka tampak sebagai agen pengontrol nyamuk yang ideal.

Namun setelah menjadi penangkar yang lahap dan pemanga yang rakus, ikan gupi atau ikan cere ini, seperti halnya katak-katak di daratan utama, telah membawa permasalahan tersendiri.

Kini Universitas Tasmania tengah mempelopori kampanye nasional untuk membasmi ikan cere dengan dukungan dana hibah sebesar 476.000 dolar.

Ikan cere memiliki dampak negatif bagi keberlangsungan hidup spesies ikan asli. John Duggin, relawan yang bekerja di daerah konservasi ‘Tamar island Wetlands, mengatakan, ia senang jika ikan-ikan kecil tersebut dibasmi.

“Mereka akan memangsa hewan apapun yang hidup, itu semua termasuk invertebrata, invertebrata air,” ungkapnya.

Profesor John Purser, Direktur Pusat Nasional Konservasi Laut dan Pengolahan Sumber Daya, mengatakan, ikan cere adalah pemangsa yang subur.

“Ia dapat melahirkan keturunan sampai 10 kali dalam setahun, dan dalam tiap angkatan kelahiran dapat membuahkan hingga ratusan anak ikan,” jelasnya.

Sejumlah perangkap telah digunakan di waktu lalu dan membuahkan hasil, namun para ilmuwan berharap untuk dapat membasmi spesies ikan ini dengan mengubahnya secara genetik.

Doktor Jawahar Patil, sang ketua peneliti, menyebut, tim yang dipimpinnya akan menggunakan pendekatan kuda troya untuk masuk ke spesies itu.

“Kami menyebutnya sebagai pendekatan ‘Kromosom Troya Y’, yang menggunakan pembiakkan kromosom Y ke dalam populasi betina sehingga mereka hanya memproduksi keturunan jantan,” ujarnya.

Embrio ikan yang baru lahir akan dirawat dengan hormon di laboratorium terlebih dahulu, baru kemudian dilepaskan ke alam bebas.

Program ini akan dijalankan selama 4 tahun dengan bantuan para relawan.

“Idenya adalah untuk mengarahkan populasi ikan cere menuju kepunahan,” tutur Doktor Jawahar.

Jika pendekatan ini sukses, para peneliti berharap program ini dapat direplikasi di seluruh dunia.