Para peneliti di Ingggris tengah mencari upaya agar bisa memanfaatkan urin atau air seni sebagai tenaga pembangkit listrik yang menerangi kamp-kamp pengungsi di daerah bencana.
Tim bioenergi di Laboratorium Robotik Bristol di Barat Daya Inggris tengah berupaya menggunakanair seni atau air kencing – secara harfiah – untuk menghasilkan listrik.
Prototipe teknologi ini berhasil mereka ciptakan di dekat toko minuman di dalam universitas. Air seni dari pengunjung bar tersebut kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar sel mikroba yang akan membangkitkan tenaga listrik.
Proyek ini mendapat sorotan luas pada tahun 2013 setelah berhasil menunjukan kalau air seni bisa menyalakan sebuah telepon genggam.
LSM Kemanusiaan Internasional, Oxfam sekarang hendak menggunakan teknologi ini di pusat-pusat pengungsi.
"Teknologi ini cukup mengagumkan dan saya sangat senang bisa terlibat dalam penelitian yang berharga ini," kata Professor Ioannis Ieropolous, Direktur BioEnergy Centre di Laboratorium Robotik Bristol.
"Tujuan utama dari penelitian kami adalah – ini merupakan perspektif pribadi saya – kami berusaha menciptakan sesuatu yang lebih baik bagi manusia dan itulah sebenarnya tujuan dari iptek,"
Di seluruh dunia diperkirakan ada 2,5 miliar orang yang tidak memiliki akse pada sanitasi yang aman. Untuk merespon hal ini Yayasan milik milyuner Bill dan Melinda Gates telah mendanai riset yang akhirnya melahirkan apa yang disebut "urine-tricity" atau listrik urin.
Oxfam berharap dengan pemanfaatan tenaga listrik yang bersumber dari air seni ini maka toilet di sejumlah kamp pengungsi akan mendapatkan penerangan.
Karena menurut Koordinator Kemanusiaan Oxfam,Richard Simpson biasanya toilet di kamp pengungsian itu gelap dan berbahaya bagi pengungsi wanita.
Menurutnya banyak pengungsi wanita menjadi korban dari kejahatan yang memanfaatkan situasi kurangnya penerangan di lokasi pengungsian mereka.
"Mereka beresiko mengalami bahaya, karenanya penerangan ini sangat penting,'
"Terkadang di pengungsian kita hanya bisa mengandalkan generator untuk menjaga agar lampu di tempat mereka mengungsi tetap menyala; terkadang kita memiliki panel panas surya, terkadang kita kesulitan mendapatkan dua alat pembangkit listrik tersebut,"
"Jadi jika teknologi ini dapat mengubah limbah dari para pengungsi sendiri maka ini ide yang sangat bagus,"
Oxfam berharap prototipe pembangkit listrik tenaga air seni ini dapat diujicobakan penggunaannya di salah satu kamp pengungsi yang mereka kelola dalam kurun waktu 6 bulan mendatang.
Professor Ieropolous menjelaskan bahan bakar dari sel mikrobial yang mengandung mikroba hidup akan mendapatkan makanan dari urin manusia sehingga bisa tumbuh dan berkembang biak jumlahnya.
Bahan bakar ini menggunakan sumber energi biokimia yang akan berubah menjadi daya listrik. selain itu sumber energi ini sangat murah, satu bahan bakar sel mikrobial hanya memakan dana sekitar $2 dan hanya butuh dana sebesar $2,000 atau sekitar rp.20 juta untuk membangunnya di suatu tempat.