ABC

Kepala Sekolah Yahudi Tersangka Pemerkosa Murid di Melbourne Bertahan di Israel

Malka Leifer, seorang kepala sekolah Yahudi di Melbourne, yang melarikan diri ke Israel setelah dituduh melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap muridnya, masih bertahan di Israel. Pekan ini ia kembali gagal diekstradisi ke Australia dengan dalih sedang menderita stress.

Pengadilan di Israel mengabulkan permintaan pengacara Malka Leifel untuk menunda sidang permohonan ekstrasi dengan dalih kliennya itu sedang stress tidak sehat secara psikis.

Perempuan yang menjabat kepala sekolah Adass Iasreal School di Melbourne ini berhasil lolos ke Israel hanya beberapa jam sebelum tuduhan resmi mengenai pelecehan seksual dan pemerkosaan dikeluarkan pihak berwajib di tahun 2008 lalu.

Jika berhasil diekstradisi kembali ke Melbourne, Leifer akan dituntut dengan puluhan dakwaan perbuatan tidak senonoh dan pemerkosaan terhadap murid-muridnya.

Sekolah yang dipimpin perempuan tersebut dikenal sebagai sekolah Yahudi Ortodoks.

Sejak ditetapkan sebagai tersangka di Melbourne tahun 2008, baru September tahun 2014 perempuan tersebut dikenakan tahanan rumah di Israel. Namun hampir setahun sejak itu, permohonan ekstradisinya belum juga disidangkan.

Hari Rabu (15/6/2015) pekan ini, Yehuda Fried yang menjadi pengacara Leifer, berhasil meyakinkan pengadilan di Jerussalam untuk menunda persidangan.

Fried membantah sengaja menunda-nunda persidangan. "Itu tidak benar. Kami mengikuti prosedur persidangan," katanya.

"Hukum di Israel menyatakan bahwa siapa pun dalam kondisi tidak sehat secara psikis maka dia tidak bisa diadili," kata Fried.

Ia mengatakan akan terus membela kliennya agar tidak diekstradisi ke Australia.

Sementara itu, korban yang menjadi whistleblower dalam kasus ini, Manny Waks, sengaja datang ke Israel untuk mengangkat kasus ini menjadi perhatian publik.

Dr Yitzhak Kadman, direktur perlindungan anak di Israel menyatakan tersangka Leifer memiliki "pengacara hebat".

Dr Kadman khawatir komunitas Yahudi Ortodoks yang sangat berpengaruh telah melindungi perempuan tersebut dan bahkan membayarkan pengacaranya.

"Kami tahu dia memiliki banyak koneksi. Jaksa penuntut sendiri mengakui bahwa mereka mendapat banyak tekanan, bahkan untuk menyebutkan nama Malka Leifer (sebagai pelaku)," katanya kepada ABC.

"Kami tidak mau Israel menjadi negara yang melindungi tersangka pelecehan seksual anak dan pedofil," tegas Dr Kadman.

Kementerian Kehakiman Israel dalam pernyataannya kepada ABC menyebutkan, "Kasus ini telah ditunda beberapa kali akibat tersangka. Kementerian Kehakiman terus mengupayakan supaya kasus ini berjalan".

Pengadilan Jerussalam menjadwalkan persidangan ekstradisi Malka Leifer berikutnya pada 26 Oktober.