ABC

Kekeringan Parah di Australia Menyebar ke Indonesia

Kekeringan di Australia berdampak pada tetangganya, dengan lima juta orang di Indonesia menderita akibat musim kemarau panjang.

Udara panas dan kering yang diperparah oleh kondisi kekeringan di Australia telah menyebar ke utara, berkontribusi pada masalah kekurangan air di 4.000 desa di Indonesia.

Siswanto, direktur klimatologi di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, mengatakan kondisi cuaca di Indonesia mengikuti apa yang terjadi di tetangganya yang lebih besar di selatan, Australia.

“Musim kemarau di Indonesia sebenarnya dipaksakan oleh sirkulasi angin yang datang dari benua Australia,” katanya.

“Ketika udara kering dan lebih sedikit uap air yang disirkulasikan dari Australia ke arah Indonesia, itu memodulasi musim kemarau di Indonesia.”

Petani padi berjuang untuk memenuhi kebutuhan

Nurdin, seorang petani, di sawah.
Petani beras Nurdin dari Kabupaten Tangerang, terpengaruh kekeringan di Indonesia.

ABC News: Phil Hemingway

Pulau Jawa, pulau terpadat di Indonesia, terpukul paling parah oleh musim kemarau panjang, beberapa petani mengatakan mereka tidak melihat hujan dalam empat bulan.

Di Kabupaten Tangerang, sebelah barat Jakarta, petani beras Nurdin mengatakan panennya menurun pada musim sebelumnya.

“Padi berhenti tumbuh, akarnya mati, jadi panen gagal di musim ini,” kata Nurdin.

“Untuk satu hektar sawah, kami biasanya dapat paling tidak lima ton beras.

“Musim ini kami hanya dapat lima karung beras. Cuma 250 kilogram. Parah!”

Ampir telah bertani di sawah selama 20 tahun dan mengatakan musim kemarau ini sudah berlangsung dua kali lebih lama dari biasanya.

“Ini susah untuk pemasukan keluarga, waktunya betul-betul jelek untuk kami,” katanya kepada ABC.

“Karena tanaman gagal, kami akan kerja buruh untuk bisa makan.

“Apa saja dari menggali pasir untuk bangunan atau potong rumput di kebun. Apa pun yang datangkan uang untuk keluarga akan dikerjakan.”

Pemerintah mengirimkan air

Anak duduk di sepeda motor.
Seorang anak duduk di sepeda motor saat warga mengantri untuk mendapatkan air dari truk di desa Pamoyanan, Jawa Barat.

ABC News: David Lipson

Di desa Pamoyanan, Jawa Barat, penduduk mengantri di jalan utama, memegang ember, botol dan bak plastik.

Sumur mereka kering sejak beberapa minggu yang lalu dan sekarang mereka sepenuhnya bergantung pada pemerintah, yang mengirimkan truk bermuatan air dua kali seminggu.

Samah, seorang ibu di desa, mengatakan sumber air terdekat, sebuah sungai yang hampir kering, tidak cukup baik untuk diminum.

“Sedih saya, kemarau ini menyusahkan pekerjaan suami saya,” katanya.

“Sebagai pencari nafkah, ia harus cari dan ambil air bersih untuk kami … tetapi airnya tidak bagus. Tidak bisa diminum.

“Kami harus beli air botol untuk anak-anak minum.”

Sejauh ini, pemerintah telah mengirimkan 30 juta liter air ke desa-desa di seluruh Jawa.

Ada juga banyak kebakaran semak dan hutan di beberapa tempat di Indonesia, meskipun tidak sebanyak yang terbakar selama musim kemarau yang parah tahun 2015.

Musim hujan akan tiba antara Oktober dan November, tetapi para peramal memprediksi hujan akan datang terlambat di beberapa daerah.

“Ini kehendak Tuhan,” kata Nurdin sambil tersenyum.

“Apakah Tuhan akan kasih saya panen atau gagal panen. Saya harus terima. Saya akan tanam lagi. Begitulah hidup.”

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini