ABC

Kapan Sebaiknya Mulai Menyekolahkan Anak?

Saat ini di Australia semakin banyak orangtua menunda kapan anak mereka mulai bersekolah. Namun menurut sebuah penelitian utama di Queensland, keputusan tersebut juga menyebabkan para orangtua stres dan cemas.

Psikolog Dr Amanda Mergler dari Jurusan Pendidikan Usia Dini di Queensland University of Technology (QUT) meneliti sekitar 224 ribu murid sekolah negeri selama empat tahun di negara bagian tersebut.

Dia menemukan proporsi orangtua yang menunda sekolah anak sampai mereka berusia enam tahun meningkat hampir dua kali antara tahun 2010 dan 2014, dari 1,5 persen menjadi 2,9 persen orangtua.

"Kami juga menemukan sebagian besar mereka adalah anak laki-laki," kata Dr Mergler kepada ABC News.

“Kami tahu bahwa anak laki-laki… mereka sering lebih aktif, cenderung tidak mau duduk dengan baik,” tambahnya.

Sebagai bagian dari penelitiannya, Dr Mergler mereview sebuah forum online dan menemukan orangtua di seluruh Australia menghadapi kesulitan dengan keputusan tersebut.

“Forum diskusi itu penuh dengan komentar orangtua bahwa mereka merasa terbebani, cemas dan stres,” katanya.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Australasian Journal of Early Childhood.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan orangtua termasuk seberapa dekat usia seorang anak dengan usia sekolah, kematangan anak, dampaknya pada tahun-tahun berikutnya, serta pengalaman sekolah orangtua sendiri.

“Orangtua, yang memiliki pengalaman negatif sebagai yang termuda di kelas mereka misalnya, atau pengalaman positif menjadi sebagai yang tertua, merasa mendapat pembenaran dalam menunda anaknya masuk TK,” kata Dr Mergler.

“Mereka ingin anaknya memiliki kedewasaan lebih dan menjadi salah satu yang tertua di kelas, menunjukkan ini akan membantu mereka mengatasi masalah tekanan teman sebaya, minum dan tetap fokus belajar,” jelasnya.

Layanan untuk orangtua

Penelitian tersebut menyarankan agar orangtua diberikan akses terhadap layanan pendukung saat membuat keputusan tentang usia sekolah anak mereka.

Amanda Mergler with her family: partner Stephen, and kids Ben and Sophie.
(Dari kiri) Ben Monteith, Sophie Mergler, Amanda Mergler dan Stephen Monteith.

Supplied

Dr Mergler menyarankan agar pusat penitipan anak dapat memberikan sesi informasi. Departemen Pendidikan juga dapat memanfaatkan forum orangtua murid untuk memberikan nasehat.

“Pendidikan anak usia kritis yang terampil, psikolog keluarga yang terampil dapat dilibatkan dalam forum online ini,” katanya.

Studi ini berbasis di Queensland namun di New South Wales (NSW) proporsi orangtua yang menunda usia sekolah anak juga mencapai 22 persen.

Dr Mergler mengatakan hal itu karena usia sekolah di NSW – yang dimulai 31 Juli – adalah yang terbaru di negara ini.

Penelitian ini didorong oleh pengalaman Dr Mergler sendiri sebagai seorang ibu.

“Anak saya adalah bayi bulan April. Dia juga lahir prematur sehingga tanggal lahir sebenarnya adalah akhir bulan Mei,” katanya.

“Tidak ada data tentang siapa yang memulai [TK] tepat waktu, siapa yang menunda dan mengapa seperti itu,” tambahnya.

Usia sekolah secara nasional

Penelitian ini memicu seruan bagi pendekatan seragam terhadap usia sekolah di seluruh Australia.

Saat ini usia sekolah bervariasi antara negara bagian dan teritori, ada yang mulai 4,5 tahun saat mereka mulai sekolah, ada pula yang enam tahun.

Asosiasi Kepala Sekolah Dasar Australia menyatakan bahwa usia sekolah anak harus mencapai lima tahun pada akhir cawu pertama.

Ketua asosiasi Dennis Yarrington mengatakan pengenalan kurikulum nasional menjadikannya ideal untuk sekaligus menyamakan usia sekolah.

Dia mengatakan para kepala sekolah mengamati lebih banyak orangtua yang memilih mengirim anak-anak mereka ke penitipan anak atau anak prasekolah untuk belajar bermain lebih banyak.

“Kami mendorong orangtua bertemu dengan kepala sekolah dasar dan mendiskusikan pilihan yang ada,” katanya kepada ABC News.

Yarrington mengatakan tidak ada aturan ketat bahwa hanya anak laki-laki yang harus ditunda usia sekolahnya.

“Saya melihat beberapa anak perempuan juga membutuhkan atau mendapat manfaat dari perpanjangan waktu di program TK,” jelasnya.

Pembelajaran berbasis permainan

Dennis Yarrington reads to a classroom.
Ketua Asosiasi Kepala Sekolah Dasar Australia Dennis Yarrington di antara murid-murid.

Supplied

Penelitian ini juga membuka kekhawatiran meningkatnya tekanan pada siswa di tahun pertama sekolah mereka.

Dahulu TK dianggap lingkungan belajar berbasis permainan, Dr Mergler mengatakan bahwa kini hal itu menjadi semakin akademis.

“Itu sebenarnya masalah nyata. Anak belajar lebih baik melalui bermain. Sementara orangtua mungkin ingin menunda, kita perlu melihat bagaimana sistem sekolah yang ada,” jelasnya.

Dr Mergler merasa bahwa memasukkan anak-anak bersekolah secara prematur dapat mengantar mereka menuju kegagalan.

“Jika kita memasukkan mereka ke sekolah dalam usia sangat muda kemudian menuntut mereka berperilaku dengan cara yang tidak mereka lakukan, apakah kita menjadikan mereka anak nakal dan anak bermasalah?” tanyanya.

"Jika Anda adalah anak yang mendapat masalah di TK karena perilaku Anda yang tidak tepat, hal itu mungkin akan mengikuti Anda seterusnya," tambah Dr Mergler.

Secara terpisah Yarrington menambahkan para kepala sekolah khawatir kurikulum nasional untuk TK yang baru diajukan terlalu berat.

“Harapan pada prestasi akademik di tahun pertama sudah mengalami peningkatan,” katanya.

“Kami juga melihat adanya peningkatan jumlah siswa yang membutuhkan dukungan untuk memperoleh keterampilan sosial dan keterampilan emosional yang masuk ke TK,” katanya.

“Jika kita coba mengajarkan keterampilan akademis ketika para murid ini tidak dalam kondisi itu dan tidak terlibat, maka kita akan melihat kesenjangan dan ketertinggalan dalam pembelajaran mereka,” jelasnya.

Diterbitkan Kamis 20 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.