ABC

Kepala SD Kalam Kudus Yogyakarta Berbagi Pengalaman Sekolah Menyenangkan

Kepala Sekolah Dasar Kalam Kudus Yogyakarta Lily Halim mewakili Gerakan Sekolah Menyenangkan membagi pengalamannya kepada sejumlah kepala sekolah di Jakarta, atas undangan Kedutaan Besar Australia.

“ Besok sekolah libur ya”.

“Hore” begitulah biasanya murid merespon pengumuman itu.

Harus diakui murid-murid di Indonesia datang ke sekolah dengan berat hati, lelah hati menanti jam pulang , dan senang hati bila bel pulang telah berbunyi.

Sekolah berikut ruang kelasnya ibarat “penjara”. Bukanlah sebuah taman yang menyenangkan seperti konsep awal Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara.

Apakah hal ini akan terus dipertahankan? Bagaimana “mutu  pendidikan kita jika para murid tidak suka belajar? Ujung-ujungnya bagaimana generasi penerus bangsa ini kelak?  

Berbeda hal yang dialami oleh anak-anak Pendiri dan Penggerak Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang kebetulan mereka menikmati pendidikan dasar di Australia (Clayton North Primary School di Melbourne).

Mereka datang dengan gembira, menikmati pembelajaran yang menyenangkan, “gelo” jika pembelajaran berakhir dan menyesal jika sekolah libur.

Lily Halim sedang memberikan presentasi mengenai GSM. (Foto: Istimewa)
Lily Halim sedang memberikan presentasi mengenai GSM. (Foto: Istimewa)

Cita-cita membangun iklim belajar yang menyenangkan dan membangun kreativitas siswa menjadi daya lahir Gerakan Sekolah Menyenangkan. 

GSM lahir dari mimpi mahasiswa Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Australia sekaligus anak-anak mereka juga menikmati pendidikan dasar di Australia. Kemudian mengajak kawan-kawan PhD dan master lainnya untuk terlibat membangun gerakan bersama agar memberikan dampak lebih luas.

GSM bergerak dengan niatan menolong guru untuk  mentransformasi kelas-kelas mereka. Kelas kaku menjadi kelas yang fleksibel dan antusias. Kursi-kursi “paten” menjadi kelas yang bisa disetting sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Dan perubahan lainnya, GSM mendampingi sekolah-sekolah yang ingin berubah, mendampingi guru-guru yang ingin mendidik lebih baik lagi.

GSM kurang lebih telah berjalan hampir 2 tahun dan masih fokus kurang lebih ke 10 – 15 sekolah TK dan SD di Yogyakarta. Praktek yang masih berjalan ini sudah dilirik oleh bagian kemitraan Pendidikan Indonesia Australia Kedubes Australia.

Sebagai komitmen pemerintah Australia pada peningkatan mutu pendidikan maka pihak kedutaan mengadakan upaya peningkatan kapasitas kepala sekolah melalui Program Lecture Series. Sekitar 50 kepala sekolah seputar Jakarta yang mendapat kesempatan.  

Hari Kamis, 26 November 2015 adalah sesi Principal Lecture Series ke-3. Sesi ini menghadirkan Dirjen Pendidikan Masyarakat, Direktur Indonesia Mengajar dan Gerakan Sekolah Menyenangkan. Topik sesi ini membahas partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah.

Ketika Penggagas GSM, sekaligus dosen UGM Muhammad N Rizal dihubungi via telepon oleh panitia, dia kemudian mengusulkan untuk diwakili oleh salah seorang kepala SD yang terlibat di jejaring GSM.

Lily Halim bersama murid-muridnya di SD Kalam Kudus Yogyakarta. (Foto: istimewa)
Lily Halim bersama murid-muridnya di SD Kalam Kudus Yogyakarta. (Foto: istimewa)

Alasannya agar tercipta budaya pertukaran praktek sekolah antar guru agar lebih tepat sasaran, bukan dari pakar kepada guru. Harapannya peserta pulang membawa harapan perubahan baru, dengan praktek yang praktis namun sudah teruji, hasil adopsi dari sistem pendidikan negara maju dengan seting Indonesia. 

Kepala sekolah itu adalah saya sendiri, Lily Halim, S.Pd , kepala SD Kalam Kudus Yogyakarta.

Saya berkesempatan memaparkan semangat dan tujuan kegiatan GSM. Semangat GSM adalah gotong royong dan partispatif. Mentransformasi iklim sekolah menjadi sekolah yang menyenangkan bukanlah kerja kepala sekolah semata. Transformasi menjadi sekolah yang menyenangkan membutuh kerja gotong royong semua stake holder. Semua warga sekolah.

Awalnya kesadaran transformasi harus dimiliki dulu oleh kepala Sekolah sebagai leader (pemimpin) di sekolah lalu dengan berbagai cara menularkan ide perubahan pada guru lain.

Perlu perjuangan dan seni tersendiri agar niatan baik bisa diterima dan dijalankan dengan  baik dan penuh kesadaran oleh semua warga sekolah , terutama guru. Transformasi butuh waktu, proses dan  “ nafas” panjang seorang kepala sekolah.

Tidak hanya  dari internal sekolah, upaya transformasi menjadi sekolah yang menyenangkan membutuhkan jejaring agar bisa berkolaborasi dengan sekolah lain yang memiliki niatan yang sama.

Dalam jejaring GSM, sekolah-sekolah bisa  bertukar pikiran, bertukar pengalaman baik, serta berbagi solusi. Tidak hanya itu, jejaring sekolah GSM membuat sekolah tidak merasa sendiri dalam berjuang menciptakan iklim menyenangkan.

Sayapun menyampaikan bahwa GSM bukan sekedar membuat anak bahagia di sekolah namun juga mengajarkan secara praktis bagaimana daya kritis anak ditumbuhkan. 

Dengan metode pembelajaran yang kontekstual dan merangsang imajinatif. Ada banyak praktis dan prinsip yang telah diajarkan GSM kepada kami yang justru membantu untuk menjawab kebingungan kami sebagai guru dan kepala sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013 (Kurtilas).   

Lily Halim (depan paling kiri) bersama dengan para kepala sekolah di Jakarta. (Foto: Istimewa)
Lily Halim (depan paling kiri) bersama dengan para kepala sekolah di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Dalam Principal Lecture Series salah seorang peserta Eddy, kepala sekolah sebuah Madrasah Ibti'daiyah Negeri (MIN) di Jakarta menanyakan dan mengutarakan niatnya ingin menjadi MIN yang menyenangkan.

Niatan itu disambut baik oleh GSM. Spirit  GSM adalah spirit kolaborasi dengan menggandeng  sekolah madrasah lain terdekat untuk berubah bersama.

Selain Eddy, pihak kedubes juga menjajaki kolaborasi pendampingan sekolah yang tergabung program BRIDGE (Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement, Membangun Hubungan Lewat Dialog Antar Budaya dan Hubungan Lebih Kuat)  dengan GSM. Donny P sebagai project manager Bridge mengutarakan niatan mengkolaborasi GSM dengan program Bridge.

GSM di Principal Lecture Series paling tidak membuka wawasan kepala sekolah lain untuk terus memperjuangan dan mengembalikan sekolah menjadi “taman” seperti yang dicita-cita Ki Hajar Dewantara.

*Lily Halim, S.Pd , Kepala Sekolah SD Kalam Kudus Yogyakarta (salah satu sekolah jejaring GSM). Tulisan ini adalah pendapat pribadi.