ABC

Kerja Lembur Karyawan Banyak Tidak Dibayarkan

Pekerja Australia menyumbangkan $ 130 miliar atau setara Rp 1.332 trilyun per tahun untuk majikan mereka melalui waktu lembur yang tidak dibayar. Demikian temuan yang diungkapkan sebuah lembaga thinktank terkemuka mengenai tempat kerja.

Institut Pusat Kerja Masa Depan Australia merilis penelitian yang bertepatan dengan event “Home on Time Day” tahunan mereka, di mana lembaga ini mendorong pekerja untuk tidak bekerja hingga larut malam di tempat kerja mereka.

Survei yang dilakukan institut tersebut menemukan rata-rata pekerja melakukan pekerjaan selama 5,1 jam dalam sepekan yang tidak dibayar.

“Waktu tersebut termasuk segala hal mulai dari bekerja lebih awal atau bekerja hingga larut di tempat bekerja, bekerja di waktu-waktu istirahat, bekerja pada saat makan siang, membawa pekerjaan ke rumah, menjawab email di tengah malam,” kata Direktur Institut Pusat Kerja Masa Depan Australia, Jim Stanford.

“Semua cara-cara berbeda dimana pekerjaan membaur ke dalam kehidupan kita sehari-hari yang menambah sedikit dari waktu bekerja.

Dr. Jim Stanford mengatakan bahwa temuan ini setengah jam lebih banyak dari temuan survey yang dilakukan lembaganya tahun lalu.

Dia percaya bahwa meningkatnya jumlah waktu bekerja yang tidak dibayar ini mencerminkan “ketidakamanan yang dirasakan sebagian besar orang Australia mengenai pekerjaan mereka.”

“Orang-orang bekerja hingga larut karena ingin menjaga agar majikan mereka tetap senang, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki etos kerja yang baik, mereka berharap mereka bisa mempertahankan pekerjaan mereka.

Dr Jim Stanford juga berpendapat bahwa ini adalah alasan utama mengapa pertumbuhan gaji sangat rendah, sebuah fenomena yang menimbulkan banyak perhatian dari bank sentral.

“Dan itu adalah tekanan yang sama persis yang menjelaskan mengapa para pekerja di Australia tidak mau pada saat ini menuntut gaji yang lebih tinggi dari atasan mereka,” tambahnya.

Ketakutan itu tidak terlihat pada tingkat pengangguran utama, yang cukup moderat berdasarkan pengalaman baru-baru ini yang hanya sebesar 5,4 persen.

Tingkat pengangguran ‘puncak gunung es’

Namun, Dr Jim Stanford mengatakan bahwa setengah pengangguran dan pekerjaan lepas maupun pekerjaan di bidang pertunjukan yang tidak memberikan jaminan kelangsungan pekerjaan menunjukan bahwa ada banyak persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang aman dan dibayar dengan baik yang memberi tekanan pada upah dan persyaratan-persyaratan.

pekerjaan paruh waktu
Bank sentral Australia mengatakan sebuah pekerjaan paruh waktu tidak sepenuhnya dapat disamakan dengan kondisi pelemahan di pasar tenaga kerja.

“Tingkat pengangguran itu sendiri hanyalah puncak gunung es dari ketidakamanan yang dirasakan oleh para pekerja Australia,” katanya.

“Ada lebih dari satu juta orang Australia yang melaporkan menjadi setengah pengangguran, itu berarti bekerja sedikit tapi menginginkan lebih banyak waktu, dan kemudian lebih banyak lagi yang berada dalam pengaturan kerja yang sangat tidak aman.”

Dr. Jim Stanford mengatakan bahwa tidak ada penyelesaian tunggal untuk masalah ini.

“Kami membutuhkan lebih banyak pekerjaan, pekerjaan bagus bukan pekerjaan sementara atau pekerjaan yang tidak aman,” katanya.

“Kita juga perlu membangun kembali institusi-institusi dan peraturan yang mendukung para pekerja dalam berusaha untuk mendapatkan kesepakatan yang adil dari atasan mereka.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.