ABC

Keluarga Pencari Suaka dari Myanmar Memohon Tidak Kirim ke Nauru

Keluarga pencari suaka dengan bayinya yang baru lahir dan sakit memenangkan penangguhan sementara pengiriman mereka ke Nauru, kasus ini dilihat sebagai batu ujian untuk pemerintah federal.

Keluarga yang berasal dari Myanmar itu sebelumnya ditransfer dari Nauru ke Brisbane bulan lalu, ketika sang ibu – wanita Rohingya bernama Latifa – kehamilannya mengalami komplikasi.

Bayi yang dilahirkan Latifa dengan operasi Caesar dua pekan lalu itu menderita masalah pernafasan dan kesulitan menyusu.

Penderitaan orang tua ini menuai sorotan media ketika mereka tidak diberi akses ke bayi mereka yang baru lahir ketika masih dirawat diruang perawatan bayi baru lahir (neonatal). Pasangan ini memiliki dua anak, berusia 4 dan 7 tahun.

Kuasa hukum Queensland, Murray Watt yang mewakili keluarga ini secara cuma-cuma di pengadilan Federal di Brisbane.

Dia mengatakan kasus yang dihadapi keluarga ini adalah batu ujian apakah pemerintah tega mengirim pencari suaka ke lepas pantai tanpa mempertimbangkan dampak terhadap kesehatan mereka.

"Kami melihat Nauru adalah tempat yang tidak layak untuk bayi yang baru lahir atau ibunya yang baru saja melahirkan,” katanya.

"Ketika pemerintah mengambil keputusan yang berdampak terhadap anda, maka anda punya hak untuk didengarkan.

"Bayi ini dan keluarganya diancam akan dibawa ke Nauru tanpa mendapatkan kesempatan dan menurut kami itu tidak adil.”

Sidang kasus ini akan kembali digelar Selasa mendatang (26/11/2013).

"[keluarga ini] sangat ketakutan bisa kapan saja mereka dikirim ke Nauru,”  kata Watt.

"Keluarga itu harus mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kalau ada dampak bagi kesehatan bayi dan isterinya jika dibawa ke Nauru.

“Kami akan berusaha mencari perintah yang lebih permanen dari pengadilan untuk mencegah pemerintah  mengusir keluarga ini. "

Kementerian Imigrasi sebelumnya mengindikasikan apapun keputusan yang akan mereka terbitkan akan didasarkan pada ijin medis.

“Jika kembali ke Nauru kami akan mati’

Sebelumnya, sang ibu Latifa mengataka dia datang ke Australia sendiri dan diminta dokter untuk merekomendasikan agar suami dan kedua anaknya juga dipindahkan bersamanya.

Latifa mengatakan 3 hari kemudian suami dan anak-anaknya yang berusia 7 dan 4 tahun mendarat di Australia.

Setelah melahirkan Latifa meminta Kementerian Imigrasi untuk tidak mengirim dirinya dan keluarganya kembali ke Nauru.

"Anak-anak kami tidak akan bertahan hidup jika dikembalikan ke Nauru,” katanya melalui penterjemah.

"Bahkan anak saya yang berusia 7 tahun, dia selalu menangis dan mereka tidak mau makan karena kondisinya sangat sulit.

"Sekarang dengan ada anak bayi yang baru lahir, kami  bisa mati jika kembali ke Nauru.”