Kepolisian Queensland Minta Maaf Atas Insiden yang Melibatkan Pangeran Denmark
Komisaris Polisi Queensland menyampaikan permohonan maaf setelah petugas melanggar undang-undang minuman keras di negara bagian tersebut dengan mengizinkan Pangeran Frederik dari Denmark bertamu ke salah satu bar di Brisbane tanpa dipindai identitasnya.
Komisaris Polisi, Ian Stewart mengatakan walau secara teknis salah, tapi insiden yang terjadi adalah hal yang masuk akal untuk dilakukan.
“Atau jika cara-cara yang dilakukan oleh petugas kami telah menciptakan persepsi terjadinya intimidasi atau apapun yang mereka alami.
“Staf kami telah meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang melanggar undang-undang. Tidak ada keraguan tentang itu.”
Komisaris Stewart mengatakan tokoh-tokoh seperti menteri utama atau personil Beatles, Paul McCartney saja masih harus menunjukkan identitasnya, namun Pangeran Frederik mendapat perlakuan khusus karena dia adalah “orang yang dilindungi”.
Dia berharap logika selalu berlaku sehingga orang-orang dari status tersebut tidak berisiko.
“Ini bukan penerapan hukum yang berbeda untuk orang kaya dan orang miskin.”
‘Kami tidak berbohong’ atas penghinaan kerajaan
Pemilik bar, Phil Hogan pada rabu pagi (23/8/2017) telah menyampaikan permohonan maaf saat diwawancarai secara langsung di ABC, setelah Komisaris secara terbuka mengklaim bahwa penjelasan mengenai kejadian yang memicu perlakuan khusus terhadap Pangeran Denmark itu tidak benar.
Komisaris Stewart menyimpulkan pada hari Selasa (22/8/2017), versi yang disampaikan oleh Phil Hogan tidak tepat, mengingat tim keamanan yang ditolak masuk, bukan Pangeran Denmark.
Rilis rekaman CCTV menunjukkan rombongan Pangeran Frederik – yang termasuk di antaranya anggota kepolisian Queensland dan kepolisian federal Australia bersenjata dan tidak mengenakan seragam – awalnya ditolak masuk ke bar itu pada Jumat malam (18/8/2017) saat mencoba memberi tahu petugas penjaga keamanan di bar bahwa Pangeran Frederick ingin masuk ke bar mereka pada malam itu.
Mereka ditolak kembali dan pergi [meninggalkan bar] karena Pangeran tidak memiliki kartu identitas yang disyaratkan untuk diperlihatkan berdasarkan undang-undang perizinan minuman keras yang baru diberlakukan di negara bagian tersebut.
Phil Hogan, yang tidak bekerja pada malam itu, mengatakan bahwa seorang anggota staf telah memanggilnya untuk meminta izin untuk membolehkan melanggar undang-undang tersebut, dan sebelum Phil Hogan memberikan izinnya, petugas keamanan telah memutuskan untuk menyelesaikan sendiri urusan itu.
Mereka kembali sejam kemudian bersama Pangeran, menerobos staf keamanan di tempat itu yang tidak berdaya menghentikan mereka.
Seorang perwira kepolisian federal Australia (AFP) bahkan mengatakan kepada staf bar bahwa statusnya [sebagai polisi AFP] bisa “menolak” undang-undang perizinan minuman keras, petugas di bar tersebut kemudian menuliskan laporan mengenai insiden itu.
“Apa yang sebenarnya terjadi adalah pada saat saya memberikan persetujuan kepada Pangeran Frederik untuk masuk dan mengirim sms soal hal itu … [petugas keamanan di bar] telah mengirim sms kembali yang berbunyi mereka sudah berhasil masuk dan apa yang bisa dilakukan petugas keamanan jika mereka berhadapan dengan tujuh orang personil polisi,” kata Hogan.
Pada satu titik, Pangeran yang tertegun menghadapi kejadian ini diduga telah berseloroh kepada salah satu tim keamanannya dan mengatakan apakah staf di bar ‘Jade Buddha’ menganggap dirinya penjahat atau teroris.
“Kami tidak berusaha bersikap tidak adil atau tidak masuk akal terhadap siapapun,” kata Phil Hogan.
“Dia [Komisaris] mungkin berharap rekamannya tidak akan terungkap secara publik.”
“Kami menahan beberapa rekaman untuk melindungi polisi. Kami mencoba untuk tidak membesar-besarkan insiden tersebut.
Diterjemahkan pada 23/8/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.