ABC

Kasus Pelecehan Seksual oleh Pelanggan di Australia Kian Mengkhawatirkan

Budaya ‘pelanggan selalu benar’ dan "digoda adalah bagian dari pekerjaan’ telah mendorong tingginya kasus pelecehan seksual oleh pelanggan terhadap perempuan muda yang bekerja di industri pelayanan.

Kesimpulan tersebut terungkap dalam riset terbaru yang dilakukan oleh satu tim peneliti dari Universitas Sydney.
 
Riset ini juga menemukan tidak hanya kasus pelecehan seksual yang dilakukan pelanggan semakin sering terjadi di industri seperti toko retail dan hiburan,
 
Selain itu kasus pelecehan seksual semacam ini juga tidak dilaporkan karena manajemen tidak menanggapi serius keluhan pekerja perempuan.
 
Riset ini dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap responden berusia 18-25 tahun yang bekerja sebagai pelayan, pembantu toko, bartender dan kasir.
 
Peneliti utama dalam riset ini, Professor Rae Cooper mengatakan norma sosial seperti keyakinan kalau sudah menjadi bagian dari pekerjaan karyawan untuk bersikap ramah yang menyebabkan rendahnya tingkat pelaporan resmi kasus pelecehan seksual.
 
"Kami mendapati prevalensi kasus pelecehan seksual di kalangan pekerja pelayan sangat tinggi bahkan tingkatnya sangat mengkhawatirkan,” katanya.
 
"Sifat alami dari pekerjaan mereka berkaitan dengan terbatasnya kemampuan mereka untuk berbicara mengenai pelecehan seksual. Dalam beberapa kasus mereka merasa tidak akan ditangani serius sehingga tidak ada gunanya untuk sakit hati.”
 
Associate Professor Cooper mengatakan ada kepercayaan umum bahwa menjadi genit atau menggoda adalah "bagian dari pekerjaan".
 
Temuan itu tidak hanya dialami pelayan wanita, tapi sejumlah kecil pria yang berprofesi pelayan juga mengaku mendapat perlakuan yang tidak diinginkan dari pelanggan. 
 
Kondisi ini diamini seorang karyawati di Brisbane, Juliet Lang, 22, yang telah bekerja selama 6 tahun terakhir di industri hiburan. Menurutnya pelecehan seksual yang dialaminya mulai dari diajak kencan hingga disuruh menggoda pelanggan di luar jam kerja.
 
"Ajakan kencan oleh pelanggan itu sangat sulit menghadapinya ketika kita bekerja karena manager Anda ada di sekitar dan mengawasi kerja kita,” katanya.
 
Lang mengaku ditempatnya kerja sebelumnya dia sangat sulit meminta manajemen membela mereka ketika berusaha menghindari perilaku melecehkan tertentu dari pelanggan.
 
"Salah satu pelanggan ada yang sangat menakutkan, dia mengomentari pakaian yang saya kenakan dan ketika saya menunduk dan bagian dari pakaian dalam saya terlihat dia akan mengomentarinya dengan kencang," kenangnya.
 
"Saya menjadi sangat risih ketika itu sampai saya melapor kepada manajemen jika saya tidak harus melayani pelanggan itu, tapi manajer saya menolak dengan alasan pelanggan itu memberi keuntungan bagi bisnisnya,’
 
Lang meyakini kurangnya dukungan manajemen seperti ini didorong oleh kepentingan bisnis.
 
"Mereka tidak mau melakukan hal-hal yang akan membuat pelanggan menjauh sehingga mereka mendorong karyawannya untuk menyikapi segala sesuatunya secara positif," katanya.
 
Misalnya saja staf didorong untuk bergaul dengan pelanggan setelah jam kerja dan menggodanya.
 
Lang mengatakan manager perempuan cenderung lebih memahami kondisi seperti ini.
 
Pengalaman pelecehan seksual juga banyak diungkapkan karyawati muda kepada ABC. Laporan mereka sangat beragam mulai dari diajak melakukann hubungan seksual, dilecehkan secara fisik dan foto mereka diunggah ke media sosial.
 
Banyak yang mengaku dinasehati managemen untuk menyikapi perlakuan tidak menyenangkan seperti itu dengan senyum atau dipulangkan karena bersikap emosional mengenai insiden yang dialaminya.
 
"Kita harus berhenti menaruh semua tanggung jawab pada individu karyawan dalam menghadapi pelecehan seksual oleh pelanggan,” kata Associate Professor Cooper.
 
"Dan kondisi semacam ini memerlukan tindakan bersama dari pembuat kebijakan, perusahaan dan serikat pekerja untuk menghentikan tren yang mengkhawatirkan ini terus berkembang.”