ABC

Kini, ‘Cerebral Palsy’ Bisa Terdeteksi Sejak Lahir

Para peneliti Australia akan mempresentasikan apa yang mereka sebut sebagai gebrakan dalam diagnosa dan perawatan ‘cerebral palsy’ dalam sebuah konferensi di Wina, Austria, akhir pekan ini.

Para peneliti Australia menemukan metode untuk mendiagnosa 'cerebral palsy' pada masa kelahiran. Penemuan ini dan perawatan yang dilakukan sejak dini berpeluang mengurangi tingkat keparahan disabilitas ini.
Metode baru tersebut akan memungkinkan para dokter untuk mengindentifikasi kondisi disabilitas ini pada fase kelahiran, sehingga tak harus menunggu sampai 19 bulan untuk memulai perawatan.

Beberapa rumah sakit di Australia telah menggunakan metode ini dan Aliansi ‘Cerebral Palsy’ Australia (CPA) sendiri telah meminta adanya pengenalan terhadap metode ini di klinik-klinik di seluruh dunia.

Profersor Iona Novak, kepala penelitian di CPA, mengatakan, diagnosa awal atas disabilitas ini sangatlah penting.

“Karena kami sadar, diagnosa yang terlambat tak begitu membantu para orang tua, lebih baik mereka mengetahuinya lebih dini dan sebenarnya itu cara terbaik untuk menolong bayi-bayi tersebut. Hal lain yang ingin kami sampaikan adalah ada data baru yang menyebut bahwa penggunaan apa yang kita sebut sebagai pendekatan terapi motorik merupakan cara terbaik untuk mengoptimalkan otak. Jika kita mempraktekkan itu pada penyandang cerebral palsy, kita mungkin bisa mengurangi tingkat keparahan disabilitas ini,” jelasnya.

Profesor Iona dan peneliti CPA lainnya, Cathy Morgan, akan mempresentasikan panduan klinis dari penemuan terbaru ini di Akademi Disabilitas Masa Kanak-Kanak Eropa.

Cathy mengutarakan, pengkajian umum pada presentasi tersebut adalah gebrakan besar dalam sebuah temuan awal.

“Jadi, sekitar 3 bulan kita bisa mendeteksi cerebral palsy dengan tingkat akurasi 95%. Itu artinya bahwa bayi-bayi yang beresiko tinggi dapat dipindai menggunakan metode ini dan kita dapat menemukan, dari seluruh bayi yang sakit, kita dapat menentukan mereka yang paling beresiko terkena cerebral palsy dan memulai perawatannya sesegera mungkin. Ini sungguh langkah besar,” tutur Cathy.

Tiap 15 jam, ada bayi yang terlahir dengan ‘CP’ di Australia

Cerebral Palsy atau ‘CP’ adalah disabilitas fisik yang paling umum di masa kanak-kanak. Disabilitas ini mempengaruhi kemampuan syaraf, gerakan, dan kemampuan motorik.

Menurut Cathy, sebagian besar pasien memiliki masalah dalam konsumsi makanan dan bahasa serta hampir separuhnya akan mengalami pelemahan intelegensia.

“Salah satu masalah terbesar adalah bahwa banyak dari para penyandang mengalami kesakitan,” urainya.

Ia menambahkan, tiap 15 jam, seorang bayi di Australia terlahir dengan cerebral palsy.

Disamping kondisi tersebut, tak banyak orang yang mengetahu cara kerja disabilitas ini dan mengapa beberapa orang terdampak dan beberapa tidak terdampak – dan bahwa belum ada obat penyembuhnya.

Putra Hassan Chahrouk yang berusia 3 tahun, Abdul, terdiagnosa dengan cerebral palsy pada saat kelahiran. Padahal, 3 tahun lalu diagnosa dini ini belum dikenal.

Kala itu, Cerebral Palsy tidak terdiagnosa hingga rata-rata umur 19 bulan.

Hassan mengungkapkan, informasi mengenai cerebral palsy sangat sulit didapat.

“Kami tak punya petunjuk apapun, tak ada buku, tak ada sesuatu yang bisa dibaca. Ia dulu tak bisa berjalan tapi kini sudah bisa. Mungkin langkah selanjutnya adalah berbicara dan makan normal,” ujarnya.