ABC

Kian Lebar Kesenjangan Minat Murid Baru di Sekolah Unggulan dan Tidak

Riset terbaru menunjukan kalangan orang tua di Australia berlomba-lomba mendaftarkan anaknya ke sekolah unggulan ketimbang sekolah yang bukan unggulan. Pakar memperingatkan Australia sedang menuju sistem pendidikan yang dua tingkat.

Kajian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kebijakan mendapati orang tua di Australia berusaha secepat mungkin mendaftarkan anak mereka ke sekolah yang memiliki nilai NAPLAN tinggi yang tercatat di situs My School.
 
Pensiunan kepala sekolah, Chris Bonnor dan Bernie Shepherd, yang melakukan penelitian mengatakan dalam program Lateline ABC kalau  pergeseran ini terjadi dari sekolah yang berkinerja rendah jauh telah menciptakan sekolah lain menampung pelajar yang kurang beruntung.
 
Dalam penelitian ini keduanya mendapati antara tahun 2011 dan 2015, pendaftaran di sekolah pemerintah yang kurang menjadi unggulan turun hingga 7.500 siswa secara nasional.
 
Sementara di periode yang sama juga, pendaftaran di sekolah pemerintah yang unggulan  meningkat sebanyak 22.000 siswa, begitu juga pendaftaran di sekolah Katolik unggulan meningkat 13.000 siswa dan sekolah independen unggulan meningkat 10.000 siswa.
 
Bonnor memperingatkan ketika sekolah bukan unggulan muridnya semakin sedikit, sekolah itu tidak akan ditutup dan sebaliknya mereka mendesak adanya dukungan yang lebih besar bagi sekolah-sekolah yang bukan unggulan.
 
Dr Christina Ho dari Universitas Teknologi Sydney menganalisa data dari pendaftaran di sekolah-sekolah dan mengatakan di kawasan metropolitan orang tua banyak menghindari sekolah yang banyak memiliki siswa dengan latar belakang bahasa bukan Bahasa Inggris.
 
"Orang tua sering berbicara tentang itu dalam hal 'anak-anak di sekolah itu kelihatan kasar'. Istilah seperti 'kasar' adalah bentuk eufimisme dari kelas sosial dan ras ," katanya.
 
"Untuk daerah yang memiliki banyak anak-anak pengungsi atau pendatang baru, orang tua akan mengatakan hal-hal seperti 'Saya khawatir anak saya akan diabaikan'.
 
"Ini adalah kekhawatiran yang valid tetapi ketika Anda mendapati hal semacam ini terjadi di seluruh negara bagian maka kita akan berakhri dengan pemisahan diri sendiri,"
 
Menurutnya beralihnya pilihan orang tua pada sekolah unggulan dalam memilih sekolah untuk anak-anak mereka berkaitan langsung dengan penyusunan tabel liga sekolah.
 
"Bukti-bukti selalu menunjukan kepada kita kalau jika Anda berasal dari latar belakang masyarakat miskin atau mungkin Anda juga pendatang baru, dan Bahasa Inggris Anda tidak terlalu bagus, Anda kemungkinan akan mengirimkan anak Anda ke sekolah umum negeri, sehingga dengan kondisi seperti itu pilihan menjadi sangat tidak bermakna dan saya kira itu adalah kebohongan nyata kalau setiap orang punya pilihan," kata Dr Ho.
 
Bonnor  juga mengatakan kalau Australia saat ini tengah menuju pada sistem pendidikan dua tingkat, dimana sekolah yang kurang unggulan akan menghadapi lebih banyak kesulitan untuk meningkatkan nilai dan prestasi murid-muridnya.
 
Menurut Bonnor sekolah-sekolah semacam ini perlu menjadi sasaran dalam pendanaan Gonski.
 
"Anda harus melakukan sesuatu untuk memutus siklus, di situlah investasi di sekolah-sekolah dapat  mengubah penampilan, kesan dan  profil sekolah dengan cara yang akan menarik siswa," katanya.
 
Laporan ini bertepatan dengan penelitian serupa oleh Grattan Institute yang menemukan adanya kesenjangan  pembelajaran yang semakin  melebar antara siswa yang bukan unggulan dengan yang diunggulkan.
 
Studi ini melihat hasil NAPLAN dan mengatakan kesenjangan antara mahasiswa yang orang tuanya memiliki pendidikan rendah dan mahasiswa yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi meningkat dari hanya terpaut 10 bulan di tahun ke-3 menjadi tertinggal sekitar dua setengah tahun pada Tahun ke-9.
 
Laporan ini menemukan pada umumnya di tahun 9, siswa dengan prestasi tertinggi bisa lebih maju tujuh tahun dibandingkan siswa dengan prestasi akademik rendah.
 
Dikatakan standar minimum NAPLAN yang ditetapkan saat ini terlalu rendah untuk mengidentifikasi siswa yang kesulitan, karena siswa tahun 9 bisa memenuhi standar minimum bahkan jika kemampuan membaca mereka setara dengan siswa Tahun 5.