ABC

Kampanye Mendesak Dokter Stop Bertemu dengan Sales Obat

Karena dinilai membuat dokter kerap terjebak pada kondisi yang lebih mementingkan perusahaan obat ketimbang kebutuhan pasien, sekelompok dokter mengelar kampanye yang mendesak kalangan seprofesinya untuk berhenti menemui perwakilan perusahaan obat.

 

 
58 kajian internasional menyimpulkan dokter yang dua kali bertemu perwakilan perusahaan obat cenderung meresapkan obat yang dipromosikan.
 
Dokter dan akademisi meluncurkan kampanye bertajuk No Advertising Please (Tolong Jangan Beriklan) yang bertujuan untuk memerangi metode penjualan langsung yang dilakukan perusahaan obat.
Setiap tahunnya perusahaan obat Australia meraup untung lebih dari $23 milyar, dimana sebagian besar keuntungan itu digunakan untuk membayar tenaga pemasaran yang mewakili perusahaan obat atau lebih dikenal dengan profesi Medical Representatives.
 
Metode ini mencuatkan keprihatinan dimana para tenaga pemasaran ini mempengaruhi keputusan dokter dalam meresepkan obat, yang mengakibatkan sering kali pasien menerima obat yang sebetulnya tidak mereka perlukan atau mengutamakan meresepkan obat dari merek tertentu ketimbang merek yang lain.
 
Kampanye No Advertising ini mendesak agar para praktisi kedokteran berjanji dan memasang tanda di meja kerja mereka kalau dirinya menolak bertemu dengan perwakilan dari perusahaan obat.
 

Salah satu tokoh dibalik kampanye ini, Dr. Justin Coleman mengatakan tugas perwakilan perusahaan obat memang mempromosikan obat tapi seharusnya dokter memutuskan obat mana yang akan diresepkan itu berdasarkan bukti terbaik bukan berdasarkan pendekatan pemasaran terbaik yang dilakukan oleh perusahaan obat.

Dr. Geoff Spurling, dokter lain yang ikut mengkampanyekan gerakan ini yang telah menelaah 58 riset internasional yang meneliti dampak dari pemasaran obat dan perilaku dokter dalam memberikan resep menyimpulkan dokter cenderung gampang dirayu oleh tenaga pemasaran perusahaan obat.
 
“Dokter yang bertemu dengan tenaga pemasaran perusahaan obat lebih dari dua kali cenderung meresepkan obat yang dipromosikan oleh mereka, ketimbang dokter yang memutuskan untuk tidak bertemu dengan mereka," papar Dr. Spurling.
 
“Semua berhubungan dengan uang, sementara keamanan pasien dan kepentingan lain dari pasien seperti dinomorduakan. Dan saya kira para dokter terkadang tidak menyadari hal itu. Mereka cenderung terbujuk dengan tawaran makan siang dan interaksi yang manis dalam acara minum teh pagi yang digadang-gadang demi kepentingan pasien mereka, padahal tidak ada bukti sama sekali hal itu saling terkait,” tambahnya.

 

"Padahal seharusnya ketika meresepkan obat, resep itu harus mencerminkan keselamatan pasien sebagai kepentingan utama ketimbang keuntungan perusahaan obat,"
Target penjualan obat
 
Tudingan ini dibenarkan oleh mantan tenaga pemasaran obat yang sekarang berprofesi sebagai dokter, Baillie Farris. Menurutnya perusahaan obat diawal semester biasanya memberikan target kepada tenaga pemasaran untuk mempromosikan obat tertentu yang mereka produksi. 
 
“Misalnya ‘Kami ingin kamu bisa menjual obat A atau B sebanyak jumlah tertentu.” Pesan intinya adalah “kamu pergi temui dokter itu dan berusahalah agar dokter mau meresepkan hanya obat kita’!,” tutur Farris.
 
Australia memiliki aturan sendiri terkait pemasaran obat yang disusun oleh Medicines Australia yang mewakili perusahaan pembuat obat.
 
Aturan itu menyatakan perwakilaan perusahaan obat hanya bisa menawarkan contoh obat, cinderamata produk dari perusahaan dan traktiran seperti makanan.
Ferris mengaku ketika masih menjadi tenaga pemasaran obat dia sering kali menraktir makan siang dokter agar obatnya terjual.
"Beberapa dokter bedah akan meminta hal-hal yang spesifik sesuai keinginan mereak, yang lainnya hanya meminta diajak ke restoran dan makan salad, ada juga yang minta makan siang di restoran India yang harganya murah," cerita Ferris.
 
"Jadi memang ada praktek membuat dokter senang di awal sebagai upaya untuk memastikan mereka paham khasiat obat dan Anda perlu meresepkannya,"tambahnya.
Pemasaran dan riset obat
Brian Morton dari Asosiasi Dokter Australia menampik tudingan itu. Karena menurutnya hanya sebagian kecil saja perusahaan obat yang masih menyuguhkan dokter tawaran semacam itu. Dan bentuknya paling hanya sebatas makan siang dan pertemuan bersifat pendidikan setelah operasi.
Morton juga mendesak Asosiasi Perusahaan Obat Australia untuk menentang kampanye ini.
 
”Menurut saya ini kampanye yang mengada-ada dan menghina dokter. Saya lihat argumen mereka juga naïf.  Dunia ini berputar ditengah pendidikan dan informasi dan perusahaan obat sebenaranya merupakan sumber penting untuk kegiatan riset kedokteran, sehingga warga Australia juga bisa menuai manfaat dari riset dan promosi obat yang mereka lakukan,”
Industri obat juga mengklaim kampanye No Advertising Please ini sebagai kampanye yang membuat pasien kondisinya semakin memburuk, karena menentang dokter untuk terus mengikuti perkembangan terbaru mengenai teknologi obat yang akan mereka gunakan untuk mengobati suatu penyakit.
 
“Tugas tenaga pemasaran untuk memastikan produk obat yang di produksi oleh perusahaan obat dapat digunakan secara benar dan tersedia bagi para petugas medis, dan tentu saja perusahaan obat untuk bisa menghadirkan produk obat terbaru mereka perlu melakukan penjualan obat dari produk terbaru mereka,” kata Martin Cross dari Medicines Australia.
 
 
"Di Australia banyak dokter yang berpendidikan sangat tinggi, mereka adalah orang-orang pintar dan saya tidak percaya mereka akan terpengaruh dengan tawaran sepele seperti itu," bantahnya lagi.