ABC

Kehidupan Matthew Norman Bali Nine di Dalam Penjara

Matthew Norman telah mendekam di balik jeruji Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan di Bali, dipenjarakan sebagai bagian dari komplotan pengedar narkoba Bali Nine, sejak berusia 18 tahun.

Wartawan ABC Samantha Hawley baru-baru ini mengunjungi Lapas Kerobokan untuk salah satu episode di Program Foreign Correspondent ABC. Dia berkesempatan menemui Matthew Norman, yang sekarang berusia 30 tahun, untuk menceritakan kehidupannya sejak terjerat kasus Bali Nine sampai sekarang.

“Saya sudah berada di sini sejak tahun 2005 dan menjalani hukuman seumur hidup,” katanya.

Ketika Matthew berusia 18 tahun, dia setuju menjadi penyelundup obat terlarang. Ia melihat tawaran itu sebagai kesempatan mendapatkan “uang tunai secara mudah”.

Dia menggambarkan dirinya saat itu sebagai, “sembrono, ceroboh, ingin mengambil jalan pintas dalam hidup – itulah sebabnya saya berada dalam posisi seperti sekarang ini”.

“Saya dibesarkan secara baik, memiliki keluarga yang baik, ayah saya selalu baik kepada kami dan ya, keluarga yang sangat baik dan semuanya,” katanya.

Matthew Norman
Matthew Norman digiring ke pengadilan

Murdani Usman: Reuters

‘Jalan pintas’

Mengenang kembali saat dirinya memulai perjalanan yang membawanya ke Kerobokan, Matthew mengaku semuanya dimulai saat dia berusia 16 tahun dan memutuskan untuk meninggalkan sekolah.

“Saya tidak ingin melanjutkan dan mendapatkan ijasah. Saya ingin bekerja dan tidak selalu mudah untuk mendapatkannya. Ya, bergabung dengan kelompok yang salah dan segala sesuatunya bermula dari sana,” katanya.

Suatu hari Matthew didatangi seorang teman menanyakan apakah dia tertarik untuk ikut dalam perdagangan narkoba, dan “tanpa memikirkan konsekuensinya” Matthew menjawab ya.

“Saya lebih memikirkan uang yang ada di sana – yang setelah saya pikirkan kembali sebenarnya jumlahnya tidak seberapa,” katanya.

Persidangan anggota Bali Nine di Pengadilan Denpasar
Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman di Pengadilan Negeri Denpasar Bali.

Murdani Usman: Reuters

Matthew dan sesama anggota komplotan Bali Nine, Si Yi Chen dan Tan Duc Thanh Nguyen, semuanya setuju menjadi penyelundup narkoba.

Bersama-sama mereka ditangkap di sebuah kamar hotel murah di Bali dengan kepemilikan sekitar 300 gram heroin.

Matthew mengatakan ditawari bayaran $ 15.000 (sekitar Rp 150 juta) untuk pekerjaan tersebut, “Yang bagi anak 18 tahun memang jumlahnya besar, tapi saat melihatnya kembali sekarang… itu uang yang sangat sedikit, tidak seberapa.”

Berharap kesempatan kedua

Di atas segalanya, Matthew mengaku menyesal telah menyeret keluarganya pada masalah seperti ini dan dampak dari tindakannya terhadap kehidupan mereka.

“Adik perempuanku benar-benar tertekan saat saya ditangkap. Dia menjadi anoreksia, benar-benar kurus, ini sesuatu yang sangat sulit dia terima,” katanya.

“Kakak perempuanku juga mengalami masalah. Orang melecehkan keluargaku – bukan hanya media tapi orang lain juga, ada beberapa surat berisi kebencian, hal-hal seperti itu,” papar Matthew.

“Saya sama sekali tidak pernah punya sejarah kriminal yang panjang di Australia. Jadi saya pikir mereka tidak pernah menyangka sama sekali saya akan terlibat dalam kejahatan ini. Sangat sulit bagi keluargaku untuk menerima kenyataan ini,” tambahnya.

Dia mengatakan sekarang hanya masalah, “mencoba melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan di sini dengan apa yang saya miliki”.

“Keluarga akan selalu mencintaiku karena saya adalah keluarga mereka, anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka. Tapi saya merasa berutang untuk menunjukkan kepada mereka bahwa saya bisa menjadi sebaik mungkin di sini,” ujar Matthew.

narapidana di Penjara Kerobokan Bali
Kondisi narapidana didalam penjara Kerobokan Bali

ABC News

Coklat penghilang stres

Ketika pertama kali masuk ke penjara, dia kurang lebih masih remaja, dan teringat bagaimana teman dan keluarga membawakannya makanan camilan enak kesukaannya –camilan seperti red skins, milkos dan favoritnya saat itu, Curly Wurlies.

“Banyak orang mengatakan coklat dan yang seperti itu bisa menjadi pelepas stres yang bagus, jadi saya memakan banyak coklat,” katanya.

Pada satu kunjungan, seorang temannya bahkan membawa sekotak penuh ‘Curly Wurlies’ (camilan berbentuk coklat batangan), yang dia habiskan “sekitar seminggu”.

“Saya makan rakus sekali hingga pada titik dimana jadi sakit dan dibilangin, ‘pelan-pelan makannya, tidak perlu makan semuanya sekaligus satu kali’,” kata Matthew.

“Jadi saya mengambil coklat itu, mengunyahnya, semuanya. Kemudian coklat itu serasa meneriaki saya, ayo habiskan semua, nanti ada semut, toh kamu sudah hampir memakan semuanya,” paparnya.

Kemungkinan tidak akan bebas

Meskipun kesadaran bahwa dirinya mungkin tak akan pernah meninggalkan Lapas Kerobokan secara mental sulit diatasi, Matthew berusaha tetap bersikap positif dan fokus pada kemungkinan pengurangan hukuman karena berkelakuan baik.

“Setiap hari sangat sulit untuk terus melakukan hal-hal yang baik, meski di sekitar anda terkadang bisa kacau,” katanya.

“Narapidana lain ada yang tertekan mentalnya, jadi gila karena keadaan mereka sendiri, tapi saya tidak seperti itu,” ujarnya.

Duo anggota sindikan Bali Nine, Si Yi Chen dan Matthew Norman
Duo anggota sindikan Bali Nine, Si Yi Chen dan Matthew Norman keduanya ditangkap di sebuah hotel murah di Bali karena kepemilikan heroin.

ABC News: Phil Hemingway

“Jadi saya harus memastikan bahwa setiap hari saya melakukan yang terbaik, dan saya memiliki kesempatan terbaik untuk mendapatkan pengurangan,” katanya.

Hal terburuk yang pernah dilihatnya di Lapas Kerobokan adalah kematian seorang tahanan Jepang yang dia kenal.

“Dia depresi tapi tidak memberitahu siapa pun tentang hal itu. Tentang depresi yang dideritanya. Dia bersembunyi di balik klinik dan menggantung dirinya sendiri,” kata Matthew.

“Jadi agak sulit, dia sudah di sini selama lima tahun. Dia memiliki hukuman yang cukup lama – saya pikir dia harus menjalani hukumannya selama 10 tahun lagi,” ujarnya.

Bagian luar Penjara Kerobokan Bali
Matthew Norman mengatakan dia selalu berusaha untuk tetap positif dan fokus pada kemungkinan mendapat pengurangan hukuman berdasarkan kelakuan baik.

Reuters via Antara Foto/Nyoman Budhiana

Matthew Norman mengatakan sekiranya bisa menyampaikan pesan kepada Presiden Joko Widodo – yang memiliki kewenangan memberinya pengurangan hukuman dan pengampunan – hal itu adalah pengertian.

“Saya mengerti sikapnya yang keras terhadap narkoba, dan masyarakat telah hancur karena narkoba, memang benar adanya,” katanya.