Kemoterapi Tingkatkan Harapan Hidup Penderita Kanker
Di depan Pengadilan Perth, pakar kanker usia dini menyebut bahwa seorang gadis kecil bisa punya kemampuan bertahan hidup 60 persen lebih lama, jika ia menjalani kemoterapi.
Pernyataan tersebut disampaikan Profesor Stewart Kellie dalam kesaksiannya pada investigasi kasus kematian Tamar Stitt, 10 tahun, yang meninggal di tahun 2009 setelah didiagnosa dengan kanker hati.
Tamar, kala itu, tengah diterbangkan keluar Australia pada hari dimana Mahkamah Agung Australia menerima permohonan investigasi yang diajukan para dokter, yang menganjurkan gadis kecil ini untuk menjalani perawatan medis.
Sayangnya, orang tua Tamar menolak saran dokter agar putri mereka dioperasi dan di-kemoterapi, dan sebaliknya, justru membawa Tamar ke El Salvador dimana ia menjalani terapi alternatif selama 2,5 bulan.
Tamar baru menjalani kemo dua minggu sebelum kepergiannya.
Investigasi ini menyelidiki penyebab kematian Tamar dan apakah sesungguhnya hal itu bisa dicegah atau tidak.
Dalam kesaksiannya, Professor Stewart menyebut bahwa perawatan yang direkomendasikan dokter Tamar di Perth memiliki reputasi terbaik dalam bidang penanganan kanker usia dini.
Ia melanjutkan, walau dirinya tak menentang terapi alternatif untuk pasien kanker, ia tetap tidak percaya metode alternatif itu memiliki efek samping, baik positif atau negatif, terhadap kondisi Tamar.
Ia menyampaikan, terapi alternatif seharusnya dibarengi dengan perawatan medis yang konvensional.
“Anda boleh punya keyakinan untuk sembuh, tapi anda juga butuh kemoterapi, anda bisa yoga atau meditasi atau diet ketat, tapi di saat yang bersamaan anda juga butuh perawatan medis yang efektif,” ujarnya.
Profesor Stewart memberi testimoni bahwa kesempatan Tamar untuk bertahan hidup sebenarnya bisa lebih baik jika ia menerima perawatan kemoterapi di Australia.
“Efek samping kemo sangat penting dan kecuali anda memiliki sistem kesehatan kelas dunia, pasien tak seharusnya menjalani kemoterapi dalam suatu kondisi dimana ia tak bisa dibantu,” tuturnya.
Tamar menjalani terapi alternatif di El Salvador
Seorang penasehat yang membantu penyidik Australia barat, Kate Ellson, mengatakan, ketika Tamar berada di El Salvador ia diberi terapi lumpur merah oleh ibunya. Terapi ini menggunakan campuran tanah liat merah yang ditemukan di areal perbukitan dengan air, lalu membalurkannya ke tubuh Tamar dengan kain.
“Ia juga tengah berdiet penuh sayur dan makanan segar, dan sempat diberi teh herbal yang mengandung akar tanaman herbal lainnya,” jelasnya.
Dokter Alastair Nuttal adalah dokter yang memberikan sertifikat medis, yang menyatakan bahwa Tamar sehat saat ia hendak diterbangkan ke salah satu negara Amerika tengah.
Ia bersaksi di depan pengadilan dan menuturkan, orang tua Tamar merasa bahwa keluarga mereka sedang ‘dianiaya’ oleh ahli medis yang menyarankannya menjalani kemoterapi.
Pada persidangan sebelumnya, ayah Tamar, Trevor Stitt, juga memberi kesaksian. Ia menyampaikan kepada polisi bahwa isterinya adalah seorang penyembuh (baca:semacam pakar obat alternatif) yang percaya pada obat alamiah.
Polisi senior, Sharon Powell, mengutarakan, ayah Tamar bercerita kepadanya bahwa ia dan istrinya sempat mengobati asma Tamar di usia kecil, dan bahwa mereka tidak mempercayai kemoterapi.
Namun di sisi lain, polisi Sharon juga sempat memberitahu bahwa ayah Tamar akhirnya berhasil membujuk istrinya agar Tamar bisa menjalani kemoterapi di El Salvador, namun itu semua terlambat.