ABC

Kilas 2015: Burung di Australia Ternyata yang Tercerdas dan Tertua di Dunia

Burung yang paling cerdas dan tertua di dunia tua di dunia ternyata burung yang berasal dari Benua Australia. Mereka juga ternyata jauh lebih cerdas dari perkiraan manusia.

Burung Kakatua Mayor Mitchell berevolusi di Australia menjadi sangat pandai agar dapat bertahan hidup di lingkungan alam Australia yang sangat sulit.
Burung Kakatua Mayor Mitchell berevolusi di Australia menjadi sangat pandai agar dapat bertahan hidup di lingkungan alam Australia yang sangat sulit.
 
Seorang pakar perilaku hewan dari Pusat Ilmu Syaraf dan Perilaku Binatang di Universitas New England, professor Gisela Kaplan mengatakan Australia, merupakan rumah bagi sebagian burung yang paling tua usianya di planet bumi ini. 
 
Burung-burung itu  menurut Kaplan memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah burung itu sendiri.
 
"Burung-burung, seperti  kakatua Australia setidaknya punya sejarah sudah hidup di dunia ini selama 90 juta tahun,” katanya.
 
Kaplan juga mengatakan kemungkinan ada banyak spesies burung lain di planet ini yang sudah hidup sebelum terjadi kepunahan massa 65 juta tahun yang lalu. 
 
Tetapi satu-satunya burung yang mampu  bertahan hidup setelah itu berada di timur Gondwanaland, sekarang dikenal sebagai Australia.
 
"Jadi burung sebenarnya memang berevolusi di Australia," kata Profesor Kaplan.
 
"Burung Australia memiliki usia hidup sangat panjang, hampir dua kali lebih lama dari burung-burung yang hidup di belahan bumi bagian Utara,”
 
Dia mengatakan ketidakpastian yang keras dari lansekap Australia terkait kebakaran lahan, banjir, dan kekeringan telah memberikan kontribusi bagi kelangsungan hidup mereka dan pengembangan lebih lanjut.
 
Sedangkan spesies dari belahan bumi utara dengan musim yang lebih mudah diperkirakan dan
sangat sedikit memiliki perbedaan membuat lingkungan mereka kurang menantang.
 
"Hewan yang hidup di benua yang sulit ini … harus memiliki banyak akal dan harus memiliki memori yang sangat baik," kata Profesor Kaplan.
 
Kondisi ini kemudian menurut Kaplan menjadikan burung di benua Australia memiliki kecerdasan yang lebih baik sehingga bisa bertahan hidup lama atau juga sebaliknya karena berumur panjang maka burung di Australia menjadi cerdas.
 
Selain itu Kaplan juga mengatakan burung ternyata jauh lebih cerdas dari yang diperkirakan manusia serta banyak berbagi karakter yang sama dengan manusia.
 
Misalnya saja berdasarkan penelitiannya, burung magpies mampu berpikir kognitif seperti memahami konsep dari objek yang dihilangkan sesaat ketika bermain petak umpet.
 
"Padahal petak umpet merupakan permainan manusia yang secara konsep cukup sulit, “ kata Professor Kaplan.
 
Seekor burung galah terbang di dekat Rupanyup, Victoria.
Seekor burung galah terbang di dekat Rupanyup, Victoria.
 
Kemampuan berbahasa juga merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki burung. 
 
Menurut Kaplan, Burung memiliki keahlian menyerupai spesies lain atau mimikri yang Ia lebih suka menyebutnya dengan ‘ocehan bayi”.
 
"Ocehan bayi’ adalah langkah pertama dari mempelajari intonasi dan suara, misalnya saja, berbicara dengan bahasa manusia atau menyanyikan lagu mereka sendiri,” tutur Professor Kaplan.
 
Dalam beberapa kasus menurutnya kemampuan mimikri kakatua sudah diperluas ke fungsi yang sebenarnya yakni diperlukan untuk kelangsungan hidup.
 
"Beberapa dari burung itu merupakan master sejak dari masa lalu dalam perilaku menipu, mereka akan memberi pesan peringatan bahaya kepada spesies yang lain agar spesies itu menjauh dan akhirnya mereka akan bisa menguasai sumber makanan untuk mereka sendiri di lokasi yang ditinggalkan,” katanya.
 
Professor Kaplan juga mengatakan burung-burung juga memiliki kemampuan mengungkapkan emosi. Menurutnya emosi pada burung serupa dengan emosi yang dimiliki hewan seperti anjing atau anak berusia 2 – 3 tahun.
 
"Mereka memiliki emosi seperti tantrum, sifat serakah, perilaku untuk mencari perhatian, mengamuk karena membutuhkan kasih sayang,memiliki kebutuhan untuk berbicara kepada seseorang dan menunjukkan kasih sayang mereka dengan sangat jelas, "kata Profesor Kaplan.
 
Berduka juga merupakan bentuk emosi kompleks lain yang ditemukan  Profesor Kaplan pada burung.
 
"Kami tidak pernah menyangka kalau burung bisa mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu atau merencanakan tindakan di masa depan, dan kita sekarang
juga tahu mereka juga merasa berduka karena rasa kehilangan sesuatu di masa lalu dan itu merupakan ekspresi yang sangat kuat,”
 
Professor Kaplan mengatakan kemampuan komunikasi ini harus terbangun dengan baik pada burung, karena banyak dari mereka hidup berpasangan seumur hidup.
 
"Itu merupakan waktu hidup bersama yang sangat lama jika Anda terikat selama 60-80 tahun, jadi Anda harus mampu berkomunikasi secara efektif sehingga mereka tidak frustasi.”
 

*Artikel ini pernah dimuat sebelumnya di Australia Plus Indonesia. Menyambut pergantian tahun, kami hadirkan kembali artikel-artikel pilihan editor di sepanjang 2015 untuk para pembaca.