ABC

Kilas 2015 : Tokoh Perempuan Australia Pimpin Gerakan Dukung Pembangunan Masjid

Tokoh perempuan sekaligus pengusaha Margot Spalding memimpin kampanye Believe in Bendigo, sebuah gerakan untuk melawan intoleransi dan kebencian, sekaligus mendukung rencana pembangunan masjid di kota pedalaman yang terletak sekitar 2 jam dari Melbourne, Australia.

Spalding mengatakan aksi demo menentang kehadiran masjid di Bendigo harus segera diakhiri, sebelum menyebar ke seluruh Australia.

Kota Bendigo telah menjadi sasaran aksi demo kelompok anti Islam menyusul keputusan pemerintah setempat meloloskan permohonan izin pembangunan masjid di kota itu.

Permohonan izin diajukan oleh Asosiasi Islam Bendigo yang dipimpin Heri Febriyanto, pria keturunan Indonesia yang sudah lama menetap di Bendigo.

"Saya percaya aksi-aksi protes anti masjid bisa dihentikan di Bendigo," kata Margot Spalding, yang pernah meraih penghargaan Telstra Business Woman of the Year.

Margot Spalding, memimpin gerakan Believe in Bendigo yang bertujuan menepis sentimen anti masjid di kota itu. (Foto: istimewa)
Margot Spalding, memimpin gerakan Believe in Bendigo yang bertujuan menepis sentimen anti masjid di kota itu. (Foto: istimewa)

 

Menyusul aksi demo anti masjid pada Agustus lalu, Spalding mengundang pemimpin semua agama, pengusaha dan tokoh masyarakat dan lahirlah gerakan Believe in Bendigo.

"Orang luar yang datang ke Bendigo dan melakukan aksi demo memprotes masjid yang akan dibangun di sini, benar-benar mengejutkan penduduk setempat," kata Pendeta John Roundhill, dari Gereja Anglikan Bendigo.

"PWarga setempat tidak mengira adanya kemarahan dan kebencian yang ditunjukkan pada hari itu," tambahnya.

Kelompok ekstrimis yang menamakan dirinya United Patriots Front (UPF) kembali menjadi Bendigo sebagai sasaran aksi demo kedua pada bulan Oktober lalu.

Blair Cottrell, pria yang mengaku sebagai juru bicara UPF, menyatakan kelompok itu "akan pergi kemana pun kami dibutuhkan".

Menurut catatan terdapat sekitar 300 warga Muslim tinggal di Bendigo, umumnya bekerja sebagai dokter, dokter gigi, perawat, pekerja pabrik dan mahasiswa.

Saat ini mereka beribadah Jumatan di salah satu ruangan kampus La Trobe University yang ada di Bendigo.

Pemerintah Kota Bendigo telah mengabulkan permohonan izin pendirian masjid pada Juni 2014, namun hingga saat ini pembangunan masjid itu belum juga dimulai karena adanya gugatan ke pengadilan.

Aksi gerakan Believe in Bendigo mendukung rencana pembangunan masid di kota itu. (Foto: istimewa)
Aksi gerakan Believe in Bendigo mendukung rencana pembangunan masid di kota itu. (Foto: istimewa)

 

Sekelompok kecil warga menggugat keputusan Pemkot Bendigo itu ke peradilan sipil dan administratif Victoria (VCAT), namun gugatan mereka ditolak pengadilan.

Kini, peradilan banding Victoria mempertimbangkan adanya gugatan lainnya.

Spalding mengaku bingung dengan segala keributan yang muncul, mengingat di kota sekitar Bendigo juga memiliki beberapa masjid.

Spalding, yang sering menerima surat berisi pesan kebencian, menyatakan dia tidak akan menyerah karena percaya "penting bagi Bendigo dan Australia bahwa rencana pembangunan msjid itu jalan terus".

Pengusaha ini merupakan salah seorang pendiri perusahaan furnitur Jimmy Possum, dan mempekerjakan tiga orang pengungsi dari Afghanistan. Salah seorang di antaranya bernama Sayed Hussaini, yang sering melakukan shalat di sela-sela jam istirahat di tempat kerjanya.

"Saya percaya bahwa setiap orang berhak menjalankan ibadahya dimana pun mereka merasa nyaman," tegasnya.

Aksi damai kelompok yang mengusung keberagaman di Bendigo. (Foto:ABC Open/Shane Carey)
Aksi damai kelompok yang mengusung keberagaman di Bendigo. (Foto:ABC Open/Shane Carey)

 

Seorang pejabat Kota Bendigo Helen Leach, satu dari dua pejabat yang menolak permohonan izin masjid, mengaku dia belum pernah melihat isu yang memecah-belah masyarakat seperti ini.

"Pesan yang saya terima dari warga adalah bahwa mereka takut adanya elemen radikal yang akan datang ke kota ini dengan kehadiran masjid, sehingga mengancam kehidupan mereka dan keselamatan kaum wanita," kata Leach.

Namun pendapat Leach itu dibantah oleh Spalding.

"Memang ada kelompok teroris yang ingin menyakiti orang lain, namun mereka bukan warga Muslim yang kai kenal di Bendigo sini," katanya.

"Mereka menolak terorisme sama saja dengan kita, sebab mereka pun mendambakan kehidupan yang damai di kota ini," tambah Spalding lagi.

Heri Febriyanto from the Bendigo Islamic Association standing in front of the proposed mosque site
Heri Febriyanto from the Bendigo Islamic Association standing in front of the proposed mosque site

“*Artikel ini pernah dimuat sebelumnya di Australia Plus Indonesia. Menyambut pergantian tahun, kami hadirkan kembali artikel-artikel pilihan editor di sepanjang 2015 untuk para pembaca.”