ABC

‘Kelompok Jihad’ Diperkirakan Kembali ke Australia

Badan-badan keamanan sedang mempersiapkan serangan-serangan dari kelompok ‘jihad’ asal Australia yang akan kembali dari pertempuran dengan kelompok-kelompok, seperti kelompok Islamic State (IS) di Irak dan Suriah.

Laporan terbaru Lowy Institute menunjukan kelompok jihadis yang berusaha kembali ke Australia akan meningkat setelah kelompok Negara Islam, atau IS, mengalami kekalahan militer dan kehilangan wilayah yang mereka nyatakan sebagai kekuasaan kekhalifahannya.

Diperkirakan sebanyak 100 warga Australia terlibat dalam pertempuran di Irak dan Suriah dan para pengamat khawatir mereka dapat menggunakan keterampilan, yang diperoleh saat di medan tempur, digunakan dalam serangan teroris saat kembali ke Australia.

Serangan udara yang dipimpin oleh AS dan Rusia telah memukul kekhalifahan yang diklaim kelompok tersebut, yakni kota Raqqa di Suriah dan Mosul di Irak, yang kini berada di bawah ancaman.

Semakin wilayah kekuasaannya hilang, semakin banyak pejuang asing yang meninggalkannya.

“Beberapa dari mereka akan berusaha untuk kembali ke Australia,” kata Rodger Shanahan dari Lowy Institute.

"Apa niat mereka saat kembali ke Australia, itu akan menjadi hal lain yang akan membuat badan keamanan untuk memikirikannya."

Dr Shanahan juga ikut menulis studi soal kelomopokk ‘jihadis’ asal Australia di Suriah dan Irak, dan ia mengatakan keterampilan perang yang berbahaya dari para pejuang telah menjadi perhatian besar bagi badan-badan keamanan.

“[Mereka telah memperoleh] kemampuan untuk merencanakan, pemahaman soal oeprasional keamanan operasional, sehingga sulit melacak mereka, dan isu-isu yang lebih praktis lainnya, seperti keterampilan pembuatan bom, pemahaman melakukan perencanaan dan pelaksanaan serangan,” katanya.

Peran Turki dalam Konflik Suriah

Kelompok yang menganggap dirinya telah melakukan jihad dan memiliki keterampilan ini telah membawa bencana di Eropa dan negara-negara lainnya.

Serangan mematikan di Paris dan Belgia dilakukan baik terencana ataupun oleh para kelompok radikal yang telah menerima pelatihan di Irak dan Suriah.

Laporan Lowy Institute meminta pemerintah Australia untuk bekerja sama dengan negara-negara seperti Turki untuk mengawasi anggota kelompok yang kembali ke Australia.

Beberapa dari mereka mungkin akan menghadapi tuduhan jika berhasil kembali ke Australia, tapi Dr Shanahan mengatakan hal ini sulit dilakukan jika tidak ada cukup bukti yang meyakinkan.

“Apa yang benar-benar kita tidak tahu saat ini adalah dasar pembuktian apa yang yang dimiliki lembaga penegak hukum bagi warga Australia yang berjuang di wilayah tersebut,” katanya.

“Ini akan menjadi masalah yang sulit untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut di pengadilan, dan digunakan untuk menuntut jika mereka kembali ke Australia.

“Kami punya kasus pertama pejuang asing yang akan diproses di pengadilan Victoria di masa depan, dan akan menarik melihat bagaimana pengadilan melihat jenis bukti yang dibawa oleh lembaga penegak hukum.

“Jadi ini akan menjadi isu utama dalam bulan dan tahun-tahun mendatang.”

Diperkirakan 60 warga Australia telah mati terbunuh dengan kelompok ‘jihad’ di Irak dan Suriah.

Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 14/09/2016 pukul 10:30 AEST dari berita dalam bahasa Inggris, yang bisa Anda baca di sini.