Kelompok Perempuan Lansia di Sydney Nikmati Hidup Lewat Tarian
Hampir setiap minggu selama satu dekade terakhir, sekelompok perempuan lanjut usia yang berasal dari provinsi Fujian di China berkumpul di Sydney untuk menari.
Kelompok tari Hokien Huey Kuan ini tak menganggap diri mereka sebagai penari profesional tetapi berbagi cinta yang sama pada seni tari.
Bagi salah satu pendiri kelompok ini, yakni Lillian Zhang, menari sudah mendarah daging dalam dirinya.
Berusia 77 tahun, Zhang mulai menari saat SMP dan sejak saat itu tak pernah berhenti.
“Saya mungkin terlahir seperti itu. Teman-teman dan keluarga di sekeliling saya semuanya menikmati tarian juga,” tuturnya.
Terlahir dalam sebuah keluarga artis dan penyanyi opera Peking, tak heran jika Zhang tak bisa berjauhan dari musik.
Sepuluh tahun lalu ketika ia memulai kelompok tari di Sydney, hanya ada enam anggota.
Kini, ada lebih dari 20 perempuan dalam kelompok ini; anggota termudanya berusia 50 tahun, dan Zhang dengan usia 77 tahun adalah anggota tertua.
"Kami saling menjaga satu sama lain sepanjang waktu. Bagi anggota yang lebih tua, untuk menari itu agak sulit, tapi kami masih ingin terlibat, jadi kami membawa barang siapa saja ketika mereka sedang tampil, atau jika mereka membutuhkan pulasan pada hidung, kami akan melakukannya segera. Jadi ini apa yang kami lakukan sebagai anggota yang lebih tua."
– Lillian Zhang
Baik muda atau tua, para perempuan ini telah membentuk sebuah ikatan yang kuat.
“Saya punya teman-teman perempuan yang baik dalam kelompok ini, dan ketika kami sedang bersama kami selalu bahagia. Tak pernah ada konflik. Bagi kelompok kami, cukup beruntung semua anggota bisa berteman,” kata Zhang.
“Semua orang cukup kompak sebagai sebuah kelompok karena kami menginginkan hal yang sama, kami tertarik pada hal yang sama, kami bergairah akan hal yang sama,” sambungnya.
Salah satu anggota kelompok, Tian Chen, tak cukup berpengalaman seperti Zhang, karena ia hanya menari selama sekitar lima tahun, tapi itu tak menghentikannya untuk bergabung dengan kelompok ini.
“Tarian benar-benar sebuah simbol untuk menjadi tua,” ujar Chen tertawa.
"Saya rasa ketika kebanyakan dari kita masih muda, kita terlalu sibuk, dengan karir dan keluarga, tapi sekarang ketika anak-anak sudah dewasa, kita punya waktu."
– Tian Chen
Chen telah tinggal di Australia selama 30 tahun dan bersyukur ia mampu berpartisipasi dalam kelompok tari ini, setelah sebelumnya tak memiliki kesempatan yang sama ketika tinggal di China.
“Ketika kami masih muda di China, ada sebuah revolusi kebudayaan. Saya tak punya banyak pilihan. Tak seperti di sini di Australia. Bila Anda punya uang, Anda mengirim anak-anak Anda ke sekolah menari terlepas dari apakah mereka memiliki bakat atau cukup gemulai,” jelas Chen.
Untuk perayaan Tahun Baru Imlek di Customs House, Sydney, kelompok tari Hokien Huey Kuan menampilkan sebuah tarian berjudul ‘Cutting Flower Dance’, yang telah mereka dalami selama lebih dari satu tahun.
Sebagai koreografer utama, Zhang melihat-lihat pertunjukan tari lain yang dilakukan oleh kelompok-kelompok profesional untuk mencari inspirasi.
Kisah tarian ini didasarkan pada tradisi etnis Hui, minoritas Muslim di China.
“Tradisinya adalah bahwa sebelum seorang gadis menikah, semua pengiring pengantin dan teman-temannya berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal pada masal lajang, dan menciptakan dekorasi yang menempel di jendela sebagai berkah untuk menarik roh baik atas perayaan ini,” kata Zhang.
Berlatih tarian bersama-sama bagi Zhang dan kelompok tarinya begitu sulit “karena karya ini pada khususnya adalah kombinasi dari gerakan dan ekspresi wajah”.
“Ini cara bagi kami untuk menyampaikan apa yang ingin kami sampaikan kepada penonton,” kata Zhang.
“Ketika Anda menampilkan tarian yang baik bersama-sama, itu membuat kami semua senang.”