ABC

Kerjasama Indonesia-Australia yang Satu Ini Bisa Dipakai Bergaya

Perpaduan seni coret tembok dari nusantara dengan adibusana negeri kangguru menghasilkan karya-karya unik untuk ditampilkan di daerah pusat kota.

Anda yang tinggal di Jakarta mungkin pernah melihat grafiti, alias seni menghias permukaan ruang publik,  karya seniman Darbotz.

Ciri khasnya adalah biasanya menggunakan warna hitam-putih, garis pembatas alias outline tebal, serta elemen-elemen tertentu seperti goresan menyerupai duri atau sisik ikan.

Sang seniman misterius yang ogah wajahnya ditampilkan di layar tersebut pada awal Desember tahun ini mengunjungi kota Melbourne, Australia, untuk berkerjasama dengan perancang busana Monica Lim, yang menggawangi label busana Fame Agenda.

Hasilnya adalah edisi unik yang memadukan rancangan Lim dengan elemen-elemen khas Darbotz, yang ditampilkan melalui berbagai teknik, mulai dari sequin atau jahit manik, aksen tiga dimensi, hingga semprotan langsung di kain.

Kolaborasi ini memakan waktu berbulan-bulan untuk dirampungkan.

Buah karya dua tokoh kreatif tersebut kemudian ditampilkan dalam sebuah peragaan sebagai bagian dari acara “Mapping Melbourne” yang diadakan oleh Multicultural Arts Victoria, yaitu lembaga antar seni budaya negara bagian Victoria, tempat Melbourne terletak.

Menurut Darbotz, kerjasama macam ini merupakan cara yang bagus untuk mengakrabkan Indonesia dan Australia, yang memang secara geografis sudah dekat.

 “Saya suka explore media baru selain kanvas atau tembok, tapi kolaborasi dengan fashion brand baru pertama kali dan memang seru banget sih,” komentarnya.

Sedangkan Lim mengaku bangga bisa bekerjasama dengan Darbotz.

“Darbotz seorang peseni yang terkenal di Jakarta…jadi ini peluang yang baik untuk berkolaborasi dengan seniman besar yang kita hormati sekali,” ucapnya.

Peragaan busana karya Lim dan Darbotz diadakan di luar perpustakaan negara bagian Victoria, yang terletak di pusat kota Melbourne. Salah satu sesi peragaan diadakan saat jam makan siang dan mengundang banyak perhatian dari warga Melbourne.

Turut memeriahkan acara adalah DJ dan juga seniman tari breakdance.

Selain Darbotz dan Lim, Mapping Melbourne juga menampilkan berbagai seniman Asia lain yang memperkaya kebudayaan Melbourne. Contohnya, penari srimpi Ibu Kadar, koreografer dan penari Agung Gunawan,  serta pelukis Chen Ping dari Cina.

Acara yang ditampilkan beragam. Mulai dari diskusi, pameran, hingga pertunjukan teatrikal, seperti “Shadows on the Wall” pertunjukan yang memadukan tari, arsitektur, hingga teknologi robotik.

RM Altiyanto Henryawan, Bimo Suryojati, Jesse Stevens dan Dean Petersen menyajikan pertunjukan ini setelah matahari terbenam di gedung Royal Exhibition Building, yang merupakan salah satu gedung pameran tertua di dunia.