ABC

Kekeringan di Queensland bisa picu petani bunuh diri

Muncul kekhawatiran kondisi kekeringan yang parah di Negara Bagian Queensland, Australia dapat memicu banyak kasus bunuh diri para petani.

Sebuah penelitian terbaru menunjukan 147 petani bunuh diri di Negara Bagian Queensland pada dekade setelah tahun 2000, sementara di Negara Bagian New South Wales (NSW) sebanyak 92 kasus.

Para peneliti mengungkapkan kasus bunuh diri di NSW bahkan bisa lebih tinggi, tapi sulit untuk mendefinisikannya karena cara pengumpulan angka statistiknya.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencari tahu jumlah kasus bunuh di Queensland lebih tinggi.

Penelitian itu dilakukan oleh Institut Australia untuk Penelitian dan Pencegahan Bunuh Diri dan berkolaborasi dengan Universitas Newscastle.

Salah serang dari institut, Urska Arnautovska mengatakan tingkat bunuh diri petani kira-kira dua kali lipat dari populasi umum.

“Tidak menikah mungkin menjadi faktor beresiko dan berpotensi jika hubungan berkahir atau berpisah mungkin sebagai faktor stress siginfikan yang secara umum ditemukan pada kasus bunuh diri pria,” ungkap Arnautovska.

“Jika kita tidak mengetahui apa sebetulnya yang memicu angka bunuh diri pada komunitas tertentu, maka sangat sulit untuk memberikan inisiatif pencegahan bunuh diri yang bisa disesuaikan mengatasi masalah yang dihadapi setiap komunitas,” jelasnya lagi.

Kesehatan mental petani di Queensland dikhawatirkan seiring dengan angka kekeringan di wilayah Queensland yang mencapai 60 persen.

Charles Burke dari wilayah pedesaan kelompok Agforce bercerita kalau para petani kini menghadapi tekanan keuangan, fisik dan emosional.

Dia juga mengungkapkan sudah melobi Pemerintah Queensland dan federal untuk meminta bantuan kesehatan mental.

“Pemerintah Negara Baggian menunjukkan bahwa mereka menggelar lokakarya ekstra untuk melihat dampak aspek emosi dari kekeringan,” tutur Burke.

Burke berharap hal tersebut segera dilakukan.

Sementara itu seorang dokter di Goondiwindi di sebelah selatan Queensland, Sue Masel, menilai pilihan untuk memberikan pertolongan tidak maksimal meski sudah muncul kewaspadaan terkait kesehatan mental.

“Saya tahu jika saya mendapatkan seseorang duduk di bangku saya dan saya ingin mereka menemui psikiater segera, kecuali jika mengambil resiko kehidupan mereka untuk merasakan krisis, itu membutuhkan beberapa pekan bagi mereka mengakses layanan psikiatri," katanya.

Masel mengungkapkan sering kali mereka enggan meminta bantuan.