ABC

Kerabat penjudi rentan jadi korban kekerasan dalam keluarga

Studi yang dilakukan oleh Universitas Melbourne menemukan hampir setengah dari anggota keluarga yang memiliki kebiasaan berjudi mengalami kekerasan dalam setahun terakhir. Sejumlah kerabat bahkan melaporkan mereka sangat frustasi dengan masalah judi  yang mereka hadapi dan kerap mengalihkannya menjadi penderitaan anak-anak.

Professor Alun Jackson mengatakan ini merupakan studi pertama  di dunia yang membahas masalah tersembunyi ini dan berhasil mengungkapkan kaitan kuat antara masalah judi dengan kekerasan didalam keluarga.

"Ini bukan Cuma soal pasangan, tapi ini melibatkan lingkaran keluarga yang lebih besar, masalah ini ikut melibatkan orang tua, mertua, dan juga saudara kandung," kata Professor Jackson.

Studi ini mewawancarai 120 orang yang mengeluhkan persoalan kebiasaan berjudi di keluarga mereka.

Dan hasilnya terungkap hampir setengah dari responden mengaku telah terjadi kekerasan di dalam keluarga mereka selama setahun terakhir.

Professor Jackson mengatakan frustasi yang dialami para kerabat penjudi meningkat. 1 diantara 5 dari mereka mengaku pernah mengalaminya, kadang karena melawan penjudi itu sendiri, diwaktu yang lain kekerasan dilakukan terhadap anak-anaknya.

"Kasus ini menggambarkan pengaruh buruk dari masalah judi yang problematic tidak hanya dialami pasangannya atau keluarga inti tapi juga dialami oleh lingkaran keluarga yang lebih luas.” ungkapnya.

"Dan banyak orang yang awalnya saya kira melakukan kekerasan hanya karena tindakan putus asa, belakangan malah melakukan kekerasan ditingkat yang lebih tinggi karena berusaha untuk mengubah situasi yang dialaminya.”

"Sering kali mereka menjadi korban kekerasan oleh anggota keluarga, terutama oleh orang tua, mertua, yang kadang ikut campur karena ingin melindungi anggota keluarganya.

"Misalnya  ibu yang memiliki masalah judi akan dianiaya oleh pasangannya yang pada akhirnya akan menggantikan kekerasan yang dialaminya dengan melakukan hal serupa kepada anaknya,”

"Sekarang kita tahu anak-anak dari keluarga yang memiliki kebiasaan berjudi ternyata lebih rentan menjadi objek kekerasan daripada kasus kekerasan terhadap anak pada umumnya di masyarakat.

Layanan sosial kurang berupaya mengenali kekerasan didalam keluarga

Professor Jackson mengatakan selama berlangsungnya studi ini peneliti melakukan wawancara kerap  dikejutkan dengan bahaya yang ditimbulkan.

"Bagi sebagian orang mungkin itu hanya kekerasan fisik, tapi yang memprihatikan bagi kami adalah membayangkan bagaimana rasanya hidup dibawah ancaman kekerasan setiap harinya," ungkapnya.

Professor Jackson mengatakan ketika keluarga memiliki masalah mengunjungi Pusat Layanan Bantuan Australia mereka tidak diberikan tpertanyaan yang tepat dan petugas layanan gagal mencegah anggota keluarga tersebut saling menyakiti satu sama lain.

"Tidak ada yang tahu sejauh mana kekerasan yang ditimbulkan dari kebiasaan berjudi ini didalam keluarga sampai kami menanyakannya dan biasanya itu tidak diuji," katanya.

"Kita menyarankan Layanan Masalah Perjudian harusnya meneliti kekerasan yang tengah berlangsung ini karena tidak ada gunanya hanya membantu secara pribadi orang-orang yang kecanduan berjudi tanpa merangkul keluarganya juga."

Hasil studi ini telah dipublikasikan di Jurnal Judi dan Kesehatan Publik Asia dan merupakan bagian dari proyek yang lebih luas di Australia, Selandia Baru dan Hong Kong.

Proyek ini direncanakan akan berlanjut hingga Juni tahun depan.