ABC

Kesibukan Nina Khairina Sebagai Presiden Dewan Mahasiswa Internasional di Australia

Selama dua tahun terakhir, Nina Khairina mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di Monash University terlibat dalam berbagai kegiatan dalam kedudukan sebagai Presiden Dewan Mahasiswa Internasional di Australia.

Dewan Mahasiswa Internasional di Australia (Council of International Student of Australia CISA) adalah sebuah badan yang dibentuk tahun 2007 untuk menjadi wadah bagi para mahasiswa internasional di Australia guna memperjuangkan berbagai masalah yang mereka hadapi.

Presiden dari organisasi tersebut dipilih setiap dua tahun sekali. Nina Khairina yang berasal dari Indonesia terpilih di tahun 2015. Saat itu Nina masih melanjutkan kuliah S1 di bidang politik di Monash University di Melbourne.

Bagaimana pengalaman Nina selama menjadi Presiden dan apakah kegiatan itu mengganggu kuliahnya selama ini?

Inilah percakapan Nina Khairina dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Sastra Wijaya.

Dalam beberapa bulan, jabatan anda sebagai Presiden Dewan Mahasiswa Internasional akan berakhir. Bagaimana anda menjalani jabatan anda sejauh ini?
Secara keseluruhan, ini merupakan perjalanan yang luar biasa. Dengan kira-kira tinggal 4 bulan lagi, saya melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan perjalanan ini dengan meninggalkan sebuah warisan bersama dengan tim saya.
Di dalam proses menjalani peran ini, kami telah melakukan sejumlah program restrukturisasi organisasi untuk memperbaiki efisiensi, kapasitas dan pencapaian kami untuk menjangkau seluruh negara bagian dan territory, begitu juga dengan mahasiswa dari berbagai sektor (diploma, S-1, S-2/S-3, VET, TAFE, foundation)

Melihat kembali ke belakang selama 2 tahun terahir, apakah kepuasan terbesar yang anda miliki sejauh ini?
Jujur, kepuasan pribadi terbesar adalah ketika saya berhasil melanjutkan pendidikan saya di tahun keempat pendidikan S1 saya (Honours) di Monash.
Itu merupakan hal yang tidak mudah untuk terus belajar penuh waktu sambil disambi dengan kegiatan sebagai aktifis mahasiswa.

Ada begitu banyak pengorbanan pribadi dan akademik yang harus dilakukan dan banyak tantangan pribadi yang harus dihadapi sepanjang jalan.

Menjalani peran ini bisa jadi amat sulit baik fisik maupun mental, dan untuk beberapa waktu, saya mengalami depresi.
Jadi bagi saya, mendapat beasiswa ‘Honours’ seperti sinyal yang berbunyi “lihat? kamu bisa melakukannya!”. Ini mendorong saya untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas.

Apa pengalaman paling menguntungkan bagi anda yang akan anda kenang jika sudah selesai menjalankan tugas anda disini?
Pengalaman unik bekerja sama dengan berbagai kelompok orang dalam konteks akademik dan profesional mungkin merupakan pengalaman yang paling menguntungkan.
Disini saya, kata keragaman yang saya maksud merujuk bukan hanya pada ras dan agama, tetapi juga dalam hal usia, dan penyandang disabilitas; bekerja dengan orang-orang dari semua benua, dengan orang-orang yang secara signifikan lebih tua dari saya, belajar dan menghargai budaya dan agama yang berbeda dan juga berempati dengan orang-orang dengan penyakit mental telah menjadi pengalaman pembuka mata.
Pengalaman ini benar-benar membentuk pikiran dan perspektif mengenai makna dari “keanekaragaman” dan juga pemikiran saya mengenai apa sebenarnya makna slogan Bhineka Tunggal Ika Indonesia.

Nina Khairina bangga bisa menjadi presiden sekaligus kuliah di Monash
Nina Khairina bangga bisa menjadi presiden sekaligus kuliah di Monash

Foto: Istimewa

Apakah anda menyesali keputusan yang anda ambil untuk melamar pekerjaan lebih awal?
Awalnya ya, mengingat banyak hal menjadi benar-benar membingungkan mengingat ada begitu banyak hal-hal yang perlu kita pelajari.

Kurva pembelajaran amat curam dan sangat jauh berbeda dengan apa yang telah saya lakukan.
Namun, memiliki mentor yang benar-benar membantu saya untuk mengatasi tantangan awal dan akhirnya berhasil pindah dari tingkat kampus ke Presiden Nasional.
Seorang teman baik pernah berkata, “tidak hanya melangkah keluar dari zona nyaman anda saja. Perluaslah!” -tugas ini benar-benar telah memperluas zona kenyamanan saya, dan saya menikmati semua pasang surut yang datang dengan tugas ini.

Jadi, tidak ada penyesalan di sana.

Selama masa kepemimpinan anda, anda terlibat bekerja dengan mahasiswa, politisi dan para pihak lainnya, ada pengalaman menarik bekerja dengan mereka?
Saya terus-menerus merasa kagum dengan dukungan siswa lain dan pegiat senior yang bekerja di sektor non-pemerintah, terutama dengan kemampuan lobi mereka dan bagaimana mereka terampil dalam berbicara guna mengyakinkan orang lain.
Namun, pengalaman yang paling menarik terjadi ketika saya duduk kembali, mendengarkan dan mengamati dinamika kelompok selama beberapa pertemuan pertama.
Ada begitu banyak hal untuk dipelajari dari ucapan dan Bahasa tubuh saja ketika saya “membayangi” pertemuan ini.

