Kakek Pengirim Peluru ke Barnaby Joyce Divonis
Pria yang mengirim sebuah peluru dan catatan ancaman kepada mantan wakil perdana menteri Barnaby Joyce dijatuhi hukuman percobaan penjara dua tahun dan denda sebesar $4.000.
Neville Clifford Newman (74) mengaku bersalah atas tuduhan menguntit dan mengancam pada bulan Februari.
Dalam paket berisi peluru ada catatan yang mengacu pada berbagai masalah lingkungan, termasuk penambangan di Liverpool Plains New South Wales (NSW) dan tambang batubara Adani di Queensland.
Surat itu dibuka oleh seorang anggota staf di kantor pemilihan Tamworth dari bekas pemimpin Partai Nasional itu pada saat kampanye pemilihannya.
Polisi menangkap Newman di Kantor Polisi Armidale pada bulan Desember, dan menuduhnya menggunakan layanan kereta api untuk mengancam, melecehkan atau menyinggung serta menguntit, mengintimidasi dengan maksud untuk menimbulkan rasa takut akan bahaya fisik.
Polisi juga menuduh pria itu membuat panggilan telepon mengancam ke rumah orangtua Joyce pada 23 Desember.
Di Pengadilan Armidale diungkap pria berusia 74 tahun itu memiliki catatan kriminal yang bersih dan sangat menyesal atas apa yang telah dilakukannya.
Orang tua Barnaby Joyce takut setelah ditelepon
Pengadilan mendengar sebagian pernyataan dampak korban dari Barnaby Joyce yang mengatakan catatan dan peluru itu membuatnya merasa gugup, dan panggilan telepon mengancam ke orang tuanya membuat mereka merasa sangat ketakutan.
Pernyataan Joyce juga mengatakan dia berpikir tindakan Newman menjadi preseden buruk bagi orang lain dalam kehidupan publik.
Hakim mengambil karakter baik dan tanggung jawab yang baik dari Newman ketika menjatuhkan hukuman.
Pada saat kejadian, Joyce mengatakan menerima peluru itu mencerminkan “jenis sampah yang harus kita hadapi”.
“Orang-orang selalu berpikir pelobi lingkungan yang luar biasa ini, mereka semua begitu damai,” katanya pada saat itu.
“Ketika mereka mengirimkan peluru, mereka jelas memiliki senjata api dan mereka jelas memiliki amunisi.
“Ini bukan jenis politik yang kita inginkan di Australia.”