ABC

Kilas 2015: Dua Dosen Asal Jawa Timur Raih Penghargaan Pemerintah Australia

Dua dosen asal Jawa Timur yang sedang menempuh pendidikan doktoral, Wenny Bekti Sunarharum dan Rumayya Batubara berhasil memenangkan penghargaan Hadi Soesastro Australia Award 2015, sebuah penghargaan bergengsi dari Pemerintah Australia.

Penghargaan ini diserahkan oleh Menteri Luar Negeri Julie Bishop pada Rabu malam (21/10/2015) di Canberra.

Hadi Soesastro Prize sudah diberikan untuk kedua kali sejak dimulai tahun 2014. Bentuknya berupa dukungan pendanaan untuktraining, konferensi, fasilitas serta studi lebih lanjut senilai $25.000 (sekitar Rp 250 juta).

Menlu Julie Bishop dalam kesempatan itu memaparkan pentingnya menjalin kerja sama dengan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan hubungan dalam level people to people.

Wenny Sunarharum (kiri) dan Rumayya Batubara setelah mendapat penghargaan dari Menlu Julie Bishop.
Wenny Sunarharum (kiri) dan Rumayya Batubara setelah mendapat penghargaan dari Menlu Julie Bishop.

 

Penghargaan ini termasuk istimewa karena hanya diberikan kepada masing-masing seorang mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di Australia dengan beasiswa dari Pemerintah Australia.

“Saya bersyukur penghargaan ini membukakan peluang meningkatkan keahlian di bidang yang saya geluti melalui training, konferensi dan studi postdoctoral," kata Wenny kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya.

"Semoga kerjasama di bidang pertanian dan pangan antara kedua negara semakin meningkat. Saya juga berharap bisa berkontribusi meningkatkan kualitas serta memenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi nasional maupun dunia dan membantu masyarakat yang membutuhkan,” kata Wenny lagi.

Wenny bersama keluarganya dan Menlu Julie Bishop.
Wenny bersama keluarganya dan Menlu Julie Bishop.

 

Wenny adalah dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, yang sedang mengambil PhD di Queensland Alliance for Agriculture and Food Innovation (QAAFI), The University of Queensland (UQ) dengan beasiswa the Prime Minister’s Australia-Asia Endeavour Awards.

Wenny yang juga pernah menerima penghargaan An Inspirational Alumni Award 2010 dari kedutaan Australia ini sedang meneliti tentang kopi.

Sementara Rumayya adalah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya, yang sedang mengambil PhD pada University of Western Australia (UWA) dengan berbagai pengalaman di level nasional dan internasional.

Kepada ABC, Rumayya mengatakan dia akan menggunakan dana tersebut untuk menyelesaikan risetnya berkaitan dengan interaksi politik dan ekonomi di era desentralisasi di Indonesia.

Rumayya Batubara bersama keluarganya dan Menlu Julie Bishop.
Rumayya Batubara bersama keluarganya dan Menlu Julie Bishop.

 

Malam penghargaan Hadi Soesastro Prize ini dihadiri sekretaris Department of Foreign Affairs; Prof. Hal Hill, salah seorang pencetus Hadi Soesastro Prize; Albert Soesastro, putra kedua Prof. Hadi Soesastro serta Atase Pendidikan KBRI Prof Ronny R. Noor.

Atdiknud Prof. Ronny R. Noor menilai pemberian penghargaan ini memberikan dampak besar dalam memicu semangat mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studinya di Australia.

Hadi Soesastro Prize mulai diinisiasi oleh Pemerintah Australia pada 3 April 2013.  Penghargaan ini diberikan untuk menghormati Prof. Hadi Soesastro yang telah berperan besar dalam meningkatkan hubungan kedua negara.

Pada tahun 2014 Hadi Soesastro Prize diberikan kepada Bimo Wijayanto yang pada saat itu adalah mahasiswa PhD dari University of Canberra. Ia dinilai telah memberikan kontribusi pekimiran mengenai rekronstruksi pajak, pendapatan dan distribusinya di Indonesia.

Penerima lainnya saat itu adalah Diana Setiyawati,  mahasiswa PhD dari Melbourne University yang dinilai telah memberikan kontribusi dalam pemikiran mengenai kurikulum psikologi kerja di sektor kesehatan di Indonesia.

Prof. Hadi Soesastro adalah ekonom dan intelektual yang dinilai banyak berkontribusi terhadap kerjasama Asia-Pasifik dan pembangunan di Indonesia dan Timor Leste.

Dia turut membangun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan juga pernah menjadi penasehat Pemerintah Indonesia. Di samping itu dia juga tercacat sebagai Adjunct Professor di Australian National University dan gelar doktor kehormatan pada tahun 2009.

Hadi Soesastro Prize merupakan bagian dari Australia Awards yang diberikan kepada para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Australia dalam bidang political economic, International Economics Relations dan juga pembangunan.

*Artikel ini pernah dimuat sebelumnya di Australia Plus Indonesia. Menyambut pergantian tahun, kami hadirkan kembali artikel-artikel pilihan editor di sepanjang 2015 untuk para pembaca.