Saya menyerap dinamika kekuasaan dalam kelompok, perlahan-lahan mempelajari “trik” untuk menyampaikan pendapat anda secara efektif dan meyakinkan orang untuk mempercayai sudut pandang Anda, yang merupakan keterampilan penting bagi advokat.

Seperti yang sudah disampaikan, masih ada begitu banyak hal yang perlu dipelajari.

Pengalaman paling menarik dari seluruh perjalanan saya di sini, bagaimanapun, adalah saat-saat ketika saya bertindak sebagai anggota untuk Dewan Pendidikan Internasional.

Dalam peran ini, saya bekerja umumnya dengan pejabat senior dari Departemen Pendidikan dan Pelatihan, mendukung Menteri Pendidikan Australia Simon Birmingham, begitu juga dengan menteri lainnya yang berkaitan dengan Pendidikan Internasional.

Bagian dari tugas kami adalah untuk membantu atau menyarankan pelaksanaan Strategi Nasional Pendidikan Internasional, salah satunya adalah melalui menyetujui proyek-proyek yang dianggap prioritas tinggi dan ini sejalan dengan strategi.

Berada satu meja, dengan pakar dari universitas dan juga pejabat senior membicarakan dan benar-benar mempengaruhi keputusan pemerintah menggunakan anggaran dalam Portofolio Pendidikan internasional merupakan bukan pengalaman yang luar biasa.
Untuk mampu mengatakan bahwa saya menjalani pengalaman ini pada usia saya yang baru 23 tahun jujur ini merupakan sesuatu yang istimewa.

Melalui pengalaman itu saya juga melihat pentingnya memiliki orang yang tepat dan kemampuan menghadapi keragaman di pemerintahan dan pengambilan keputusan.

Nina Khairina (tiga dari kiri) bersama para mahasiswa internasional lainnya di malam penghargaan CISA di tahun 2015
Nina Khairina (tiga dari kiri) bersama para mahasiswa internasional lainnya di malam penghargaan CISA di tahun 2015

Foto: Istimewa

Apa masalah yang paling mendesak yang siswa internasional hadapi sekarang di Australia?
Ada begitu banyak yang bisa diungkapkan seputar hal ini. Kita tahu bahwa ada masalah yang sedang berlangsung di sekitar eksploitasi tenaga kerja, kesehatan mental, akomodasi, konsesi transportasi dan banyak aspek lain dari pengalaman mahasiswa. Mengakui fakta bahwa Australia adalah satu-satunya negara yang memiliki perlindungan hukum bagi mahasiswa internasional di bawah Undang-undang ESOS, masalah mendasar di sini adalah bahwa, kita kebanyakan dianggap sebagai ‘sementara’, dan gagasan ini memiliki implikasi ekonomi, sosial dan hukum yang membentuk cara kita ditempatkan di dalam masyarakat Australia.

Apa rencana di masa depan setelah ini?
Rencana pribadi? Rencana jangka pendek adalah menyelesaikan thesis ‘honours’saya begitu juga dengam kegiatan saya sebagai mentor di Tim Eksekutif Nasional yang baru.
Saya saat ini mendasarkan thesis saya pada Pergerakan pribumi Indonesia yang dipimpin oleh Kartini dan Ki Hajar Dewantara di wilayah-wilayah perempuan dan pendidikan dan memperdebatkan pentingnya mengunjungi kembali atau mempelajari era tertentu ini (akhir abad 19 dan awal abad 20 ).

Belum ada yang pasti, karena masih di awal-awal tahun, tapi saya berharap bahwa perjalanan menempuh studi beasiswa khusus saya (ditambah dengan pengalaman saya di dewan) dapat membantu membentuk rencana jangka panjang saya dalam mengubah lansekap pendidikan di Indonesia.

Saya juga sedang mengajar di sebuah Madrasah setiap hari Minggu, jadi saya berharap untuk melanjutkan tugas itu dan dapat mendedikasikan lebih banyak waktu mengembangkan sekolah ini.
Untuk CISA, saya berharap tim berikutnya bisa terus menjadi suara yang kuat dan advokat untuk mahasiswa di Australia. Kami memiliki begitu banyak untuk belajar dan memperbaiki sebagai organisasi mahasiswa, tapi saya senang bahwa ada juga banyak yang mendukung kami sepanjang jalan.
Bagaimana anda mengatur waktu antara menjadi Presiden mahasiswa internasional dan pada saat yang sama masih menjadi mahasiswa? Apakah sulit?
Ini telah menjadi salah satu hal yang sangat sulit, tapi saya harus mengakui bahwa saya memiliki hak istimewa untuk tidak perlu khawatir tentang mencari pekerjaan lain untuk menutupi biaya hidup belajar saya, karena orang tua saya telah sangat mendukung.
Memiliki adik yang hidup bersama-sama dengan saya juga membantu, karena kami saling menjaga stu sama lain di waktu-watku yang sulit.

Apa saran anda bagi mahasiswa internasional mengenai organisasi induk mereka?
Representasi mahasiswa internasional masih merupakan tantangan besar di sini! CISA atau dewan ada karena anggota kami, dan anggota kami terdiri dari organisasi mahasiswa internasional di Australia.
Banyak lembaga masih tidak memiliki perwakilan mahasiswa internasional apalagi organisasi mahasiswa internasional. Ketahuilah bahwa Anda memiliki hak dan suara Anda, setiap suara, adalah penting. Cari tahu apakah lembaga Anda memiliki representasi mahasiswa internasional dan jika mereka belum punya, mungkin kami dapat membantu Anda memulai sebuah organisasi perwakilan.